Megahnya Masjid Cheng Hoo Jambi, Rumah Para Mualaf

Jambi

Megahnya Masjid Cheng Hoo Jambi, Rumah Para Mualaf

Dimas Sanjaya - detikSumut
Selasa, 11 Apr 2023 05:00 WIB
Jambi -

Suasana sore itu mulai sibuk, puluhan anak dari suatu Pondok Pesantren datang dengan wajah gembira masuk ke dalam Masjid Muhammad Cheng Hoo di Jambi. Mereka menyalami satu-persatu pengurus masjid di sana. Kemudian mereka duduk rapi dengan kaki bersila di dalam masjid yang didominasi warna merah itu.

Niat para santri itu bukanlah ngabuburit semata ataupun buka bersama. Di tas kecil yang mereka sandang berisi alat tulis yang siap mencatat ilmu baru yang akan mereka dapatkan. Di depan mereka, seorang pria Muslim Tionghoa sekaligus salah satu penggagas Masjid Muhammad Cheng Hoo di Jambi, Rusli, tengah bersiap untuk bercerita bagaimana sejarah, peradaban, dan aktivitas warga Muslim Tionghoa di Masjid tersebut.

Sejak diresmikan dan dibuka untuk pertama kali dalam aktivitas ibadah pada 12 Februari 2021, Masjid Muhammad Cheng Hoo yang beralamat Jalan Ibrahim Ripin, Kenali Asam Bawah, Kecamatan Kota Baru, Kota Jambi ini menjadi salah satu ikon wisata religi. Masjid yang juga diresmikan bertepatan di hari perayaan Imlek itu kental dengan kultur dan budaya etnis Tionghoa dan menjadi tanda jejak peradaban Muslim Tionghoa di Indonesia, terkhusus juga di Jambi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pembangunan masjid ini terinspirasi dari Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya, masjid pertama bergaya arsitektur budaya Tionghoa di Indonesia. Rusli menjelaskan bahwa mula penggagas Masjid Muhammad Cheng Hoo ini adalah saat ia pergi ke Surabaya di tahun 2005 dalam Mukhtamar III Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI).

"Dari 2005, saya diundang ke Surabaya atas nama PITI. Di sana pemilihan ketua umum, kami dikenalkan dan dibawa ke masjid Cheng Hoo di Surabaya. Lalu, mengingat di Jambi setahu saya belum ada bangunan masjid dengan gaya Tionghoa yang kental. Kemudian kami berniat membangun ini. Di mana pembangunan awal (peletakan batu pertama) ini pada tahun 2012, cukup lama memang," kata Rusli, saat ditemui, Minggu (9/4/2023).

ADVERTISEMENT

Selain Surabaya, Masjid Muhammad Cheng Hoo terdapat juga di beberapa wilayah di Indonesia diantaranya di Pasuruan, Kutai Kartanegara, Purbalingga, Banyuwangi, Gowa, Palembang dan Batam. Namun Masjid Cheng Hoo di Jambi ini terbilang yang termuda dibanding lainnya.

Arsitektur Masjid Muhammad Cheng Hoo Jambi

Terlihat bangunan masjid ini terdiri dari atap yang besar dan tiga tingkatan atap kecil di bagian atas masjid dan di puncaknya terpasang kubah serta simbol bulan dan bintang. Di bagian teras masjid, terdapat beton bertuliskan nama Masjid Muhammad Cheng Hoo berikut dengan tulisan aksara China yang terukir di keramik berwarna hitam.

Pada umumnya, Masjid Cheng Hoo ini memiliki corak warna merah dominan, yang dipadu dengan warna kuning dan hijau. Warna ini juga umumnya terjadi di rumah ibadah Kelenteng.

"Seperti warna itu ciri khas, merah artinya keberuntungan, kuning artinya kemegahan atau kekuasaan, hijau ini juga umum di umat Islam ya. Awal kami dirikan ini, sempat terjadi diskusi juga berani nggak kami menampilkan warna merah menyala ini. Di sini kalau yang nggak biasa kaget, kalau mau menampilkan kulturnya atau budaya ya harus ditampilkan," tuturnya.

Mengenai bentuk atapnya, berbentuk Menara oriental berjenjang tiga yang sangat identik dengan gaya arsitektur pagoda. Di bagian depan masjid, lentera dan lampion etnis Tionghoa bergantung dan berjejer di atasnya.

Lalu, masuk ke dalam masjid, jemaah atau pengunjung akan disambut megahnya bangunan masjid dengan dinding berwarna merah. Kemudian, jika melihat bagian atasnya, terlihat corak seperti jarring laba-laba menghiasi atap bagian dalam masjid tersebut.

Rumah Bagi Mualaf

Rusli menceritakan visi awal mula pembangunan Masjid Cheng Hoo ini. Ia mengatakan pembangunan awal jika masjid itu rampung, ini akan menjadi rumah belajar bagi mualaf di Jambi.

Rusli menceritakan bahwasanya dahulu, sebelum masjid ini rampung, dirinya bersama para kaum mualaf lainnya kesulitan mencari tempat untuk belajar agama islam. Untuk belajar, kata Rusli, dirinya harus pergi dari rumah ke rumah bagi kaum mualaf di Jambi dengan belajar bersama dan mengundang alim ulama.

"Pembangunan ini visi misi kita itu khususnya di mualaf. Mualaf saat saya jadi Ketua DPW PITI itu kami kan dari rumah ke rumah, pengajiannya. Akhirnya kami berharap urgensi memiliki tempat, tempat yang selain menampilkan nuansa etnis, sekaligus tempat kami belajar," sebutnya.

Dahulunya, kaum mualaf selalu bersembunyi bahkan dipinggirkan oleh keluarga setelah memutuskan untuk memeluk agama Islam. Dengan pembangunan Masjid Cheng Hoo, kata Rusli, ini juga menjadi tonggak untuk mualaf menampilkan diri, tidak minder, dan harus sembunyi lagi.

"Dalam perjalanan ini memang butuh waktu, untuk merangkul semua mualaf, karena mualaf kita ini kan pada membaur," sebutnya.

Tidak hanya rumah belajar, Masjid Cheng Hoo ini juga kerap didatangi umat non muslim yang ingin mualaf. Bagi Rusli, ketika ada yang ingin mualaf dan belajar di sini, ia akan melayani dan akan memberikan pemahaman sekilas agar orang tersebut dengan keteguhan hati untuk menjadi mualaf.

"Kami memposisikan melayani gitu, ada yang datang kita konsultasikan dulu, kita kuatkan. Karena ini berkaitan dengan keluarga dan budaya, Tionghoa berbeda dengan Batak atau orang lain lagi gitu. Itu pasti bersentuhan dengan masalah keluarga, penyelesain solusinya bagaimana kita kasih gambaran. Terutama orang tua, seperti dengan masuk Islam bukan berarti meninggalkan budaya dan keluarga. Kalau masuk ke Islam tapi meninggalkan budaya, ya Masjid Cheng Hoo ini nggak akan terbangun," jelasnya.

Ikon Wisata Religi

Dua tahun berdiri di Jambi, Masjid Muhammad Cheng Hoo ini diterima baik masyarakat. Ini salah satunya dengan menjadikan masjid tersebut sebagai tempat wisata religi. Masyarakat rela jauh ke sana hanya untuk istirahat beribadah maupun untuk berswafoto. Padahal masjid ini, cukup berjarak lebih dari 700 meter dari jalan lintas ramai.

"Awalnya tidak terbayangkan menjadi wisata religi, awalnya tadi tempatnya itu untuk kumpul para mualaf, tetapi setelah launching ini jadi wisata religi saya bilang ini bonus dari Allah SWT," ungkap Rusli.

"Dari wisata religi ini tentu menjadi dalam rangka syiar tadi. Ini juga memberikan pemahaman bahwa Islam juga tidak menjadi yang ada di pikiran mereka, yang katanya kalau sudah masuk Islam nggak kenal lagi budaya, kalau nggak kenal budaya mana mungkin membangun ini," tambahnya.

Miranti, salah satu pengunjung di Masjid Cheng Hoo itu mengatakan sengaja datang hanya untuk berswafoto dan ngabuburit bersama keluarganya. Ia datang karena penasaran ingin melihat lebih dekat masjid tersebut.

"Ya saya datang untuk santai aja sih, ngabuburit, cuma untuk foto-foto, karena lihat di medsos aja selama ini padahal udah lama tapi baru sempat lihat ke sini," katanya.

Ia mengaku sengaja datang mengunjungi masjid untuk mengisi waktu akhir pekan jelang buka puasa. Selain itu dapat menambah wawasan setelah mengunjunginya.

Selain rumah ibadah, Masjid Muhammad Cheng Hoo hingga saat ini masih terus menjadi rumah belajar bagi siapa saja yang mengunjunginya. Masjid ini jadi ikon baru wisata religi di Jambi.

(astj/astj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads