Serak Gulo: Warisan Budaya Keturunan India Muslim di Padang

Sumatera Barat

Serak Gulo: Warisan Budaya Keturunan India Muslim di Padang

Aisyah Luthfi - detikSumut
Senin, 02 Des 2024 10:00 WIB
Panitia melemparkan bungkusan gula kepada masyarakat dari atap Masjid Muhammadan, Padang. (Aisyah Luthfi/detikSumut)
Foto: Panitia melemparkan bungkusan gula kepada masyarakat dari atap Masjid Muhammadan, Padang. (Aisyah Luthfi/detikSumut)
Padang -

Riuh suara warga, tawa anak-anak, dan semangat yang membara menciptakan suasana yang hidup di depan Masjid Muhammadan, Kelurahan Pasa Gadang, Kecamatan Padang Selatan. Tradisi Serak Gulo, perayaan tahunan yang sarat makna, kembali hadir dengan kemeriahan.

Bagi masyarakat keturunan India Muslim di Kota Padang, ini adalah momen istimewa yang selalu dinanti.

Tradisi ini tidak sekadar ritual, tetapi juga simbol syukur, berbagi rezeki, dan penguat tali persaudaraan. Serak Gulo memiliki akar budaya yang mendalam dan uniknya hanya dirayakan di tiga negara: India, Singapura, dan Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Indonesia, Kota Padang menjadi satu-satunya daerah yang menjaga tradisi ini tetap hidup.

Makna Mendalam di Balik Serak Gulo

Serak Gulo, yang berarti "tabur gula," diwariskan secara turun-temurun oleh komunitas Muslim keturunan India. Perayaan ini jatuh pada tanggal 1 Jumadil Akhir dalam kalender Hijriah. Tahun ini dilaksanakan pada 1 Desember 2024 di Kota Padang.

ADVERTISEMENT

Acara dimulai dengan doa bersama, sebagai ungkapan syukur atas nikmat yang diterima sepanjang tahun. Ketua Perkumpulan Keluarga Muhammadan, Muhammad Fauzan mengungkapkan sebanyak 5 ton gula pasir disiapkan, jumlah terbesar dalam sejarah tradisi ini.

Gula tersebut menjadi simbol keberkahan dan kebaikan yang ditebar kepada siapa saja tanpa memandang latar belakang.

"Tradisi Serak Gulo tahun ini ada 5 ton gula yang dipersiapkan, paling banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya," kata Fauzan pada Minggu (1/12/2024).

Kemudian Fauzan menegaskan bahwa esensi Serak Gulo adalah kebahagiaan yang ditebarkan. "Tradisi ini bukan hanya tentang gula yang dilemparkan, tetapi juga tentang kebersamaan dan keberkahan yang dirasakan," ungkap Fauzan.

Ritual Penuh Antusiasme

Pada saat pelaksanaan, Masjid Muhammadan berubah menjadi pusat keramaian. Gula pasir yang telah dibungkus dalam kain kecil dilemparkan dari atap masjid ke kerumunan warga yang telah menunggu dengan penuh semangat.

Anak-anak hingga orang dewasa berlomba-lomba menangkap bungkusan gula. Meski suasana penuh keceriaan, momen ini juga menjadi refleksi syukur. Bagi banyak orang, gula yang diperoleh adalah lambang keberkahan dan rezeki yang patut disyukuri.

"Serak Gulo bertujuan mempererat persaudaraan di tengah masyarakat. Ini adalah tradisi yang menyatukan," tutup Fauzan, Minggu (1/12/2024).




(mjy/mjy)


Hide Ads