Tidak hanya jembatan Ampera yang menarik untuk dikunjungi saat di Palembang. Ada Masjid Cheng Ho yang bisa menjadi pilihan berbeda karena memiliki arsitektur unik, menggabungkan nuansa Islam dan Tionghoa.
Masjid Cheng Ho menjadi salah satu tempat wisata Palembang yang harus dilihat karena keistimewaannya. Tempat ini unik karena desain yang menawan, ada nuansa Islami yang dikombinasikan dengan ornamen dan bentuk bangunan mirip dengan klenteng.
Pengalaman mengunjungi Masjid Cheng Ho akan membuka mata pada akulturasi budaya yang langka dan berkesan bagi setiap wisatawan. Penasaran dengan sejarahnya, simak di bawah ini.
Sejarah Masjid Cheng Ho
Budayawan Palembang Iwan Vebri Al Lintani mengatakan bahwa keberadaan Masjid Cheng Ho berkaitan erat dengan nama besar Laksamana Cheng Ho, utusan terkenal dari Kekaisaran China selama Dinasti Ming.
Kisah bermula ketika Laksamana Cheng Ho ditugaskan untuk memperbaiki reputasi kekaisaran yang rusak oleh para perampok dari negerinya, yang saat itu dipimpin oleh Chin Swi.
Sekitar abad ke-15, Laksamana Cheng Ho datang ke perairan Indonesia, terutama Selat Bangka, Selat Malaka, dan Palembang, untuk menertibkan kawanan perampok. Setelah berhasil, dia kembali ke China sambil membawa para perampok yang membuat onar.
Selama tinggal di Palembang, Laksamana Cheng Ho membantu memperkuat komunitas Tionghoa Muslim yang sudah ada sejak era Sriwijaya. Komunitas Muslim ini kemudian berbaur dengan masyarakat lokal dengan baik.
Persatuan Islam Tionghoa Indonesia kemudian mendirikan Masjid Cheng Ho untuk menghormati jasa dan peran Laksamana Cheng Ho. Masjid megah dengan ornamen Tiongkok ini dibangun di atas lahan seluas 4.990 hektar persegi yang diberikan oleh Syahrial Oesman, Gubernur Sumatera Selatan saat itu, dan diresmikan pada tahun 2008.
Setelah proses yang panjang, Masjid Cheng Ho resmi berdiri. Ini adalah karya arsitektur yang menyatukan secara sempurna tiga esensi budaya Tiongkok, Islam, dan Palembang dengan keindahan visual yang memikat dan makna sejarah yang dalam.
Simak Video "Video Oikos Nomos: Butuh Rp 51 T Pulihkan Sumatera Usai Banjir Bandang"
(mep/mep)