Dodi (34), korban Bripka Edi Purwanto, mengaku trauma usai insiden pengancaman bersajam di jalanan Palembang yang dialaminya. Pasca kejadian itu, istri dan dua kerabat Edi rupanya sudah mendatangi kediaman Dodi.
Dijelaskan Dodi, sebelum terjadinya tabrakan antara mobilnya jenis Agya dengan Fortuner yang dikemudikan anaknya Bripka Edi yang diketahui belakangan ternyata masih di bawah umur, ia hendak putar balik di bawah Flyover Simpang Polda, dari arah RS Bhayangkara hendak menuju ke Km 5.
"Saat mau putar balik dan kepala mobil saya sudah masuk, ternyata mobil dia (anak Edi) yang dari arah Jalan Basuki Rahmat tidak berhenti dan menerobos saja, sehingga terjadilah kejadian itu," ungkap Dodi kepada detikSumbagsel, Rabu (20/12/2023).
Akibat kejadian itu, pria yang berdomisili di Jalan Ki Kemas Rindo, Kertapati, Palembang itu mengaku mobilnya rusak di bagian bumper depan dan samping penyok. Sementara Fortuner anak Edi, hanya tergores saja.
"Mobil saya penyok pak, bemper depan sama bodi samping penyok. Mobil dia kan tinggi jadi cuma ada lecet aja itu di bempernya," katanya.
Keluarga Bripka Edi Datangi Rumah Dodi
Selanjutnya, setelah laporannya berproses di kepolisian, pada Selasa (19/12) kemarin istri Edi dan dua kerabatnya mendatangi kediaman Dodi. Kedatangan mereka ke sana hanya sekedar meminta maaf atas ulah Edi yang keterlaluan, bukan untuk berdamai ataupun mengganti kerusakan mobil Dodi.
"Kemarin (19/12) istri dan kakaknya suami-istri datang ke rumah saya. Mereka datang hanya sekedar meminta maaf saja. Kalau soal itu ya sebagai manusia tentu saya maafkan. Tapi, mereka tidak ada omongan mau ngajak damai atau mau bagaimana. Apalagi omongan mau ganti mobil saya yang rusak, itu tidak ada. Ya saya juga kan tidak mau ngomong minta ganti. Kalau diganti ya ayo, nggak diganti juga nggak apa-apa," beber Dodi.
Dodi mengaku sejak melaporkan kejadian itu ke Polrestabes Palembang hingga hari ini, ia belum sama sekali mendapat surat panggilan resmi dari kepolisian terkait kasus tersebut.
"Saya belum pernah ke sana (kantor polisi) lagi, iya sejak melaporkan itu. Bukannya saya tidak mau ke sana, saya nggak mau saja datang tanpa ada surat panggilan secara resmi, saya takut nanti diintervensi, karena saya masih trauma. Dia (Edi) kan polisi, terus saya datang ke kantor polisi tanpa ada surat resmi, ya saya takut lah," katanya.
Sejak saat itu hingga kini, kata dia, sudah sekitar 10 kali penyidik berhubungan dengannya hanya via telepon.
"Adalah sekitar 10 kali komunikasi hanya lewat telepon saja, chat juga. Tapi saya juga kan nggak tahu yang chat itu polisi dari Polrestabes beneran atau bukan, makanya saya takut. Keluarga juga tidak menyarankan saya ke sana kalau tak ada surat resmi," tambahnya.
Trauma Diancam Sajam
Dodi mengaku sama sekali belum menerima berupa surat apapun dari polisi, termasuk SP2HP. Menurutnya, dia juga kaget mendapat kabar dari media jika Edi sudah ditetapkan tersangka.
"Belum ada saya terima surat-surat dari polisi, surat panggilan, iya (SP2HP) belum ada juga. Tak ada yang kasih tahu (Edi tersangka), saya tahunya malah dari media," ujarnya.
Meski begitu, Dodi mengaku lega mendengar kabar tersebut. Menurutnya, Edi sudah sepantasnya diproses hukum karena ulahnya telah merusak citra institusi Polri. Dia berterima kasih kepada awak media, Polrestabes Palembang dan Polda Sumsel yang sejauh ini sudah mengawal peristiwa tak mengenakan yang ia alami.
"Saya itu cuma minta keadilan yang pastinya, terus juga memberikan efek jera jadi sebagai anggota (Polri) itu jangan arogan kalau di jalan. Dan juga aku ucapkan terimakasih kepada media, netizen dan Polri saya juga terimakasih sudah cepat tanggap. Jangan gara-gara ulah dia nama polisi secara keseluruhan jadi rusak," katanya.
Hingga hari ini, Dodi mengaku masih trauma atas kejadian itu. Dia merasa ketakutan karena saat kejadian diancam Edi dengan dorongan yang keras hingga lehernya dicekik. Dodi pun membantah polisi menyebut sajam yang digunakan Edi merupakan dongkrak. Hal itu karena Dodi menyaksikan secara langsung jika sajam itu berjenis pisau sangkur.
"Saya sampai sekarang trauma, psikis lah ya, gimana nggak trauma, saya itu keras didorongnya, leher saya dicekik kayak itu. Polisi bilang itu dongkrak, itu tidak benar. Itu tuh pisau sangkur dan saya lihat sendiri kok, ada saksinya, dan di video juga ada. Mana bukti kalau itu dongkrak nggak ada kan polisi lihatkan buktinya ke wartawan?," jelasnya.
(dai/dai)