Mengenal Peniktik Wari, Sistem Penanggalan Suku Karo

Mengenal Peniktik Wari, Sistem Penanggalan Suku Karo

Evelyn Shinta Situmorang - detikSumut
Rabu, 06 Des 2023 11:30 WIB
Tahun kabisat berapa tahun sekali? Istilah tahun kabisat berhubungan dengan penanggalan bulan Februari. Tahun kabisat terjadi apabila Februari memiliki 29 hari.
Foto: Ilustrasi (detikcom/Dikhy Sasra)
Medan - Pemahaman tentang sistem penanggalan atau kalender di setiap suku sangatlah beragam, termasuk suku Karo. Sistem penanggalan ini memiliki peran dan manfaat yang sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya.

Suku Karo menggunakan kalender khusus yang disebut Peniktik Wari untuk menentukan hari-hari yang dianggap baik atau kurang baik. Kalender ini tidak hanya digunakan untuk merencanakan kegiatan sehari-hari, tetapi juga untuk menentukan waktu yang tepat untuk menyemai benih dan panen, serta untuk melaksanakan pesta sukacita dan ritual tradisional.

Menurut jurnal Universitas Sumatera Utara, Peniktik Wari terdiri dari dua kata, yaitu Peniktik yang berarti menetapkan, dan Wari yang berarti hari. Kalender ini dianggap eksklusif dan bertujuan untuk memastikan kelancaran pelaksanaan pesta adat.

Beberapa masyarakat Karo masih mempertahankan tradisi peniktik wari, percaya bahwa hari-hari yang telah ditetapkan dalam kalender Karo memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan kegiatan atau pekerjaan. Dalam pemilihan hari, Simeteh Wari (dukun) atau yang disebut gara dalam bahasa Karo, memiliki peran penting.

Dilansir dari website resmi Pemerintah Kabupaten Karo, berikut nama-nama dan kegunaan hari (wari) menurut kalender Karo.

1. Aditia

Hari yang baik dalam melaksanakan musyawarah desa atau perkumpulan dalam melakukan sebuah kegiatan.

2. Suma Pultak

Hari yang tidak baik, bisa dikatakan dengan hari sial seperti hari pencuri. Jika mengadakan pesta di hari ini, kemungkinan besar, makanan yang akan dihidangkan dalam acara ini kurang memuaskan.

3. Ngagara Telu Wari

Hari terik, yaitu hari yang sesuai untuk berkelahi dengan musuh, menjauhkan hal-hal yang mengarah pada ketidakbaikan, meracik ramuan-ramuan herbal, menangkap hewan dengan pemanahan, dan membuka wilayah bercocok tanam.

4. Budaha

Waktu panen padi sehingga ideal untuk bercocok tanam, menyimpan hasil panen ke gudang, waktu yang tepat untuk merayakan tradisi adat.

5. Beraspati Pultak

Hari yang sangat mulus untuk melakukan perayaan adat, mendirikan hunian, menempati tempat tinggal baru, berdagang, melamar pernikahan dan pekerjaan.

6. Cukera enam berngi

Hari akhir, hari yang tenang, hari untuk berpindah, mencari pekerjaan, bertemu dengan pejabat, memulai bisnis, upacara tradisional, mengadakan pertunjukan musik Karo, dan mencari pasangan hidup.

7. Belah Naik

Hari pemimpin kekuasan wilayah sekitar paling dihormati dan disegani. Hari ini juga bagus dalam melaksanakan acara pernikahan, melamar pekerjaan, dan membuka usaha.

8. Aditia Naik

Masa atau waktu yang bersifat mengarah kepada hal yang lebih positif sehingga tidak menjerumus pada hal suatu keburukan jika melakukan seluruh aktivitas perayaan kegiatan yang berhubungan mengenai kesukuan, bermusyawarah menyusun perencanaan suatu kesempatan untuk melakukan beberapa hal atau aktivitas.

9. Sumana Siwa

Waktu yang dilihat dari sifatnya mengarah pada keburukan dalam beraktivitas tetapi hari ini cocok untuk berburu.

10. Nggara Sepuluh

Cuaca cukup gerah sehingga perlu waspada ketika berbicara, berdebat, dan menghindari sesuatu yang membahayakan seperti api. Tetapi, dapat dimanfaatkan untuk meracik sebuah herbal tradisional sebagai penyembuhan.

11. Budha Ngadep

Masa waktu renggang atau tidak terlalu padat dengan kegiatan sehingga cocok melakukan perayaan kesukuan, berdiskusi secara internal antar masyarakat perayaan tahunan, serta dapat berdoa kepada Tuhan.

12. Beras Pati Tangkap

Hari yang cocok dalam meminta bantuan kepada orang pintar untuk penjaga rumah atau menaikkan rejeki.

13. Cukera Dudu/Cukera Lau

Hari baik yang menambah rezeki, misalnya laris dalam membuka usaha atau membuat obat.

14. Belah Purnama Raya

Perayaan bagi golongan manusia dalam masyarakat dengan tingkatan sosial yang tinggi untuk mengadakan suatu perayaan, pesta budaya tahunan.

15. Tula

Hari sial, ada rasa malas dalam membuat pesta adat, namun cocok untuk menumbuhkan pohon kelapa.

16. Suma Cepik

Masa yang mengarah pada sifat yang tidak terlihat baik. Hal ini tentunya dapat dilakukan dengan kegitan yang bermakna negative, seperti membunuh.

17. Nggara Enggo Tula

Masa yang tidak terlalu buruk, namun tidak juga mengarah pada sifat baik. Suatu masa yang cukup panas tetapi bagus untuk membuat obat.

18. Budaha Gok

Hari baik, padi berbuah, mulai tumbuh, serta hari baik untuk membeli hewan yang akan dipelihara.

19. Beras Peti Sepuluh

Hari untuk bekerja seperti membersihkan ladang.

20. Cukera Sidua Puluh

Hari baik dalam berobat, membuang sial, dan berangkat merantau.

21. Belah Turun

Hari baik dalam berobat serta membuang sial ke air, contohnya ke sungai.

22. Aditia Turun

Hari baik untuk membuat penjaga tubuh dan bagus untuk membuat obat dalam bentuk rempah-rempah.

23. Sumana Mate

Hari baik untuk membuat obat.

24. Nggara Simbelin

Hari baik untuk membuang sial, hari yang baik untuk mencari penjaga tubuh, hari panas, hari pemarah, hari berburu ke hutan dan hari memancing.

25. Budaya Medan

Hari yang baik dalam membuat rapat pesta adat dan hari yang bersifat mengarah pandangan kebajikan merantau.

26. Beras Pati Medan

Saat yang damai ataupun tentram untuk mengantarkan masakan ke rumah orang tua dan bagus untuk membuat obat.

27. Cukera Mate

Hari yang baik untuk membersihkan ladang juga untuk membuka lahan pertanian.

28. Mate Bulan

Hari yang bagus untuk buang sial, agar memulai semangat. Hari ini cocok untuk berburu dan menangkap ikan ke laut.

29. Dalan Bulan

Hari yang kurang baik.

30. Sami Sara

Hari yang bagus untuk berdoa kepada Tuhan dan mengusir roh-roh jahat di dalam keluarga.

Nah detikers, itu dia 30 nama hari dalam satu bulan menurut masyarakat Karo beserta kegunaannya. Kalender ini bukan sekadar alat pencatat waktu, melainkan simbol kekayaan warisan budaya yang berharga. Semoga bermanfaat ya!

Artikel ini ditulis Evelyn Shinta Situmorang, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(mjy/mjy)


Hide Ads