Fakta Kematian Redho Warga Bangka Belitung yang Dimutilasi di Jogja

Round Up

Fakta Kematian Redho Warga Bangka Belitung yang Dimutilasi di Jogja

Tim detikSumbagsel - detikSumbagsel
Jumat, 21 Jul 2023 04:30 WIB
Karangan bunga di depan rumah keluarga Redho Tri Agustian.
ilustrasi Foto: Deni Wahyono/detikcom
Pangkalpinang -

Penemuan sejumlah potongan tubuh manusia yang berserakan di Turi, Sleman, Yogjayakarta menunjukkan titik terang. Polisi menduga potongan tubuh itu adalah Redho Tri Agustian, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang berasal dari Pangkal Pinang, Bangka Belitung.

Keyakinan polisi itu mengacu pada sidik jari korban yang identik dengan sidik jari UMY Redho Tri Agustian yang dilaporkan hilang. Polda DIY menyebut bahwa pencocokan sidik jari itu cocok atau identik 99%.

Hasil tes sidik jari itu dilakukan polisi terhadap potongan tangan yang ditemukan di Sungai Bedog, Turi, Sleman. Dirreskrimum Polda DIY Kombes FX Endriadi mengatakan uji sidik jari itu dilakukan dengan membandingkan sidik jari pada potongan tangan di Turi dengan milik mahasiswa UMY yang hilang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun untuk hasil yang lebih akurat, pihak kepolisian telah mengambil sampel DNA orang tua dari Redho di Bangka Belitung untuk disesuaikan dengan temuan potongan tubuh tersebut.

Pihak keluarga mengaku pengambilan sampel DNA telah dilakukan di Polda Bangka Belitung. Pihak keluarga berharap secepat mungkin mengetahui hasil pasti tentang potongan tubuh tersebut.

ADVERTISEMENT

Saat ini pihak keluarga Redho Tri Agustian telah melakukan doa bersama. Pihak keluarga juga menerima sejumlah karangan bunga dengan ucapan turut berduka cita.

Berdasarkan hasil penyelidikan polisi pelaku pembunuhan terhadap Redho adalah 2 orang pria. Dua pelaku itu yakni W (29) warga Magelang, dan RD (38) warga Jaksel, telah ditangkap pada Sabtu (15/7) di Bogor, Jawa Barat.

Polisi mengungkap sejumlah fakta atas kematian dan mutilasi yang dilakukan W dan RD. Dari pemaparan pihak kepolisian, W dan RD melakukan pembunuhan itu di salah satu tempat kost.

Dirreskrimum Polda DIY Kombes FX Endriadi mengatakan korban dan pelaku yakni W (29) dan RD (38) sudah saling kenal dari media sosial. Ketiganya juga tergabung dalam satu grup tertentu di media sosial.

"Jadi pelaku dan korban saling kenal, mereka kenal di grup yang ada di medsos. Hasil pemeriksaan kita sudah 3-4 bulan (kenal). Ketemu pertama," kata Endriadi, Selasa (18/7/2023).

Ada kekerasan tidak wajar yang membuat korban meninggal. Baca selanjutnya...

Setelah mereka berkenalan di medsos, W mengundang RD untuk datang ke Jogja. Ketiganya kemudian bertemu di kos pelaku W dan melakukan aktivitas kekerasan yang tidak wajar dan membuat korban meninggal.

"Kemudian mereka berkumpul dan melakukan aktivitas yang tidak wajar berupa kekerasan ataupun aktivitas kekerasan berlebihan. Kemudian dari kekerasan berlebihan itu korban meninggal dunia," jelasnya.

Kematian korban kemudian membuat panik pelaku. Akhirnya untuk menghilangkan jejak, mereka memutilasi korban dan membuangnya di beberapa lokasi.

"Melihat korban meninggal dunia, para pelaku panik lalu melakukan mutilasi. Potongan tubuh dibungkus, membuang, menyebarkan. Kemudian pelaku kembali," ujarnya.

Endriadi menyebut kedua pelaku sempat merebus potongan tubuh korban. Pelaku melakukan aksi sadis ini dengan maksud menghilangkan jejak, ada bagian tubuh korban yang mereka rebus.

Endriadi menyebut setelah memutilasi pelaku sempat istirahat. Potongan tubuh korban pun tak langsung dibuang. Akan tetapi, salah satu pelaku menyurvei dulu lokasi yang digunakan untuk membuang potongan tubuh korban.

Sementara itu, pihak keluarga Redho Tri Agustian berprasangka pelaku tidak hanya dua orang karena hal itu terjadi sangat rapih dan terencana. Termasuk adanya upaya menghapus jejak pembunuhan dengan menyerekkan potongan tubuh dan mengubur kepala.

Paman Redho, Majid saat berbincang dengan detikSumbagsel mengatakan bahwa kedua pelaku ini lebih dari sadis mengeksekusi keponakannya itu. Mengingat potongan tubuh korban ditemuakan berceceran.

Saat ini, sembari menunggu hasil tes DNA keluar dan jenazah bisa dibawa pulang, pihak keluarga dan kerabat dekat menggelar doa bersama di kediaman mereka setiap sore.




(bpa/bpa)


Hide Ads