Sumsel Alami Deflasi 0,19 Persen, Ini 5 Komoditas Penyumbangnya

Sumatera Selatan

Sumsel Alami Deflasi 0,19 Persen, Ini 5 Komoditas Penyumbangnya

Welly Jasrial Tanjung - detikSumbagsel
Kamis, 05 Sep 2024 16:20 WIB
Economy chart: Rising Arrow, France Flag and Euro Banknotes
Foto: Iustrasi (Getty Images/Javier Ghersi)
Palembang -

Badan Pusat Statistik mencatat Sumsel mengalami deflasi sebesar 0,19% secara month to month (mtm). Jumlah ini lebih rendah dibandingkan pada Juli 2024 sebesar 0,29%.

Kepala BPS Sumsel Moh Wahyu Yulianto mengatakan tingkat inflasi year to date (ytod) sebesar 0,16%.

"Dari Januari, lalu Juni hingga Agustus 2024, Sumsel mengalami deflasi secara berturut-turut," katanya dalam rilis BPS Sumsel yang diterima detikSumbagsel, Kamis (5/9/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun sejumlah komoditas yang menyumbang deflasi yang cukup tinggi di Sumsel di antaranya yakni bawang merah, daging ayam ras, jeruk, telur ayam ras, dan cabai rawit.

"Masing-masing komoditas penyumbang deflasi ini sebesar minus 0,13%, minus 0,09%, minus 0,05%, minus 0,03%, dan minus 0,02% secara berturut-turut," katanya.

ADVERTISEMENT

Penurunan harga bawang merah dan jeruk disebabkan oleh melimpahnya pasokan sejalan dengan masuknya musim panen di daerah sentra yang juga didukung dengan cuaca yang kondusif.

Upaya ini juga diperkuat dengan memastikan terjaganya ketersediaan pasokan melalui Kerjasama Antar Daerah (KAD) antara Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Ogan Komering Ilir, dan Kota Palembang dengan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, untuk komoditas bawang merah.

"Sementara itu, penurunan harga daging dan telur ayam ras masih terus berlanjut sejalan dengan penurunan harga jagung dan day old chick. Untuk penurunan harga cabai rawit didukung oleh surplus neraca pangan secara nasional," ujarnya.

Sementara itu, bila dilihat berdasarkan kelompok pengeluaran dari 11 kelompok lainnya, ada dua kelompok yang mengalami deflasi dan sembilan mengalami inflasi.

"Dua kelompok yang penyumbang deflasi memberikan dorongan relatif lebih tinggi dibanding kenaikan inflasi kelompok lain," katanya.

Untuk rincian perubahan harga pada masing-masing kelompok pengeluaran meliputi kelompok makanan, minuman dan tembakau minus 1,06%, pakaian dan alas kaki 0,17%, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 0,03%.

Lalu kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,16%, kesehatan 0,24%, transportasi 0,32%, kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,01%. Kemudian kelompok rekreasi, olahraga dan budaya minus 0,02%, pendidikan 0,04%, penyediaan makanan, minuman/restoran 0,01% dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,84%.

Menurut Wahyu untuk inflasi di Sumsel secara tahunan atau year on year (yoy) sebesar 1,80 %, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 105,91%.

"Angka ini mengalami penurunan di sepanjang 2024. Diketahui inflasi tertinggi terjadi pada Januari sebesar 3,35 %,"ujarnya.

Kepala Kantor BI Sumsel, Ricky P Gozali mengatakan deflasi ini disumbang oleh beberapa komoditas, seperti bawang merah, daging ayam ras, jeruk, telur ayam ras, dan cabai rawit.

Inflasi di Sumatera Selatan yang terkendali merupakan upaya dan peran aktif Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumsel dalam mengendalikan inflasi melalui strategi 4K, yaitu Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif.

"TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan masih terus melaksanakan kegiatan pasar murah sebagai upaya mengendalikan harga komoditas pangan di tingkat masyarakat," pungkasnya.




(dai/dai)


Hide Ads