Bioskop lokal di Medan pernah mengalami masa kejayaan pada tahun 1950-an. Sebut saja ada Bioskop Astanaria, Majestic, Palapa, maupun Dewi yang jadi lokasi hiburan pada masanya.
Tim detikSumut kemudian mencoba mengunjungi salah satu gedung bioskop elit dan berjaya selama puluhan tahun, tepatnya pada tahun 1950an. Eks Bioskop Majestic terletak di Jalan Gatot Subroto Medan, tepat di seberang Bundaran SIB. Namun, gedung bioskop ini sudah digantikan dengan bangunan diskotek M City yang kini sudah tidak beroperasi lagi.
Sementara itu, berdasarkan informasi warga sekitar, tepat di seberang eks gedung Bioskop Majestic juga ada bekas bioskop Golden yang kini sudah berubah menjadi area pertokoan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walaupun sudah banyak bioskop modern di Medan, namun warga Medan memiliki banyak kenangan dengan bioskop lokal tersebut.
Contohnya saja ada Harry Suhardi (61), warga Medan yang memiliki kenangan pertama kali menonton film di Bioskop Astanaria. Bekas gedung bioskop ini sekarang menjadi gedung Pasar Pringgan Medan.
"Pertama kali nonton bioskop di Astanaria waktu masih SMP. Harga tiketnya murah waktu ini cuma Rp 500. Itupun ramai kali mesti antre belinya di loket, pernah juga mama saya beli di calo, memang lebih mahal dan mereka ada di sekeliling bioskop itu," ungkap Harry kepada detikSumut, Senin (30/9/2024).
Harry mengingat suasana studio bioskop saat itu begitu ramai pada era tahun 70an. Saat itu, studio hanya difasilitasi kipas angin dan juga banyak penonton yang merokok.
"Harga kursinya itu beda-beda, yang paling depan itu lebih murah, terus yang paling atas lebih mahal. Kalau dulu di dalam bioskop itu bisa merokok, keluar studio pedas juga mata karena kena asap," kenangnya.
"Dulu bioskop itu ramai karena dulu TV kan belum semua punya dan hiburan dulu ya bioskop lah," sambungnya.
Baca selengkapnya di halaman berikut...
"Saya dulu sering menonton, dulu misalnya ada filmnya si Alain Delon itu selalu diputar di Majestic. Kemudian ada film-film karya Steve Mcqueen yang bintang kondang Amerika pada tahun 70an," ujarnya.
Agus menyebutkan bahwa ia mendapatkan info penayangan film dari baliho besar yang ada di sekitaran gedung bioskop.
"Info-info film biasanya dimuat di baliho-baliho besar di depan bioskop dan ada jadwalnya sehingga gampang dilihat," ujarnya.
Terkait hal ini, sejarahwan Budi Agustono mengungkapkan bahwa bioskop-bioskop lokal di Medan memiliki segmen-segmen tersendiri.
"Hampir semua pada tahun 1970an dan 1980an itu banyak sekali film impor, bersamaan itu tahun 1980an banyak film Indonesia yang bermutu. Pangsa pasar bioskop ini kalau Bioskop Majestic itu ada banyak film-film barat, enggak pernah Majestic itu memutar film India ataupun film Silat pasti semua filmnya dari barat. Ini menunjukkan bahwa Majestic sebagai agensi modernitas di Kota Medan," kata Budi.
Namun begitu, Budi menyebutkan bahwa bioskop-bioskop lokal mengalami kemunduran mulai tahun 1990an akhir hingga 2000an awal. Agus menyebutkan bahwa hal tersebut dipengaruhi masuknya perusahaan bioskop modern.
"Bioskop lokal berjaya tahun 1950an sampai 1980an, mulai meredup tahun 1990an ketika misalnya muncul cineplex-cineplex yang ada di plaza, itu juga mulai merontokkan bisnis bioskop-bioskop lokal yang tidak ada plazanya," kata Budi.
"Medan dulu dikepung oleh banyak bioskop waktu itu, sekarang rontok semua di tahun 2000an. Sebelum bioskop modern muncul, bioskop lokal ini yang merajai perputaran film termasuk di salah satu Bioskop Kusuma yang sering menayangkan film India," pungkasnya.
Simak Video "Video: Kemdikdasmen soal Penyebab Lulusan SMK Banyak yang Nganggur"
[Gambas:Video 20detik]
(afb/afb)