Ngosaran, Tradisi Masyarakat Bangkalan Menyambut Ramadan

Ngosaran, Tradisi Masyarakat Bangkalan Menyambut Ramadan

Katherine Yovita - detikJatim
Kamis, 27 Feb 2025 12:10 WIB
Jelang Ramadan Warga Ziarah di Makam Tembok Surabaya
ILUSTRASI ZIARAH KUBUR. Foto: Rifki Afifan Pridiasto
Bangkalan -

Setiap daerah di Indonesia memiliki cara unik dalam menyambut bulan suci Ramadan, termasuk masyarakat Bangkalan, yang masih menjaga tradisi Ngosaran. Ritual ini bukan sekadar kebiasaan turun-temurun, tetapi bentuk penghormatan kepada leluhur dan persiapan batin sebelum memasuki bulan penuh berkah.

Dalam prosesi Ngosaran, warga berbondong-bondong mendatangi makam keluarga atau leluhur. Mereka akan membersihkan makam kerabat atau keluarga yang sudah meninggal, seperti mencabut atau merapikan rumput-rumput liar, membersihkan batu nisan, dan sampah-sampah yang berserakan di sekitar taman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masyarakat Bangkalan menjalankan tradisi ini untuk menyambut keluarga yang datang berziarah. Mereka percaya dengan menjaga kebersihan makam, maka peziarah akan berziarah dengan nyaman, sehingga doa-doa yang dipanjatkan dapat lebih khusyuk.

Jadi, bukan sekadar soal menjaga kebersihan, tapi sebagai bentuk kepedulian dan doa bagi mereka yang telah berpulang. Juga sebagai simbol kesiapan menyambut bulan Ramadan dengan hati bersih.

ADVERTISEMENT

Selain itu, kegiatan ziarah dapat menjadi kesempatan untuk mempererat tali silaturahmi anggota keluarga. Sebab, pada momen inilah kerabat-kerabat jauh akan datang dan berkumpul untuk mengirimkan doa-doa, serta harapan bagi keluarga yang telah berpulang.

Suasana hangat penuh kebersamaan ini menjadikan tradisi Ngosaran lebih dari sekadar ritual, tetapi untuk mempererat hubungan keluarga yang mungkin jarang bertemu karena kesibukan masing-masing.

Hingga kini, tradisi Ngosaran tetap dilestarikan masyarakat Bangkalan. Tradisi ini merefleksikan Ramadan bukan hanya tentang bagaimana menjaga kualitas ibadah pribadi, tetapi menjaga hubungan baik dengan keluarga, leluhur, dan sesama.

Tradisi ini mencerminkan nilai gotong royong, penghormatan kepada leluhur, dan kesiapan batin dalam menyambut bulan penuh berkah. Tak hanya diikuti orang tua, generasi muda juga dilibatkan agar nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Ngosaran tetap lestari.

Seiring dengan perkembangan zaman, Ngosaran terus dijaga sebagai identitas budaya masyarakat Bangkalan. Tradisi ini menjadi bukti bahwa kearifan lokal tetap relevan dalam kehidupan modern, mengajarkan pentingnya kebersamaan dan refleksi diri menjelang Ramadan.




(hil/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads