Dua orang pria tengah sibuk membolak-balikkan kursi rotan sambil memegang alat di tangan kanannya. Kedua pekerja di Handcraft dan Home Decor milik Muhammad As'ad saat itu tengah sibuk melakukan finishing kursi rotan sebelum siap edar.
Aktivitas tempat usaha Muhammad As'ad kembali normal pada Kamis 18 April 2024. Semua pekerja telah kembali aktif pasca libur panjang Idul Fitri.
Agar lebih semangat bekerja, satu di antara mereka memutar lagu dari ponsel miliknya. Suara lagu itu pun bertabrakan dengan suara mesin yang dipakai untuk menyelesaikan finishing kursi rotan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Begini kegiatan teman-teman kalau lagi kerja. Ada suara musik, ada suara mesin," ujar As'ad ketika berbincang dengan detikcom di kediamannya di Jalan Titi Papan Gang Pemuda, Medan.
"Di sini rumah sekalian gudang dan tempat finishing. Kalau proses pembuatan dari awal ada di tempat lain, belakang rumah ini juga," lanjut dia.
Produk home decor dan handcraft yang dihasilkan di tempat usaha Muhammad As'ad tidak sembarangan. Hasil karyanya sering diekspor ke luar negeri.
Eksistensi produk craft di Medan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Produk dengan nilai jual tinggi terus dihasilkan.
Bukan hanya kursi, banyak barang lain yang bisa diproduksi Muhammad As'ad dengan bahan dasar rotan mulai dari meja, ayunan, kursi goyang, piring dan sebagainya.
"Sebenarnya semua bisa kita buat tergantung orderan. Kalau pekerja total di sini ada 12," ungkapnya.
![]() |
As'ad bercerita usaha yang dijalaninya kini merupakan warisan dari orang tua. Dia melanjutkan usaha yang telah dirintis orang tuanya sejak tahun 1960-an.
"Mulai usaha, saya hanya meneruskan dari orang tua. Usaha ini berdiri sekitar (19)60 - (19)70-an itu orang tua. Waktu itu di depan (Jalan Gatot Subroto). Saya pegang sendiri mulai 2002, dari saya lajang," tuturnya.
Produk home decor dan craf yang dihasilkan di tempat Muhammad As'ad tidak hanya dipasarkan di dalam negeri, tapi juga ke luar negeri. "Pasar kita kebanyakan di Pulau Sumatera, tapi ada juga yang ke luar negeri, ekspor, melalui pihak ketiga," katanya.
Demi menghasilkan produk yang bagus, dia pun tidak sembarang memilih bahan baku. Rotan berkualitas pun dipilih, ada yang berasal dari Jawa dan perajin lokal di Sumatera Utara.
"Ada agen (bahan baku) di sini juga, saya ada juga ambil dari Pulau Jawa, bahan sintetis dari Jawa, dari Sumatera Utara ada juga, di Pulau Jawa produknya harganya lebih murah," katanya.
Tapi untuk menghasilkan produk ekspor, tidak bisa sembarang bahan baku yang digunakan. Sebab, ada standar yang diberikan oleh eksportir yang akan mengirim produknya ke luar negeri.
Karena tidak setiap saat bahan baku rotan berkualitas tersedia. Permintaan ekspor tak sepenuhnya bisa dipenuhi As'ad.
Terkadang eksportir yang bekerja sama dengannya itu ikut membantu mencari bahan baku berkualitas. Dengan begitu permintaan ekspor dapat dipenuhi.
Keuntungan yang didapat As'ad ketika produknya diekspor lebih banyak. Dia mencontohkan produk ketika di pasar lokal dihargai Rp 1 juta, ketika ekspor harganya mencapai Rp 3 juta.
"Kalau ekspor harganya lebih mahal, kalau di sini pasar lokal Rp 1 juta, ekspor bisa Rp 3 juta, tapi kualitas bahan lebih bagus. Kita kalau ekspor ini memang dari komersil rupiah lumayan," jelasnya.
Meski begitu As'ad tetap memprioritaskan di dalam negeri karena tidak ingin mengecewakan pelanggan. "Kalau semua diekspor pelanggan di sini tidak kebagian, marah mereka nanti," tuturnya.
Ketika hasil kerajinan miliknya diekspor, merek yang digunakan adalah milik eksportir. "Ke luar negeri tidak langsung, tapi ada buyer. Tapi buyer ganti merek mereka. Saya rasa masih Asia, tapi mereka beli barang ini dan bilang untuk ekspor," bilang As'ad.
Baca juga: Cara Mudah Isi Ulang Saldo Kartu e-Toll |
Di masa mendatang As'ad punya rencana untuk mengekspor sendiri. Ada beberapa pertimbangan yang masih dipikirkannya terutama soal bahan baku.
"Rencana ke sana ada (ekspor sendiri), tapi belum dulu. Cuma agak ribet, karena mencari kualitas bahan baku untuk ekspor agak mahal dan agak sulit, karena ekspor pakai jatuh tempo, terlambat kontainer kita bisa kena denda, sementara kita terkendala bahan baku yang sulit didapat misalnya. Selain itu modal juga pas-pasan, karena ini kan industri rumahan. Mungkin kalau pabrik bisa karena bahan bakunya mungkin mereka tercukupi," katanya.
As'ad Ajukan KUR BRI. Baca Halaman Berikutnya...
Simak Video "Video: Kejari Trenggalek Sita Uang Rp 1,59 M di Kasus Korupsi KUR"
[Gambas:Video 20detik]