Mengenang Kejayaan Becak Siantar, Dulu Jadi Favorit Warga Lokal

Sumut in History

Mengenang Kejayaan Becak Siantar, Dulu Jadi Favorit Warga Lokal

Kartika Sari - detikSumut
Rabu, 10 Apr 2024 10:00 WIB
SIANTAR, INDONESIA - JULY 21: Motorized rickshaw drivers wait for passengers in Siantar City, North Sumatra Province, Indonesia on July 21, 2022. In Siantar City, there is a famous motorcycle taxi known as the Siantar Becak. One peculiarity of this mode of transportation uses a BSA or Birmingham Small Arm motorcycle, an old motorbike made in England which was produced in 1930, formerly this motorbike was made for war vehicles, especially for the British military and the allied army during World War II. (Photo by Kiki Cahyadi/Anadolu Agency via Getty Images)
Foto: Anadolu Agency via Getty Images/Anadolu Agency
Pematangsiantar -

Jalan-jalan ke Kota Pematangsiantar tak lengkap jika tidak naik becak Siantar. Becak motor ini bahkan memiliki tugu yang menjadi ikon kota tersebut.

Bentuk becak ini cukup unik bergaya klasik dengan tubuh mesin yang cukup kokoh. Diketahui, becak Siantar ini menggunakan jenis Birmingham Small Arms (BSA) yang menjadi transportasi unggulan warga Siantar.

Beberapa warga kelahiran Pematangsiantar juga memiliki banyak kenangan dengan kendaraan ikonik ini. Bahkan dulu menjadikan becak ini sebagai transportasi mewah pada eranya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Satu di antaranya ada Truly Okto, warga kelahiran Siantar yang mengenang momen naik becak BSA bersama sang ibu pada tahun 1990an dengan ongkos yang saat itu masih Rp 1.000-an.

"Pas SD udah ngerasain naik BSA. Sekitar tahun 1990-an lah. Biasanya naik BSA paling sering sama mamak. Pas sama mamak ke pajak (pasar) untuk belanja. Kan banyak belanjaan, enggak mungkin pakai angkot. Jadi pake BSA biar muat barang-barang dan penumpang. Jadi paling sering pas kalau pulang dari Pajak ke rumah. Ongkos dulu tahun 1990an masih Rp 1000an lah dengan perbandingan naik angkot yang dulu Rp 100an," ungkap Truly kepada detikSumut, Kamis (4/4/2024) lalu.

ADVERTISEMENT

Truly begitu senang saat menaiki becak berbodi besar tersebut. Ia pun menyebut becak tersebut bisa mengangkat banyak muatan.

"Bentuknya ergonomis. Bisa muat banyak. Baik penumpang maupun barang. Di bagian belakang ada kotak mirip keranjang persegi berbahan besi kokoh untuk menaruh barang. Penumpang bisa duduk di depan. Penumpang dewasa dua orang di bangku busa. Penumpang anak-anak atau balita bisa di hadapan penumpang dewasa. Duduk di bantalan kayu. Terus di belakang sopir bisa juga satu orang," ujarnya.

"Biarpun banyak bawa beban, tetap nyaman karena BSA punya per yang kokoh dan membuat BSA bergoyang-goyang naik turun saat di jalan. Jadi tetap aman," lanjutnya.

Saat kecil, ia menyebut setidaknya menaiki becak BSA ini satu kali dalam seminggu. Ia pun kemudian mengingat momen-momen 'memorable' saat menaiki becak tersebut.

"Sedikitnya sekali seminggu. Kalau mau pulang dari pajak ke rumah sama mamak. Terus kalau mamak dan bapak berantam di rumah dan bapak enggak mengantar kami ke sekolah, mamak panggil becak untuk me drop kami ke sekolah. Karena anak-anaknya semua satu sekolahan pas SD. Sampai SMP masih sering naik BSA. Kalau pas SMA udah jarang dan lebih sering naik angkot," kata Truly.

Seiring bertambah dewasa, Truly mulai semakin jarang menaiki becak legendaris tersebut. Ia pun menyebut becak tersebut sudah semakin jarang ditemukan dengan mudah.

"Terakhir naik becak BSA pas tahun 2008 atau 2009 ya. Karena bapak sakit jadi mesti bawa terapi ke rumah sakit. Jadi mesti naik becak biar muat dua orang. Kalau naik kereta dibawa takut jatuh. Pas tahun 2010 an udah jarang baik becak terus pun jumlahnya juga makin sedikit kayaknya," ucapnya.

Becak asli Siantar ini terus berevolusi seiring perkembangan transportasi yang modern. Diketahui, becak ini dulunya bukan berbentuk seperti sekarang ini.

Dikutip dari website resmi Kemendikbud, kehadiran becak di Kota Pematangsiantar ini tidak serta merta. Sebelum bak model baru digunakan, motor BSA menggandeng kabin terbuka tanpa atap dan kaca penahan angin.

"Bak yang terbuka ini sebentar saja digandengkan sebab kurang cocok dengan hawa dingin dari punggung Bukit Barisan yang mengitari Kota Pematang Siantar," tulis website Kemendikbud.

Keistimewaan becak asli Siantar ini bisa dikatakan tak ada satupun angkutan modifikasi roda tiga yang dihela motor besar, berusia tua, dan langka seperti di Pematangsiantar. Tak heran apabila BSA itu sering dipelesetkan sebagai Becak Siantar Asli.

Biasanya rangka bak yang dibangun dari kayu keras lalu dilapisi plat besi ini dicat warna-warni kombinasi warna kuning, biru muda, putih, merah dan hijau membuat kombinasi dengan warna badan motor BSA yang umumnya gelap, marun atau hitam pekat.

Sementara itu, Dikutip dari website resmi Kemenkeu, Becak Siantar sendiri bisa dikatakan jenis transportasi langka untuk zaman sekarang, becak ini berupa Sepeda Motor dengan tambahan roda dan bak penumpang di sampingnya.

Bak penumpang itu pun didesain indah khas ornamen Siantar-Simalungun. Becak Siantar sarat nilai sejarah. Betapa tidak, sepeda motornya menggunakan Motor Birmingham Small Army (BSA) dengan kapasitas mesin 350 hingga 500 cc, motor pabrikan asal Inggris diproduksi sekitar tahun 1940-an.

Kendaraan ini awalnya diperuntukkan sebagai kendaraan perang. BSA masuk Siantar di masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, pada saat peralihan Tentara Jepang ke Tentara Sekutu (Belanda-Inggris) di Indonesia.

Pada saat tentara sekutu ditarik dari Kota Siantar, motor BSA ini ditinggalkan oleh tentara sekutu atau pemilik perkebunan. Sepeda Motor ini akhirnya terlantar dan tak bertuan, lalu oleh warga di modifikasi menjadi becak motor yang berfungsi sebagai moda transportasi andalan karena BSA memang handal dan garang menaklukkan kontur alam Siantar yang berbukit-bukit dan terjal.

Hingga di tahun 1970-an, Becak Siantar (BSA) memasuki masa kejayaannya, berlalu-lalang dan selalu menjadi kenangan tersendiri di hati masyarakat Kota Pematangsiantar.




(astj/astj)


Hide Ads