Cuaca yang bagus gunakan Marheni Br Sinulingga untuk membungkus pentil buah jambu merah yang mulai bermunculan di pohon. Sering kali dia mengisi waktu luang dengan melakukan hal itu.
Pentil jambu merah itu milik petani yang kerap menjual hasil panen kepada Mahreni. Karena itu dia sesekali ikut membantu membungkus pentil agar tidak digigit lebah.
Lokasinya persis depan rumah ibu dua anak itu di Jalan Diski Glugur Rimbun, Kecamatan Sunggal, Deli Serdang. "Kebetulan lagi tidak ada kegiatan jadi bantu-bantu bungkusin pentil buah pakai plastik," ujar Marheni ketika berbincang dengan detikcom di kediamannya Jumat 19 April 2024.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Membungkus plastik pentil jambu yang baru muncul merupakan sebuah keharusan. Jika tidak dilakukan buah itu bisa saja busuk karena digigit lebah.
Ketika sudah digigit lebah, buah tersebut akan busuk dan tidak dapat dipanen. Sebelum dibungkus plastik, pentil biji jambu merah itu dibalut koran terlebih dahulu.
Tidak lupa pestisida disemprotkan ke pohon agar buah tidak diganggu hama lain. "Kalau tidak diplastikin bisa busuk, karena gigitan lebah. kalau sudah digigit lebah pasti busuk. Sebelum dibungkus disemprot pestisida juga," ungkap dia.
Apabila turun hujan setiap hari setelah buah dibungkus plastik, maka dalam waktu satu minggu buah sudah siap panen.
Jika hasil panen petani tidak bagus juga berdampak kepada penjualannya. Begitu juga dengan petani tidak dapat menutupi biaya operasional.
Maka dari itu perlu dilakukan berbagai antisipasi agar buah yang dihasilkan kualitas bagus. Tidak setiap hari dia melakukan itu, hanya di masa senggang. "Kebetulan ini lagi tak ada kegiatan, jadi bantu-bantu," katanya.
![]() |
Siklus panen dari 5 petani yang menjadi langganannya yakni 3 kali sepekan. Buah yang dihasilkan juga bervariasi tergantung cuaca dan faktor lain.
"Panen seminggu tiga kali, sekali panen tergantung buah, kalau buah banyak bisa banyak, kalau paling banyak satu ladang bisa 800 kg, ukuran buah setiap ladang berbeda, ada juga ladang yang sedikit buahnya," tuturnya.
Saat ini, lanjut Marheni, termasuk kategori masa di mana buah sedikit. Agar tetap bisa memenuhi permintaan pelanggannya, Marheni dan suami mencari buah dari agen di daerah lain.
"Ini lagi musim sedikit karena masih berbuah, kalau tak ada dari petani buah, kita ambil ke agen," bilangnya.
Buah jambu merah yang didapatnya dari petani selanjutnya dijual ke beberapa daerah mulai dari dalam provinsi hingga ke luar provinsi.
"Kita jual ke Siantar, ada langganan di sana. Aceh ada juga, tapi mereka minta yang mengkal, di Siantar minta langsung siap jual yang masak, kalau dikasi yang mengkal mereka protes karena tidak bisa langsung dijual," sebut dia.
Pemilihan buah mengkal ke Aceh diyakininya karena jarak yang jauh. Ada kekhawatiran buah akan busuk diperjalanan.
"Kalau di Siantar nggak mau dikasi mengkal karena tidak bisa jual, di sana memang buah jambu merahnya diolah jadi jus. Di Aceh minta mengkal, di sana juga buat jus," tambahnya.
Petani sebenarnya, kata dia, tidak ingin menjual buah dalam kondisi mengkal. Sebab, harga jual lebih murah daripada buah matang.
Tidak hanya ke Aceh, dia juga pernah mengirim buah jambu merah ke Batam, Kepulauan Riau. Pengiriman dilakukan atas permintaan.
Sama seperti Aceh, buah yang dikirim ke Batam diminta dalam kondisi mengkal. Besarnya biasa produksi dan ongkos pengiriman membuatnya jarang mengirim buah ke Batam.
"Ke Batam itu plastik yang untuk bungkus harus diganti baru. Kita harus bayar orang lain untuk bantu bungkus, kan repot, belum lagi mereka minta yang mengkal, petani tak mau jual kalau mengkal," sebutnya.
Buah yang telah dipanen tidak serta langsung bisa dikirim, buah jambu biji merah terlebih dahulu dikemas dalam keranjang. Ada empat orang anak sekolah yang kerap membantu Marheni membungkus buah jambu ke dalam plastik hingga memasukkan ke dalam keranjang.
"Ada 4 orang anak sekolah di sini yang sering bantu. Dulu waktu SMP mereka sering bantu, pulang sekolah. Sekarang mereka sudah SMA, pulang sekolah kadang sore, jadi jarang bantu. Kalau tidak ada yang bantu, saya sama suami yang bungkus ke plastik dan keranjang," jelasnya.
Karena alasan itu pengiriman ke Batam jangan sekali dilakukan. Untuk proses pembayaran dia menggunakan rekening BRI.
Setelah barang yang dikirim diterima, maka uang pembayaran akan dikirimkan ke rekening BRI milik Marheni. "Uang pembayaran ditransfer setelah mereka mengecek buah yang dikirim.
"Ketika harga buah mahal, saya biasanya pesan ke langganan agar uang langsung ditransfer setelah barang diterima," ungkapnya.
Sejak 2015 Marheni sudah menjadi nasabah kredit usaha rakyat (KUR) BRI. Bertahap pinjaman diajukannya ke BRI untuk menambah modal usaha.
"2015 pertama kali ambil Rp 5 juta, total sudah 4 kali ngambil KUR BRI, terakhir ambil Rp 70 juta. Transaksi pembayaran dari pembeli itu pun pakai rekening BRI," katanya.
Mengambil buah dari agen harus dibayar tunai. Sehingga dia pun butuh modal tambahan, sedangkan buah petani bisa dibayarkan setelah dia mengirimkan ke penjual buah langganannya.
"KUR diambil untuk modal usaha, kalau kami ambil dari agen ngambil kontan, makanya butuh uang cash. Kalau petani bisa bayar setelah dibayar agen," sebut Marheni.
Baca juga: Terpuruk Usai Ditipu, Bangkit Berkat KUR |
BRI Targetkan Rp 165 T Penyaluran KUR
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pihaknya menargetkan penyaluran RP 165 triliun Kredit Usaha Rakyat (KUR) sepanjang 2024. Dia bahkan optimis target tersebut tercapai paling lama September mendatang.
"Untuk tahun ini kami akan salurkan KUR kepada lebih dari 3,7 juta nasabah dari pipeline sebanyak 7 juta. (Selain itu), Kami juga sudah siapkan nasabah-nasabah lama kami kurang lebih 2 juta kita akan naikkelaskan," ujarnya dilansir dari laman resmi BRI.
Optimisme tersebut tak lepas dari strategi yang telah disusun perseroan utamanya terkait percepatan graduasi atau upaya menaikkelaskan nasabah eksisting, dan perluasan jangkauan penerima baru.
Target ini lebih tinggi dibanding pencapaian 2023 yang mana BRI telah menjangkau 3,4 juta nasabah dengan 2,2 juta di antaranya merupakan nasabah baru. Sementara, BRI telah menaikkelaskan nasabah KUR eksisting sebesar 1,7 juta.
Sunarso menambahkan bahwa BRI akan terus mengupayakan percepatan graduasi dan meraih jangkauan yang lebih luas dengan mengedepankan program pemberdayaan. Artinya ini merupakan langkah transformasi dari fokus pembiayaan dan skema subsidi bunga yang selama ini diterapkan pada KUR generasi kedua yang sudah berjalan kurang lebih 10 tahun. Hal ini bertujuan agar penerima KUR tak hanya semakin bertambah jumlah, namun juga kualitas nasabah turut meningkat.
(astj/astj)