Siswi berinisial F di sebuah SMA negeri di Prabumulih, Sumatera Selatan menjadi korban pencabulan oknum guru berinisial D. Pihak terkait langsung menggelar pertemuan untuk mediasi masalah ini. Hasilnya, guru yang bersangkutan akan dipindahtugaskan.
Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Sumatera Selatan, Henny Yulianti. Henny mengungkapkan bahwa kasus ini awalnya diketahui setelah korban memberanikan diri untuk bercerita tentang dugaan pencabulan yang dialaminya.
"Dia cerita telah menjadi korban kekerasan seksual. Setelah didengar, kita uji dengan mengundang pelaku asusila (oknum guru D), pihak sekolah, biro hukum Setda Prabumulih, MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah), Dinas PPPA, dan Disdik," ujar Henny pada Jumat (24/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kata Henny, korban F mengungkapkan dalam pertemuan itu bahwa dia masih ingin mengenyam pendidikan di sekolahnya saat ini. Untuk itu, MKKS pun memutuskan untuk memindahtugaskan D ke sekolah lain.
"Untuk proses guru tersebut dipindah menjadi kewenangan Dinas Pendidikan ya, bukan di PPA," lanjut Henny.
Sementara untuk korban, UPTD PPPA bersama psikolog akan melakukan pemeriksaan atau assessment untuk mengetahui bagaiman kondisi psikis korban. F sendiri diketahui belum melaporkan dugaan pencabulan ini ke polisi.
"Jika ditanyakan kenapa F belum melaporkan ke aparat penegak hukum, itu mutlak menjadi hak korban. Yang pasti kewenangan kita hanya melakukan pendampingan psikologis terhadap korban. Jika korban menganggap merasa perlu melaporkan, pastinya kita akan dampingi," tegas Henny.
Korban F sendiri mengetahui bahwa dirinya telah menjadi korban pencabulan setelah ada sosialisasi kekerasan seksual (KS) di sekolah pada 2 November 2023 lalu. Dari situ, F pun melapor ke petugas sosialisasi secara tertutup di ruang BK, didampingi pihak sekolah.
Henny pun mengapresiasi keberanian korban berani menyampaikan peristiwa yang dialaminya. Dia pun berharap forum-forum sosialisasi kekerasan seksual ini dapat membuka wawasan para korban untuk tidak takut melapor.
"Dari sosialisasi itu, akhirnya ada yang berani speak up. Mereka juga kadang tidak tahu harus melapor ke mana," tutupnya.
Informasi dihimpun, pencabulan itu terjadi di luar sekolah, tepatnya ketika korban les bersama oknum guru tersebut. Diduga korban bukan hanya F seorang, melainkan masih ada korban lain.
(des/des)