Sejumlah kelenteng juga ada di Sumatera Barat, salah satunya Kelenteng See Hin Kiong. Seperti apa kelenteng ini? Berikut detikSumut jelaskan.
Sejarah Kelenteng See Hin Kiong
Dilansir dari situs resmi Ditjen Kebudayaan Indonesia, saat pendatang Tionghoa datang ke Padang mengakibatkan mereka membutuhkan kelenteng untuk beribadah. Suku Tjiang dan Tjoan Tjioe yang datang untuk berdagang akhirnya mendirikan Kelenteng Kwan Im pada tahun 1861. Namun karena keteledoran pendeta Sae Kong klenteng tersebut mengalami kebakaran.
Setelah terbakarnya klenteng tersebut, Dilansir dari situs resmi Pemerintah Kota Padang, dibangun kembali Kelenteng See Hien Kiong. Kelenteng ini didirikan oleh kapten Lie Goan Hoat, Letnan Lie Soen Mo, dan Letnan Lie Lian Hit. Kelenteng ini dibangun pada tahun 1893 dan rampung pada tahun 1897.
Kelenteng ini dijadikan tempat tinggal masyarakat Tionghoa yang baru tiba di Sumatera Barat. Mereka menjadikan kelenteng ini sebagai batu loncatan dalam mencapai kesuksesan. Yang awalnya tidak memiliki tempat tinggal dan saudara, berakhir berkenalan dengan saudara lainnya sehingga menjadi jembatan sukses dan berkembangnya ekonomi masyarakat Tionghoa di Sumatera Barat.
Arsitektur Bangunan
Kelenteng ini memiliki dua pintu masuk. Salah satu pintu masuknya berhadapan dengan sebuah kolam persegi di tengah halaman. Pada bagian depan bangunan induk kelenteng terdapat dua buah tempat pembakaran hio (perabuan). Bangunan induk kelenteng terbagi atas tiga ruangan, ruangan utama berada di tengah, ruang semedi berada di sayap kanan, dan perkantoran di sayap kiri.
Di Depan pintu terdapat sebuah papan dengan tulisan cina yang tergantung di atap, seluruh dinding kelenteng juga dihiasi dengan ukiran dan lukisan naga. Tentunya semua ornamen ini memiliki makna menurut masyarakat Tionghoa.
Pernah Terkena Gempa
Klenteng ini pernah mengalami kerusakan pasca gempa bumi yang melanda Kota Padang. Hampir setengah bagian dari kelenteng mengalami kerusakan. Banyak plester yang berjatuhan, ruang di sayap kiri dan kanan mengalami reruntuhan, begitu juga dengan ornamen yang berjatuhan.
Karena pemugaran kembali kelenteng belum terealisasikan, kegiatan ibadah dialihkan sementara dengan membuat sebuah bangunan semi permanen di timur kolam dengan beratapkan seng dan dinding dari terpal. Di sebelah kiri kelenteng lama, dibangun kelenteng baru oleh masyarakat Tionghoa.
Untuk proses revitalisasi kelenteng dibutuhkan proses pengerjaan khusus serta biaya yang besar. Bahan-bahan yang dibutuhkan didatangkan langsung dari Tiongkok dan sulit didapatkan.
Dilansir dari daftar inventaris Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar, Klenteng See Hien Kiong ditetapkan sebagai warisan kebudayaan etnis Tionghoa di Kota Padang pada masa kolonial Belanda.
Itu lah penjelasan singkat soal Kelenteng See Hien Kiong. Semoga bermanfaat.
Artikel ini ditulis oleh Vania Dinda Azura, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(afb/afb)