Saat Ramadan tiba, suara sirine dari tandon menara air PDAM Tirta Silau Piasa Asahan di Jalan Panglima Polem, Kecamatan Kisaran Barat ini pasti sangat familiar di telinga warga hingga awal tahun 2000-an.
Gegelar suara sirinenya yang memekakkan telinga itu selama puluhan tahun diingat warga Kisaran dan sekitarnya saat Ramadan sebagai pertanda waktu berbuka dan imsyak tiba bagi masyarakat yang akan menjalankan ibadah puasa.
Zaman itu, tandon menara air PDAM Tirta Silau Piasa warisan peninggalan Belanda yang dibangun sejak tahun 1928 tersebut merupakan tempat yang paling tinggi daerah Kisaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena zaman itu menara itulah yang paling tinggi di antara bangunan yang lain, belum banyak gedung-gedung walet di Kisaran. Jadi ada pengeras suara dipasang di atas menara itu pertanda buka puasa atau sudah masuk waktu imsyak," kata Iswanto, Kabid Hubungan Pelanggan PDAM Tirta Silau Piasa, saat dihubungi detikSumut, Senin (18/3/2024).
Puluhan tahun, menara air PDAM jadi penanda waktu masuk buka puasa atau Imsyak. Kendati demikian kala itu operasionalnya hidup-mati sirine dijalankan oleh petugas kantor PLN yang lokasinya dekat dengan menara tersebut.
"Yang hidupkan juga orang PLN. Karena dekat dengan kantor PLN. Kantor PDAM (di dekat menara) sudah pindah sekitar tahun 2014 dari sana. Sekarang itu jadi bangunan cagar budaya, bentuk aslinya sama cuma di cat saja biar lebih cantik," katanya.
Tandon menara air itu sejak Belanda angkat kaki meninggalkan daerah Asahan yang potensial dijajah karena hasil perkebunannya melimpah sudah tidak digunakan sesaat zaman kemerdekaan. Namun tiang-tiang pilar besinya masih berdiri kokoh dengan batu bata cor beton yang masih asli sebagai pondasinya.
Saat ini, di sekitar lokasi tandon menara air yang dulunya bernama Water Leading Bedrif dan terdapat tulisan angka 1928 di atas puncak tendon airnya ini saat ini masih berdiri kokoh. Sementara di sekitarnya sarana publik berupa pasar buah Kisaran.
(nkm/nkm)