Kehadiran Partai Komunis Indonesia (PKI) meninggalkan jejak sejarah di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Reruntuhan kamp PKI di Pulau Kemaro menjadi saksi bisu pernah terjadi penumpasan ratusan nyawa manusia.
Dikutip detikEdu, PKI meninggalkan sejarah kelam di Tanah Air. Pada 1965, PKI melancarkan Gerakan 30 September yang mengincar perwira tinggi TNI AD Indonesia.
Enam perwira tinggi yang menjadi korban gerakan itu yakni Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jendral Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Harjono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan dan Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam buku Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX yang disusun Ratna Sukmayani, Thomas K Umang, Sedono, Seno Kristianto, dan Y Djoko Rahardjo, diterangkan bahwa Operasi Penumpasan PKI kemudian dilancarkan pada 1 Oktober 1965.
Panglima Kostrad Mayor Jenderal Soeharto memimpin operasi penumpasan tersebut. Operasi tersebut membuat PKI bisa dilumpuhkan. Para pemimpin atau tokoh PKI ditangkap dan ditembak mati.
Untuk menumpas PKI hingga ke akar-akarnya, operasi tidak hanya digelar di ibu kota. Tapi juga di berbagai daerah seperti ada Operasi Merapi di Jawa Tengah dan Operasi Trisula di Blitar Selatan.
Lantas, bagaimana yang terjadi di Palembang? Inilah 10 jejak sejarah kamp PKI di Pulau Kemaro yang tak banyak diketahui orang.
10 Jejak Sejarah Kamp PKI di Pulau Kemaro
![]() |
Sederet peninggalan bekas kamp PKI di Pulau Kemaro masih bisa ditelisik. Walau sulit, jejak sejarah ini tersimpan dalam ingatan warga serta sejarawan. Berikut ini rangkumannya.
1. Lokasi Kamp PKI Jauh dari Kota Palembang
Pulau Kemaro adalah delta kecil di tengah Sungai Musi yang menjadi tempat suci dan penuh sejarah. Pada tahun 1965, pulau kecil ini menjadi salah satu tempat yang difungsikan untuk menahan orang-orang yang terlibat atau simpatisan PKI.
Lokasi Pulau Kemaro cukup jauh dari pusat Kota Palembang, sekitar 6 kilometer. Pulau ini dikelilingi oleh kawasan industri, termasuk Pabrik Pupuk Sriwijaya dan Pertamina Plaju.
Sebelum peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30SPKI), Pulau Kemaro berfungsi sebagai tempat menimbun besi tua milik PT Waskita Karya. Imbas adanya penumpasan PKI, pulau itu berubah menjadi penjara bagi tapol.
Hanya ada satu cara bisa sampai ke Pulau Kemaro yakni dengan transportasi air. Saat ini, ada dua pilihan jalur. Pertama menyewa perahu ketek di Jembatan Ampera dengan jarak tempuh sekitar 30-45 menit.
2. Kamp PKI di Pulau Kemaro Tak Banyak yang Tahu
Menemukan bekas lokasi kamp tersebut tidaklah mudah. Warga sekitar yang berada di seberang Pulau Kemaro tidak mengetahui cerita tentang kamp tahanan PKI. Informasi itu terasa asing bagi mereka. Setelah bertanya sana-sini, akhirnya detikSumbagsel bertemu salah seorang warga yang tahu soal kamp tersebut.
Ia adalah Ishak (62), penduduk Kampung Air, Pulau Kemaro. Sejak tahun 1990, ia tinggal dan bekerja sebagai sopir perahu ketek. Ia mengetahui seluk beluk pulau dari ujung timur hingga barat, termasuk soal kamp tahanan PKI.
Ishak memandu tim detikSumbagsel menuju ujung timur Pulau Kemaro. Perjalanan menyusuri Sungai Musi sekitar 2 km atau 20 menit menggunakan perahu ketek, satu-satunya transportasi yang bisa digunakan. Bekas lokasi kamp jarang dijamah manusia. Sesekali ada anak muda datang untuk bermain atau warga lokal yang mencari kayu.
Kapal besar yang bersandar kemudian ditunjuk Ishak. Menurutnya, di hadapan kapal itulah lokasi kamp PKI dulu berada. Ketika ditelusuri, tidak ada sisa bangunan sama sekali. Hanya ada hamparan pasir, pohon dan rumput yang sudah meninggi.
"Sepengetahuan saya, di sinilah tempatnya," ujar Ishak kepada detikSumbagsel, Kamis (12/9/2024).
3. Bangunan Kamp PKI Hancur Ditelan Abrasi
![]() |
Dalam penelusuran detikSumbagsel tahun lalu, tidak ada bangunan apapun di Pulau Kemaro. Hanya ada pecahan batu bata dan reruntuhan yang menyatu dengan daratan, serta ditumbuhi rumput liar.
Menurut Ishak bangunan kamp tak bertingkat, dan bagian yang terbuat dari batu bata masih teringat jelas olehnya. Ia menunjuk salah satu pohon besar yang sudah tumbang.
Itu adalah titik awal bangunan kamp tahanan PKI yang dulunya terbentang sepanjang 150 meter ke arah Palembang dan jaraknya jauh dari bibir Sungai Musi. Namun, kini bangunan kamp habis digerus abrasi.
4. Tersisa Pecahan Batu Bata dan Tembok yang Hancur
Ishak mengambil pecahan batu bata berwarna oranye yang sudah menyatu dengan pasir. Ia ingat betul batu bata itu bagian dari bangunan kamp tahanan PKI. Tampak juga bongkahan tembok dan genting.
Dulu terdapat pos penjaga yang berfungsi untuk memantau tahanan supaya tidak kabur. Pos tersebut juga digunakan untuk menghalangi warga lokal memasuki kawasan kamp. Kini, lokasi pos sudah menyatu dengan sungai.
"Kalau dulu tempat posnya ada, di ujung. Sekarang tidak ada lagi," tutupnya.
5. Kamp PKI Berbentuk Bedeng
![]() |
Pulau Kemaro memiliki luas sekitar 24 Ha yang terbagi menjadi bagian hulu dan hilir. Bagian hulu merupakan permukiman penduduk, dan bagian hilir merupakan lokasi Kamp Pulau Kemaro.
Di sana ada dua bedeng berukuran 7x20 meter berbentuk L, berdinding papan jarang, berlantai semen kasar, pintunya satu, dan tidak berplafon. Bedeng itu dipakai sebagai tempat tinggal para buruh.
Namun setelah peristiwa Gerakan 30 September, bedeng itu dialihfungsikan untuk menahan tahanan politik (tapol) yang dianggap sebagai anggota atau simpatisan PKI.
Sejarawan Palembang, Dedi Irwanto membenarkan lokasi kamp tahanan PKI yang dijelaskan Ishak. Bagian hilir Pulau Kemaro yang dijadikan kamp kini sudah tidak menyisakan bangunan.
"Di bagian hilir. Sudah tidak ada lagi (bangunan)," ujar Dedi saat dihubungi detikSumbagsel, Jumat (13/9/2024).
6. Penjagaan Kamp PKI Sangat Ketat
Pemilihan Pulau Kemaro sebagai kamp PKI karena lokasinya dipisahkan aliran sungai sehingga mudah untuk dijaga. Penduduk setempat dilarang melintas ke area kamp.
Batas yang diperbolehkan hanya 200 meter dari pulau. Jika ada yang mendekat langsung ditembak petugas jaga. Terdapat 6 pos penjaga yang bersiaga mengawasi kamp.
Pos tersebut dijaga anggota militer yang baru lulus pendidikan. Aturan itu membuat kamp benar-benar tertutup dari masyarakat umum.
"Jadi kalau ada perahu yang lewat itu ditembak oleh petugas. Dari 6 pos, ada 4 pos boleh menembak siapapun yang mendekat. Seperti penjara di pulau," ungkapnya.
Terdapat juga pagar kawat berduri dua lapis setinggi 4 meter. Masa tinggal tahanan PKI berjalan kurang lebih selama tiga tahun dan selesai pada 1967.
7. Kamp Tapol Terbagi Atas Beberapa Blok
Dua bedeng berbentuk L dibagi menjadi beberapa ruangan yang disebut dengan barak dan blok. Barak terbagi menjadi dua yakni untuk laki-laki dan perempuan. Sementara blok ada empat dengan diberi nama A, B, C dan D.
Setiap blok mempunyai fungsi masing-masing sebagai ruangan khusus untuk tapol. Blok A untuk tahanan yang status permasalahan ringan. Tapol yang tinggal di sana diperbolehkan membantu petugas untuk mencari makanan di sekitar kamp seperti ubi talas.
Blok B untuk status tahanan berat, blok C dijadikan sebagai ruangan khusus untuk menyiksa tapol yang masih menunjukkan diri sebagai PKI. Biasanya terjadi pada tahanan dari anak ranting PKI yang ada di kecamatan.
8. Tapol Kamp PKI Diangkut Pakai Truk dan Kereta
![]() |
Berdasarkan sumber yang ditemukan sejarawan Palembang, ada sekitar ratusan tapol dari berbagai daerah di Sumatera khususnya Palembang, Lampung, Bengkulu dan Jambi ditahan dan dikonsentrasikan di Pulau Kemaro.
Tapol dimasukkan ke dalam gerbong yang berisi karet mentah menuju ujung timur Pulau Kemaro. Saat tiba di Stasiun Kertapati, ditemukan banyak tahanan yang sudah menjadi mayat. Mereka tidak mampu bertahan hidup karena terpapar bau karet yang menyengat.
Mayat tersebut dibiarkan. Fokus pemindahan terus dilakukan. Ratusan tapol yang diangkut dari berbagai daerah dibawa ke Pulau Kemaro di bagian timur menuju bedeng bekas gudang.
9. Mayat Tapol Dibuang ke Sungai Musi
Salah satu ruangan dijadikan sebagai tempat menyiksa tahanan. Ruangan itu bernama blok C. Mereka yang melakukan kesalahan fatal atau status permasalahannya besar mendapatkan siksaan dari petugas. Penyiksaan terjadi tanpa henti dari tahun 1965-1967.
Menurut sejarawan, cukup banyak tapol yang meninggal dunia dari tahun pertama, kedua, hingga ketiga. Beberapa mayat ada yang dibuang ke Sungai Musi.
10. Warga Sekitar Terasingkan dari Pulau Kemaro
Warga sekitar Pulau Kemaro merasakan kelamnya hidup para tahanan. Mereka tidak bisa mencari kebutuhan hidup di sekitar kamp. Bankan banyak yang melihat mayat mengapung pada tahun 1965-1967.
Nelayan yang mencari ikan sempat menemukan jari manusia saat membersihkan perut ikan. Cerita kelam ini menjadi kenangan pahit bagi mereka yang pernah menghuni Pulau Kemaro.
Itulah 10 jejak sejarah kamp PKI di Pulau Kemaro yang tidak banyak diketahui orang. Semoga berguna, ya.
Baca juga: Jejak Penumpasan PKI di Pulau Maut Palembang |
Simak Video "Video: Situasi Pulau Kemaro Palembang Jelang Puncak Cap Go Meh"
[Gambas:Video 20detik]
(mep/mep)