Sebelum azan magrib berkumandang, lantunan musikalisasi puisi Teater Iqra menggema di Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU). Tangkahan, yang memiliki sejarah panjang di Sumatera Utara menjadi musikalisasi puisi dengan aransemen Melayu.
Suheri Sirait, komposer Teater Iqra menjelaskan, Tangkahan merupakan sebuah puisi yang dicatut dari sebuah buku puisi Haru Hara. Dalam buku tersebut dijelaskan Tangkahan bercerita tentang rindu seorang istri kepada sang suami.
Cerita itu, lanjut Suheri, hidup sejak lama dari sebuah kampung yang letaknya di Langkat, Sumatera Utara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang di mana Tangkahan ini adalah sebuah cerita dari sebuah kampung yaitu tempatnya di Langkat. Menceritakan tentang rindu seorang istri kepada suaminya," kata Suheri kepada detikSumut, Minggu, (2/7/2023).
Dia menjelaskan rindu yang dialami si istri teramat mendalam. Hal itulah yang mungkin menurut Suheri bahwa Tangkahan dapat diartikan dengan berbeda melalui puisi yang diciptakan Bob A. Sitorus.
"Dalam penantiannya itu, dia selalu merindukan yang mendalam sehingga setiap orang membaca puisi bisa menafsirkan berbeda-beda," lanjutnya.
Untuk menyampaikan pesan itu, Suheri mengedepankan aspek aransemen Melayu. Oleh karena itu, musikalisasi puisi yang dibawakan dengan vokal vibrato yang diiringi irama yang bertempo lambat dan merdu melankolis.
Selain itu, terdapat nada-nada yang kemudian dibawakan dengan cepat. Sebab musikalisasi puisi tersebut dipadukan dengan sedikit aransemen bernuansa tanggo.
"Ada Melayu-nya tetap kental, kemudian tanggo, ada India-nya (dalam musikalisasi puisi)," terangnya.
Secara terpisah, Bob A Sitorus, penulis puisi tersebut, menjelaskan sejarah Tangkahan. Dirinya bercerita dulunya, masyarakat Melayu di Langkat mengenal Tangkahan tidak sekadar lokasi.
Tangkahan, tutur Bob, sebuah tempat sungai mengalir yang memiliki batu-batu besar di pinggir. Batu-batu itulah yang digunakan orang-orang Melayu sebagai alas mencuci pakaian.
"Dari situ penamaan Tangkahan akrab disebutkan. Mulanya dari kebiasaan mencuci. Jadi bukan sekadar nama wisata," pungkasnya.
(nkm/nkm)