Bisnis Turun-temurun Perajin Perahu di Pinggir Sungai Musi Palembang

Sumatera Selatan

Bisnis Turun-temurun Perajin Perahu di Pinggir Sungai Musi Palembang

Welly Jasrial Tanjung - detikSumbagsel
Rabu, 27 Nov 2024 11:00 WIB
Salah satu pengrajin perahu di Kampung Perahu Sungai Musi
Foto: Salah satu pengrajin perahu di Kampung Perahu Sungai Musi (Welly Jasrial Tanjung)
Palembang -

Seorang pria bertopi dan mengenakan kaos hitam terlihat sibuk siang itu. Ia duduk di atas perahu jukung dari kayu berwarna hijau. Pria itu bernama Burhan, salah satu perajin perahu di Kelurahan 2 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu (SU) I Palembang.

Ditemui detikSumbagsel di lokasi, nampak sebuah perahu yang sedang dikerjakan Burhan. Ia ditemani saudaranya. Terlihat Burhan memalu paku di bagian atas perahu berukuran 11 meter itu dengan hati-hati.

Burhan bercerita, perahu yang tengah dikerjakannya itu adalah pesanan seseorang dan akan segera diambil oleh pemesannya dalam waktu dekat. Ia mengaku menjadi perajin perahu sejak masih kecil, karena bisnis itu adalah bisnis keluarganya yang sudah turun-temurun. Bahkan dari bisnis inilah, ia menghidupi keluarganya sehari-hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pria berusia 33 tahun itu memiliki tempat produksi sendiri, yang lokasinya tak jauh dari rumahnya. Tepatnya di pinggir Sungai Musi. Rumah Burhan bukanlah seperti rumah pada umumnya, melainkan rumah apung. Sehari-hari, ia menghabiskan waktu di sana dengan menekuni bisnis tersebut. Selain ahli membuat perahu jukung, ia juga biasanya menerima orderan pembuatan perahu tradisional.

"Saya buat perahu ini bersama kakak ipar. Usaha ini sudah turun-temurun dari bapak (orang tuanya)," katanya, Minggu (24/11/2024).

ADVERTISEMENT

"Saya sedang menyelesaikan perahu jukung pesanan asal Banyuasin. Sebentar lagi finishing dan akan segera diambil," lanjutnya.

Menurut Burhan, pembuatan perahu jukung ini memakan waktu 15 hari atau sekitar dua minggu. Satu bulan, bisa mengerjakan dua perahu. Bahan yang digunakan untuk pembuatan perahu ini menggunakan kayu meranti karena kayu ini kuat dan tahan lama.

"Satu unit perahu jukung ini dijual dengan harga Rp 22 juta belum termasuk mesin. Kalau konsumen ingin membeli lengkap dengan mesin, bisa sampai Rp 35 juta," tuturnya.

Burhan mengatakan pembuatan perahu jukung tidak ada gambar atau sketsa. Namun, ia hanya berbekal dari minat pemesan terkait ukuran yang dikehendaki saja.

"Pembuatannya tidak menggunakan sketsa. Selain itu membuat perahu ini hanya otodidak, asal bisa memegang pukul dan mengukur pasti bisa membuat perahu ini," katanya.

Meski begitu, Burhan mengaku tidak menemukan kendala berarti dalam pembuatan perahu. Hanya saja, jika air pasang biasanya ia sangat berhati-hati karena potensi bisa tersetrum saat pengerjaannya.

"Kita kan membuat perahu ini menggunakan listrik, kalau lagi pasang takut basah dan kena setrum saja. Selebihnya tidak ada," katanya.

Burhan menyebut dirinya harus mencari papan dari kayu meranti di perbatasan Sumsel dan Lampung. Sebab di Palembang, kayu tersebut sulit ditemui.

"Kayu meranti ini kita pesan itu di perbatasan Sumsel-Lampung. Kalau di Palembang, kurang bagus kualitasnya," katanya.

Ia menjelaskan pemesanan perahu rata-rata berasal dari Banyuasin. Karena Banyuasin merupakan wilayah yang didominasi perairan sehingga dibutuhkan perahu untuk aktivitas warga sehari-hari.

Sementara itu, salah satu pemesan perahu, Darmawisata mengatakan dirinya datang ke Kampung Perahu untuk mendapatkan perahu yang berkualitas. Perahu ini nantinya akan digunakan untuk transportasi sehari-hari.

"Sebelumnya saya sudah ada perahu jukung beli di tempat lain. Namun sekarang sudah mulai jelek, jadi beli yang baru dan pesan di sini. Karena rekomendasi teman dan harganya lebih murah," ujarnya.




(dai/dai)


Hide Ads