Bisnis Opak Emak-emak di Candirejo Topang Perekonomian Keluarga

Bisnis Opak Emak-emak di Candirejo Topang Perekonomian Keluarga

Andika Syahputra - detikSumut
Rabu, 24 Apr 2024 18:44 WIB
Pekerja Herlina saat mengangkat rigen atau tatakan berisi opak karena cuaca yang mendung (Andika Syahputra/detikcom)
Pekerja Herlina saat mengangkat rigen atau tatakan berisi opak karena cuaca yang mendung (Andika Syahputra/detikcom)
Deli Serdang -

Langit di Desa Candirejo, Kecamatan Biru-biru, Deli Serdang, mulai gelap padahal masih pukul 4 sore. Herlina pun mulai sibuk mengangkat rigen atau tatakan untuk menjemur opak.

Karena berbahan daun dan batang kelapa, bobot rigen ringan. Dengan mudah wanita yang akrab disapa Lina itu mengangkat tumpukan rigen.

"Bahaya kalau kena hujan bisa berjamur opaknya, rigennya juga bisa rusak, saya angkat dulu ya," kata Lina mengawali perbincangan dengan detikcom Senin 22 April 2024 lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anak gadis Lina dan seorang pekerjanya turut membantu mengangkat rigen yang berisi opak agar tidak terkena hujan. Rigen yang diangkat kemudian dipindahkan Lina ke dalam rumahnya.

Rutinitas sebagai pembuat opak sudah dijalani Lina sejak 2011 lalu. Lina bercerita usahanya terinspirasi dari tetangganya Leni tetangganya.

ADVERTISEMENT

Leni sudah lebih dahulu membuat cemilan berbahan dasar ubi kayu itu. "Saya awalnya belajar sama tetangga di sini. Saya ikut bantu-bantu dia sambil belajar bagaimana cara membuat opak," katanya ibu tiga anak itu.

Herlina saat akan mengangkat rigen atau tatakan berisi opak karena cuaca mendung (Andika Syahputra/detikcom)Herlina saat akan mengangkat rigen atau tatakan berisi opak karena cuaca mendung (Andika Syahputra/detikcom)

Saat itu Lina memang butuh pemasukan karena usaha suaminya mulai goyang. Mau tidak mau dia memutar otak untuk mencari pemasukan agar kebutuhan keluarga dapat terpenuhi.

"Suami usaha jualan kelapa dan pisang di Pasar Cemara, ketika itu mulai turun usahanya, pemasukan tidak ada," katanya.

Sebelum menikah Lina sudah terbiasa bekerja, terakhir kali dia bekerja di pabrik mi instan di Kawasan Industri Medan (KIM). Sayangnya pabrik mi instan itu bangkrut pada 2007 hingga dia terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

"Saya nggak mau diam ketika lihat suami mulai terpuruk, makanya saya belajar dengan tetangga yang sudah lebih dahulu buat opak. Setelah ilmunya dapat saya langsung beranikan diri produksi sendiri," ungkapnya.

Menjalani bisnis opak diakuinya tidak mudah, khususnya di awal berdiri. Beberapa kali produksinya gagal dan terpaksa harus dibuang.

Menurutnya produksi opak sangat bergantung terhadap cuaca, tidak boleh terkena air. Karena itu lah dia buru-buru mengangkat opak ketika cuaca sudah mendung.

"3 hari tidak kering opak ini berjamur dia. Pernah saya buang opak yang berjamur karena terkena hujan. Dulu masih buat per harinya itu sekitar 20 kg," tuturnya.

Ajukan KUR Setelah 3 Tahun

Tiga tahun berselang dan ketika modalnya sudah lebih banyak, Lina memberanikan diri mengajukan kredit usaha rakyat (KUR) ke BRI. Dia berharap dengan KUR usahanya dapat lebih berkembang.

"Pertama ambil KUR Rp 10 juta. Saya mau tambah produksi makanya beranikan ambil KUR," tuturnya.

Perlahan jumlah ubi yang diolah menjadi opak bertambah mulai dari 20 kg hingga sekarang Rp 120 kg per hari. Seiring dengan bertambahnya jumlah produksi, KUR yang diambilnya ke BRI meningkat.

"Total 4 kali sudah ambil KUR, pertama Rp 10 juta, kemudian Rp 20 juta, Rp 25 juta. Terakhir saya ambil Rp 50 juta. KUR terakhir diambil untuk beli aset, kami beli tanah biar kelihatan hasil kerjanya," katanya.

Pendapatan yang diperoleh Lina dari membuat opak ini cukup untuk menopang perekonomian keluarganya. Di saat bersamaan suaminya tetap memiliki penghasilan dari bekerja.

"Sekarang suami sopir antar-antar barang. Kalau pendapatan hanya dari bisnis ini cuma cukup untuk makan. Jadi pendapatan suami untuk biaya makan sehari-hari, pendapatan dari opak ini untuk kebutuhan anak sekolah dan yang lain," ungkapnya.

Mantri BRI Cabang Deli Tua, Desi Saragih, mengatakan Opak Ubi Srikandi Candi Rejo, merupakan klaster usaha binaan BRI. Dia menyebut ada beberapa keluarga yang memproduksi opak di rumahnya masing-masing.

"Di sini (Desa Candi Rejo) klaster usaha opak. Sekitar 15 keluarga yang memproduksi opak di sini," katanya.


BRI Targetkan Rp 165 T Penyaluran KUR

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pihaknya menargetkan penyaluran RP 165 triliun Kredit Usaha Rakyat (KUR) sepanjang 2024. Dia bahkan optimis target tersebut tercapai paling lama September mendatang.

"Untuk tahun ini kami akan salurkan KUR kepada lebih dari 3,7 juta nasabah dari pipeline sebanyak 7 juta. (Selain itu), Kami juga sudah siapkan nasabah-nasabah lama kami kurang lebih 2 juta kita akan naikkelaskan," ujarnya dilansir dari laman resmi BRI.

Optimisme tersebut tak lepas dari strategi yang telah disusun perseroan utamanya terkait percepatan graduasi atau upaya menaikkelaskan nasabah eksisting, dan perluasan jangkauan penerima baru.

Target ini lebih tinggi dibanding pencapaian 2023 yang mana BRI telah menjangkau 3,4 juta nasabah dengan 2,2 juta di antaranya merupakan nasabah baru. Sementara, BRI telah menaikkelaskan nasabah KUR eksisting sebesar 1,7 juta.

Sunarso menambahkan bahwa BRI akan terus mengupayakan percepatan graduasi dan meraih jangkauan yang lebih luas dengan mengedepankan program pemberdayaan. Artinya ini merupakan langkah transformasi dari fokus pembiayaan dan skema subsidi bunga yang selama ini diterapkan pada KUR generasi kedua yang sudah berjalan kurang lebih 10 tahun. Hal ini bertujuan agar penerima KUR tak hanya semakin bertambah jumlah, namun juga kualitas nasabah turut meningkat.




(astj/astj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads