Hari Raya Idul Adha berkaitan dengan penyembelihan hewan kurban, biasanya yang disembelih adalah sapi, kambing, atau domba, sehingga seringkali disebut sebagai Hari Raya Kurban. Proses penyembelihan hewan kurban ini diatur oleh aturan tertentu, sehingga tidak semua orang dapat melakukannya dengan sembarangan.
Lantas, bagaimana sih asal-usul serta makna dari Hari Raya Kurban? Yuk simak artikel ini sampai akhir!
Makna Hari Raya Kurban
Menurut laman resmi Kementerian Agama (Kemenag), Hari Raya Idul Adha sering disebut Hari Raya Kurban. Idul Adha sendiri berasal dari bahasa Arab, yaitu "idul" dan "adha."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kata Idul atau id berasal dari kata ada yaudu yang berarti 'kembali'. Sementara itu, adha, bentuk jamak dari adhat, berasal dari kata udhiyah yang artinya 'kurban'.
Selain itu, dalam menyambut Idul Adha, penting untuk memahami tiga makna berkurban. Kurban merupakan ibadah sunnah yang dilaksanakan setiap tahun oleh umat Islam, khususnya pada bulan Zulhijah.
Amalan berkurban ditujukan untuk membantu umat Muslim yang kurang mampu, memungkinkan mereka memiliki kesempatan setidaknya sekali dalam setahun untuk menikmati daging kurban. Berikut adalah tiga makna dalam berkurban menurut laman resmi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
1. Merupakan Waktu Tepat untuk Berbagi
Hari raya kurban merupakan kesempatan yang baik bagi umat Islam untuk membagikan sebagian dari harta mereka dengan menyembelih hewan ternak yang ditujukan bagi sesama umat Islam yang membutuhkan. Allah SWT menyukai hamba-Nya yang berbagi dan saling membantu.
2. Mensucikan Harta
Melakukan kurban bisa menjadi cara untuk mensucikan harta bagi umat Muslim yang melaksanakannya. Kurban dapat diibaratkan sebagai proses membersihkan harta. Dengan membersihkan harta kita, kita dapat terhindar dari perasaan iri, dengki, dan emosi negatif lainnya.
3. Pertolongan di Hari Akhir
Hewan yang dikurbankan akan menjadi saksi dan serta sarana bantu dari Allah SWT bagi umat Islam yang melaksanakan kurban. Hewan kurban ini juga akan menjadi sarana perjalanan bagi mereka untuk selamat saat melewati jalan yang lurus dan untuk menjauhkan mereka dari api neraka yang menyala.
Sejarah Hari Raya Kurban
Masih berdasarkan laman sebelumnya, asal-usul bermula dari kelahiran Nabi Ismail A.S. Diceritakan bahwa pada waktu itu, Nabi Ibrahim A.S. tidak memiliki anak hingga usia lanjut, kemudian beliau memohon kepada Allah.
"Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku seorang anak yang termasuk dalam golongan orang-orang yang saleh." (QS Ash-Shaffat (37):100).
Ketika Nabi Ismail A.S mencapai usia remaja, Nabi Ibrahim A.S mendapat wahyu melalui mimpi bahwa ia harus menyembelih putranya, Ismail. Dalam Islam, mimpi seorang nabi merupakan salah satu cara Allah SWT menurunkan wahyu.
Oleh karena itu, perintah dalam mimpi tersebut harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim A.S. Akhirnya, Nabi Ibrahim A.S menyampaikan isi mimpinya kepada Ismail dan menyatakan bahwa ia harus melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih putranya. Nabi Ibrahim A.S berkata,
"Anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka, pikirkanlah apa pendapatmu?" Nabi Ismail A.S pun menjawab, "Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah, engkau akan mendapati aku termasuk orang-orang yang sabar." (QS Ash-Shaffat: 102).
Kemudian, Nabi Ibrahim A.S membaringkan anaknya dan bersiap untuk melakukan penyembelihan. Nabi Ismail A.S pun siap mematuhi perintah ayahnya. Mereka berdua menunjukkan keteguhan, ketaatan, dan kesabaran dalam menjalankan perintah tersebut.
Ketika Nabi Ibrahim A.S hendak mengayunkan parang, Allah SWT menggantikan tubuh Nabi Ismail A.S dengan seekor domba jantan besar dari surga, yang berwarna putih, bermata bagus, dan bertanduk.
"Wahai Ibrahim, kamu telah membenarkan mimpi itu. Begitulah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini adalah ujian yang nyata. Kami menebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar." (QS Ash-Shaffat [37]: 104-107).
Kejadian ini merupakan mukjizat dari Allah SWT yang menunjukkan bahwa perintah pengorbanan Nabi Ismail A.S hanyalah ujian untuk mengukur cinta dan ketaatan Nabi Ibrahim A.S dan Nabi Ismail kepada Allah SWT. Keduanya berhasil melewati ujian yang sangat berat ini.
Nabi Ibrahim menunjukkan kesetiaannya dengan bersedia mengorbankan putranya, sementara Nabi Ismail tidak ragu menjalankan perintah Allah dengan menyerahkan dirinya. Peristiwa ini menjadi asal mula sunnah berkurban yang dilakukan umat Islam setiap Hari Raya Idul Adha di seluruh dunia.
Demikianlah penjelasan mengenai sejarah serta makna hari raya kurban. Semoga bermanfaat bagi detikers, ya!
Artikel ini ditulis Siti Alya Zikriena Poetri, peserta magang bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(afb/afb)