Banjir Orderan di Masa Pandemi COVID-19 Bikin Irwan Berani Ajukan KUR

Banjir Orderan di Masa Pandemi COVID-19 Bikin Irwan Berani Ajukan KUR

Andika Syahputra - detikSumut
Kamis, 25 Apr 2024 18:45 WIB
M Irwan pemilik Irjie Kaligrafi saat mengerjakan orderan (Andika Syahputra/detikcom)
Foto: M Irwan pemilik Irjie Kaligrafi saat mengerjakan orderan (Andika Syahputra/detikcom)
Medan -

Lembaran aluminium berukuran 40x40 cm sudah tersusun rapi di meja kerja M Irwan. Di meja itu juga sudah ada penggaris, gunting, pensil, pulpen, lakban, dan gambar tulisan Allah dan lafadz Muhammad.

Ada juga mal yang akan jadi motif kaligrafi ikut tersusun rapi. Mal berbahan akrilik itu sudah dibuat oleh Irwan sebelumnya.

Tangan kanan Irwan mengambil pulpen dan tangan kiri memegang penggaris. Tahap awal yang akan dikerjakan Irwan membuat ukur garis pinggir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pulpen itu digunakan menandai titik-titik untuk mempermudah pekerjaannya. Lalu Irwan membuat lingkaran sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan.

Pada lingkaran tersebut Irwan menggambar sesuai dengan pola yang sudah ada. Pola lafaz Allah yang pertama dibuatnya.

ADVERTISEMENT

Aluminium yang sudah berbentuk lafaz Allah ditulis ulang dengan ditekan dari belakang oleh Irwan mengikuti pola. Dengan hati-hati dia melakukan itu.

Ornamen dengan motif yang dibuat dari bahan akrilik selanjutnya digambar Irwan pada lembaran aluminium. Motif tersebut dibuat pada empat sisi di lembaran aluminium tersebut.

"Setelah dibuat begini masuk tahap untuk pengguntingan dan pembuatan bingkai," ujar pemilik Irjie Kaligrafi, M Irwan, saat berbincang dengan detikcom di tempat usahanya Jalan Adi Sucipto, Kecamatan Polonia, Medan, Senin 22 April 2024 lalu.

M Irwan menunjukkan produksi kaligrafi hasil karyanya (Andika Syahputra/detikcom)M Irwan menunjukkan produksi kaligrafi hasil karyanya (Andika Syahputra/detikcom)

Aktifitas menjadi perajin kaligrafi sudah digeluti hampir 20 tahun lamanya. Awalnya Irwan menjadi pekerja pada perajin kaligrafi, namun sejak 2011 dia mulai merintis usaha sendiri berbekal pengalaman yang ada.

Diakui Irwan tidak mudah ketika mulai merintis usaha sendiri pada 2011, banyak cobaan yang dihadapi. Proses itu dianggap menjadi sebuah pembelajaran hidup.

"Pernah waktu bawa barang ditabrak kereta, berserak bingkai-bingkai itu, pecah kacanya. Baru mulai itu, cobaan. Penabrak keretanya lecet-lecet, setelah melalui perdebatan kerugian ganti masing-masing. Itu baru mulai usaha, istri nangis-nangis. Usaha nggak ada yang mulus, lika-liku usaha begitu. Ini cobaan, sabar aja," katanya mengenang kisah awal memulai usaha.

Untuk mengangkat bingkai kaligrafi yang akan dijual dari rumah ke Jalan Adi Sucipto masih menggunakan sepeda motor. Dia belum punya modal untuk membeli becak.

Bingkai kaligrafi yang dibuatnya itu pun dipajang di pinggir jalan. Lokasinya persis di depan kios dan bengkelnya saat ini.

"Dulu tempat ini belum ada, saya masih pajang di pinggir jalan. Barang kan harus diangkat dan dibawa balik ke rumah kalau tidak laku. Belum lagi kalau hujan sibuk menutupinya dengan terpal agar tidak basah. Begitu cobaan di awal memulai usaha," katanya.

Harga bingkai kaligrafi yang dijual diklaim Irwan lebih terjangkau dari tempat lain. Dia tidak ingin mengambil margin atau keuntungan terlalu besar apalagi mencapai 100%.

"Agama saya mengajarkan tidak seperti itu, kalau keuntungan 100% tidak boleh. Sewajarnya saja, apalagi kalau ada pelanggan beli dua, saya kasi harga grosir. Beberapa kali orang datang lagi karena harga saya yang terjangkau," ucapnya.

Perlahan usahanya mulai berkembang, orderan banyak yang masuk. Tak sanggup lagi mengerjakan semua seorang diri, dia mencari orang untuk dipekerjakan.

Irwan fokus membuat hasil karya di rumah, pekerja tersebut membantu menjaga barang dan menjualnya di pinggir Jalan Adi Sucipto. Tak berselang lama Irwan memberanikan diri menyewa tanah kosong persis di depan tempatnya berjualan.

Waktu itu modal pun terbatas, untuk menutupi biaya sewa tanah dan membangun tempat istrinya terpaksa menjual cincin pernikahan.

"Jual cincin nikah, kan beratnya 11 gram emas london, kecilkan aja jadi 5 gram. Nyewa lah di sini, bisa kerja di sini, produksi dan simpan barang jadi tak perlu dilangsir ke mana-mana lagi. Sekarang Rp 6 juta biaya sewanya per tahun," ungkapnya.

Irjie Kaligrafi yang ada di Jalan Adi Sucipto Medan (Andika Syahputra/detikcom)Irjie Kaligrafi yang ada di Jalan Adi Sucipto Medan (Andika Syahputra/detikcom)

Ajukan KUR di Masa Pandemi Covid-19

Tidak seperti UMKM lain yang banyak merugi hingga gulung tikar di masa pandemi, usaha Irwan justru berkembang saat itu. Karena banyak orderan yang diterima, Irwan dan istri sepakat mengajukan kredit usaha rakyat (KUR) ke BRI.

Sebelum itu mereka sudah pernah ditawari KUR namun tak dimanfaatkan karena merasa belum butuh. Kondisi di masa pandemi berbeda, orderan menumpuk membuatnya butuh tambahan modal usaha.

"Waktu Covid-19 luar biasa orderan, sampai saya kewalahan. Orang Covid-19 takut mati mungkin, jadi beli kaligrafi," katanya berkelakar.

Pertama kali KUR yang diambilnya yakni Rp 25 juta. Uang itu dipergunakan Irwan membeli barang. "Uang KUR
diambil langsung dibelikan barang," tuturnya.

Tidak hanya sekali, setelah cicilan KUR pertama selesai dia kembali mengajukan untuk kedua menjadi RP 30 juta. Terakhir KUR yang diambilnya Rp 60 juta. "Alhamdulillah karena orderan lebih banyak omzet naik, pendapatan ikut naik," katanya.

BRI Targetkan Rp 165 T Penyaluran KUR

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pihaknya menargetkan penyaluran RP 165 triliun Kredit Usaha Rakyat (KUR) sepanjang 2024. Dia bahkan optimis target tersebut tercapai paling lama September mendatang.

"Untuk tahun ini kami akan salurkan KUR kepada lebih dari 3,7 juta nasabah dari pipeline sebanyak 7 juta. (Selain itu), Kami juga sudah siapkan nasabah-nasabah lama kami kurang lebih 2 juta kita akan naikkelaskan," ujarnya dilansir dari laman resmi BRI.

Optimisme tersebut tak lepas dari strategi yang telah disusun perseroan utamanya terkait percepatan graduasi atau upaya menaikkelaskan nasabah eksisting, dan perluasan jangkauan penerima baru.

Target ini lebih tinggi dibanding pencapaian 2023 yang mana BRI telah menjangkau 3,4 juta nasabah dengan 2,2 juta di antaranya merupakan nasabah baru. Sementara, BRI telah menaikkelaskan nasabah KUR eksisting sebesar 1,7 juta.

Sunarso menambahkan bahwa BRI akan terus mengupayakan percepatan graduasi dan meraih jangkauan yang lebih luas dengan mengedepankan program pemberdayaan. Artinya ini merupakan langkah transformasi dari fokus pembiayaan dan skema subsidi bunga yang selama ini diterapkan pada KUR generasi kedua yang sudah berjalan kurang lebih 10 tahun. Hal ini bertujuan agar penerima KUR tak hanya semakin bertambah jumlah, namun juga kualitas nasabah turut meningkat.




(astj/astj)


Hide Ads