Keheningan pagi itu mendadak pecah, mata Ratna (59) yang terpejam perlahan terbuka setelah mendengar suara suaminya Muliadi (60). Muliadi terbangun karena penyakit stroke kambuh.
"Bapak nggak bisa apa-apa," kata Muliadi ke istrinya. Ratna yang masih belum sepenuhnya sadar, samar-samar mendengar perkataan Muliadi.
Ratna langsung mendudukkan badan di atas tempat tidur ketika terbangun. Muliadi dilihat Ratna sudah tidak bisa lagi bergerak, bagian kiri badannya hilang rasa.
Bukan hanya stroke, suami Ratna juga mengalami sesak nafas akibat masalah paru-paru. Pikiran Ratna langsung berkecamuk melihat kondisi penyakit sang suami.
Momen itu terkenang jelas di pikiran Ratna. Sebab, saat itu dia seperti tersudut dengan keadaan.
"Stroke bapak itu kambuh satu hari sebelum Ramadhan tahun lalu. Pas satu hari sebelum berpuasa, 22 Maret 2023 kalau tidak salah," ujar Ratna berkisah saat berbincang dengan detikcom.
Stroke yang kambuh ketika itu merupakan yang kedua kalinya. Pertama kali Muliadi terkena stroke tiga tahun silam. Kala itu hanya stroke ringan. Dengan perobatan tradisional perlahan kondisinya pulih.
Pilihan berobat secara medis dengan dokter tidak dilakukan oleh Ratna. Kondisi kali ini berbeda, selain stroke ada juga penyakit paru-paru dari suaminya.
Ratna mau tidak mau harus membawa Muliadi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis. Apa daya, kondisi keuangannya tidak memungkinkan saat itu. Belum lagi keluarganya menunggak pembayaran iuran BPJS Kesehatan.
"Waktu itu kejepit, uang nggak anak, bapak sakit, BPJS Kesehatan nunggak delapan bulan," katanya.
Sebelum jatuh sakit, Muliadi adalah seorang dosen honor di beberapa perguruan tinggi. Sejak sakit tiga tahun lalu, Muliadi tidak lagi bisa beraktivitas, sehingga tidak ada lagi pemasukan.
"Kondisinya memang tidak ada uang. Sewaktu bapak masih jadi dosen honor, cukuplah untuk beliau. Saya bantu jahit di rumah. Setelah stroke yang pertama tidak lagi aktif jadi dosen, pemasukan juga tidak ada," katanya.
Jam di dinding terus berputar, suasana pagi sudah berganti siang. Kondisi Muliadi mulai ngedrop. Tetangga mulai ramai datang untuk melihat keadaan Muliadi.
Salah satu tetangga Ratna kemudian berinisiatif melaporkan kondisi Muliadi ke Abdi Sitorus, kepala lingkungan tempat tinggal Ratna di Jalan Karya Jaya, Gang Eka Budi I, Kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor, Kota Medan.
Tidak lama berselang kepling tiba di rumah Ratna dan bergegas melihat kondisi Muliadi. Abdi Sitorus menyarankan agar Muladi segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perobatan.
Ratna ragu suaminya tidak bisa dirawat atau mendapat perobatan karena tunggakan BPJS Kesehatan. "Kami belum tahu kalau bisa berobat ke rumah sakit cuma pakai KTP. Kepling yang bawa kami ke sana, beliau cuma bilang 'ayok kita bawa ke sana (RS Mitra Sejati) aja'," katanya.
Dengan tumpangan mobil tetangga, Muliadi pun bisa sampai ke Rumah Sakit Mitra Sejati di Jalan Abdul Haris Nasution. Lokasinya tidak begitu jauh dari rumah Ratna. Begitu sampai di lokasi, Muliadi langsung masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD).
"Urusan administrasi waktu itu Pak Kepling yang bantu. Saya bersyukur karena memang waktu itu tidak ada uang. Tapi alhamdulillah bisa masuk rumah sakit cuma pakai KTP. Kata Pak kepling itu programnya Wali Kota Medan Pak Bobby. Padahal saya sendiri tak tahu ada program itu," ungkapnya.
Muliadi 14 Hari Berada di Rumah Sakit. Baca Halaman Berikutnya...
Simak Video "Video Dirut BPJS Kesehatan Bicara soal Rencana Pemutihan Tunggakan"
(astj/mff)