Berbagai daerah memiliki caranya masing-masing dalam memeriahkan bulan suci Ramadan, termasuk warga di Desa Tabuyung, Kecamatan Muara Batang Gadis, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Warga di sini, memeriahkan malam 27 Ramadan dengan membakar tempurung.
Sebelum dibakar, jauh-jauh hari warga sudah menjemur tempurung yang akan digunakan dalam malam 27 Ramadan itu. Hal itu guna mempermudah tempurung tersebut terbakar dan melubangi bagian tengahnya.
Setelah itu, sore hari puasa ke-26, warga mulai mempersiapkan tempurung tersebut dengan cara menyusunnya setinggi satu meter. Kemudian malam hari, sekitar pukul 19.00 WIB, warga mulai membakar tempurung tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Desa Tabuyung, Zia Ulhaq Nasution mengatakan kegiatan itu tersebut merupakan tradisi yang sudah turun temurun dari nenek moyang. Tradisi itu sudah ratusan tahun yang lalu.
"Jadi tradisi unik ini tradisi turun temurun sejak nenek moyang, ratusan tahun lalu," kata Zia Ulhaq Nasution saat dihubungi detikSumut, Senin (17/4/2023).
Tradisi tersebut ternyata sempat berhenti dalam belasan tahun belakangan ini. Tepatnya semenjak tsunami yang melanda wilayah Aceh dan Pantai Barat Sumatera.
"Kelang waktu 10-15 tahun belakangan nggak ada lagi, sejak tsunami tahun 2004, hari ini kita aktif lagi," ujarnya.
Zia menuturkan, tradisi itu merupakan cara mereka memeriahkan malam Ramadan. Terkhusus di malam-malam ganjil untuk atau malam lailatul qadar.
"Maknanya memeriahkan malam bulan Ramadan, terutama di malam-malam lailatul qadar, jadi menyambut kemeriahan," tutupnya.
(afb/afb)