Tangan Anggi Reftani sibuk mencetak beras ketan yang sudah selesai dikukus. Beras ketan yang sudah dicetak kemudian diletakkan dan disusun di atas tampah plastik.
Satu persatu tampah plastik yang telah dipersiapkan sebelumnya terisi penuh dengan beras ketan. Selanjutnya beras ketan yang tersusun rapi di atas tampah itu dijemur.
Siang itu Anggi memang tengah disibukkan membuat rengginang. Cemilan tersebut pertama kali diproduksi ketika masa pandemi Covid-19 pada 2020 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum masuk ke tahap pengukusan dan penjemuran, beras ketan yang menjadi bahan dasar pembuatan rengginang terlebih dahulu direndam. Proses perendaman berlangsung satu malam.
"Setelah dicetak, akan dijemur terlebih dahulu selama dua hari. Proses penjemuran itu memang tergantung cuaca atau sinar matahari," ujar owner D_Ma'zia, Anggie Reftani, saat berbincang dengan detikcom, belum lama ini.
Rengginang tersebut menjadi seperti oase di tengah gurun pasir. Sebab, di masa pandemi Covid-19 usaha yang dijalani Anggi sebelumnya menurun.
Menurunnya usaha mempengaruhi pendapatan, rengginang tersebut seperti menjadi penyelamat perekonomian keluarganya. Sebelum memproduksi rengginang, Anggi punya usaha menjual sarapan sejak 2018.
"Awalnya kami jualan sarapan di depan Masjid Al Falah, kita jual nasi bukhori, jual sarapan, nasi gurih. Namanya jualan ada naik dan turun
mulai jualan 2018," ujarnya.
![]() |
Anggi membuat rengginang awalnya hanya untuk cemilan di rumah ketika masa pandemi, ternyata anak dan suaminya suka. Kemudian sang suami, Muhammad Najib, mengusulkan untuk menjual rengginang buatannya.
"Di awal pandemi, kita suka ngemil rengginang, anak kita suka nyemil rengginang. Namanya saat itu lagi kesulitan (ekonomi), terus suami bilang kenapa nggak dibuat aja terus kita jual," ungkapnya.
Memproduksi rengginang untuk dijual tidaklah mudah, beberapa kali hasil produksinya gagal dan tidak bisa dijual dan dia pun merugi.
"Kita buat pertama kali waktu rumah di Jalan Bilal, kita buat pertama kali ya gagal, coba lagi gagal, coba lagi sampai bisa. Dulu kita punya 5 variant rasa rengginangnya, terus sampai perjalanan sampai hari ini. Kita tiap tahun lihat orang minatnya apa, akhirnya diputuskan buat satu rasa aja, original," jelasnya.
Rengginang D_Maz'ia kemudian dipasarkan ke kafe dan kedai yang ada di sekitar rumahnya. Respons pasar pun positif kala itu.
"Untuk menambah pemasukan baru kita buat lagi kacang bawang, kita masukkan ke kedai Aceh, masuk ke kafe, di UMSU banyak cafe dekat rumah," katanya.
"Kebetulan adik suami yang punya kafe, kita masukkan rengginang di sana, ternyata orang nongkrong itu banyak yang sambil makan rengginang. Terus dia nyuruh masukkan kacang juga. Dari kedai itu tahu kita orang suka ngemil rengginang sama kacang sambil minum kopi," lanjutnya.
Masa pandemi yang membuat orang lebih banyak berdiam diri di rumah justru membuat rengginangnya naik daun.
"Itu zaman Covid awal 2020, lancar di situ. Kemarin pas pandemi banyak di rumah, banyak nyemil. Dulu kita nggak pakai kemasan, pakai plastik putih kemasan. Kepling kita ngarahkan pelaku usaha buat NIB, saya diarahkan datang ke Kantor Camat Medan Timur, buat NIB (Nomor Induk Berusaha) di sana, terus masuk ke UMKM binaan mereka," katanya.
Setelah memiliki NIB, rengginang D_Ma'zia diminta masuk ke Kantor Kecamatan Medan Timur. Ternyata Camat Medan Timur ketika itu juga doyan nyemil rengginang.
"Pak camat itu suka ngemil rengginang kita. Kebetulan ada kerabat juga orang Pak Bobby (Wali Kota Medan), jadi kalau pak Bobby kunjungan atau apa minta renggingan, dari situ mulai berkembang," bilangnya.
![]() |
Terkendala Modal Usaha
Seiring dengan banyaknya orderan, Anggi mulai terkendala dengan modal. Dia ingin usahanya berkembang, tapi awalnya takut untuk mengajukan pinjaman.
"Iya pasti (terkendala modal), di awal-awal kan kita tidak punya modal. Alhamdulillah, mungkin Allah kasih jalan, bank itu kalau lihat kita banyak kegiatan, pasti datang nawari KUR, memang banyak kemudahan dibantu, KUR ini kita nggak repot, prosesnya mudah," kata dia.
"Kita usaha mau besar dan tak ada modal, kita akhirnya ambil KUR. Kita pertama kali ngambil ditawari KUR kecil Rp 10 juta, kami takut awalnya, takut nggak bisa bayar karena pas corona. KUR BRI di tahun 2022 sampai 2023," katanya.
KUR BRI diakuinya membuat modalnya bertambah, dengan begitu produksi yang dihasilkan menjadi lebih banyak. Proses pengajuan KUR di BRI pun mudah dan gampang.
"BRI ambil Rp 12 juta, kami masih takut nggak bisa bayar cicilan, banyak pertimbangan dan itu udah lunas," katanya.
Pemkot Medan Dukung UMKM Naik Kelas
Pemerintah Kota Medan mendukung pelaku UMKM untuk naik kelas dan berkembang. Guna mendukung hal itu, ASN di lingkungan Pemkot Medan dijadikan pasar pelaku UMKM.
"Selain memberikan pelatihan, bantuan modal, dan peralatan, Pemkot Medan juga telah menjadi pasar bagi produk UMKM," ujar Wali Kota Medan, Bobby Nasution.
Bobby mendorong agar UMKM masuk ke dalam katalog elektronik Pemkot Medan. Dengan begitu nantinya UMKM akan dilibatkan untuk pada setiap kegiatan.
"Kita dorong UMKM ini masuk ke katalog Pemkot Medan supaya mendapatkan pesanan. Bukan hanya makanan tapi produk UMKM yang lain," tuturnya.
BRI Targetkan Rp 165 T Penyaluran KUR
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pihaknya menargetkan penyaluran RP 165 triliun Kredit Usaha Rakyat (KUR) sepanjang 2024. Dia bahkan optimis target tersebut tercapai paling lama September mendatang.
"Untuk tahun ini kami akan salurkan KUR kepada lebih dari 3,7 juta nasabah dari pipeline sebanyak 7 juta. (Selain itu), Kami juga sudah siapkan nasabah-nasabah lama kami kurang lebih 2 juta kita akan naikkelaskan," ujarnya dilansir dari laman resmi BRI.
Optimisme tersebut tak lepas dari strategi yang telah disusun perseroan utamanya terkait percepatan graduasi atau upaya menaikkelaskan nasabah eksisting, dan perluasan jangkauan penerima baru.
Target ini lebih tinggi dibanding pencapaian 2023 yang mana BRI telah menjangkau 3,4 juta nasabah dengan 2,2 juta di antaranya merupakan nasabah baru. Sementara, BRI telah menaikkelaskan nasabah KUR eksisting sebesar 1,7 juta.
Sunarso menambahkan bahwa BRI akan terus mengupayakan percepatan graduasi dan meraih jangkauan yang lebih luas dengan mengedepankan program pemberdayaan. Artinya ini merupakan langkah transformasi dari fokus pembiayaan dan skema subsidi bunga yang selama ini diterapkan pada KUR generasi kedua yang sudah berjalan kurang lebih 10 tahun. Hal ini bertujuan agar penerima KUR tak hanya semakin bertambah jumlah, namun juga kualitas nasabah turut meningkat.
(astj/astj)