Tarekat syattariyah pertama kali dibawa oleh Syekh Burhanuddin masuk ke Ulakan, Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar). Syekh Burhanuddin sendiri merupakan ulama sufi asal Minangkabau yang berguru pada Syekh Abdurrauf Singkil yang berasal dari Aceh.
Khatib di Makam Syekh Burhanuddin, Sabarudin Khatib Malin Malan, mengatakan sampai saat ini tarekat syattariyah selalu mempertahankan empat tradisi. Keempat tradisi itu sudah berlangsung turun temurun.
"Untuk kami tarekat syattariyah, tradisi kami selalu kami pertahankan. Sampai saat ini tradisi kami masih berlangsung dalam acara besar keagamaan," katanya pada detikSumut, kemarin.
Tradisi itu sampai hari ini masih terawat oleh pengikut syattariyah. Tradisi yang ia maksud mulai dari menilik bulan (melihat bulan), basapa (ziarah ke makam Syekh Burhanuddin), malamang (melemang), dan mandoa sambareh (syukuran bulan Rajab).
"Kami juga dikenal oleh masyarakat Sumbar dengan masyarakat kuno, karena sebelum puasa dan Idul Fitri kami menentukan kapan harinya dengan menilik bulan. Pengikut tarekat syattariyah di Sumbar berbondong ke Ulakan untuk menyaksikan bulan atau hilal itu dengan mata telanjang. Kalau nampak, besoknya kami melaksanakan puasa atau lebaran," jelasnya.
"Sedangkan untuk basapa, semua pengikut tarekat syattariyah berbondong-bondong ziarah ke makam Syekh Burhanudin untuk berdoa dan sholat. Memanjatkan doa pada beliau," sambungnya.
Selengkapnya di Halaman Berikutnya....
Simak Video "Video Heboh Mutilasi di Padang Pariaman, Pelaku Ditangkap"
(astj/astj)