Air Bendungan Tak Sampai, Petani Telantarkan Sawah Padi dan Tanam Sawit

Bengkulu

Air Bendungan Tak Sampai, Petani Telantarkan Sawah Padi dan Tanam Sawit

Hery Supandi - detikSumbagsel
Senin, 04 Sep 2023 12:47 WIB
Sawah padi di Mukomuko, Bengkulu, ditelantarkan atau ditanami sawit karena tak mendapat aliran air.
Foto: Hery Supandi/detikcom
Mukomuko -

Ratusan hektare lahan persawahan di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu terpaksa ditelantarkan petani lantaran tidak mendapat aliran air. Bendungan Manjunto yang ada belum dapat sepenuhnya mengairi persawahan di sekitar karena keterbatasan dana.

Dari total 9.493 hektare lahan potensial, baru separuhnya atau sekitar 4.116 hektare sawah saja yang teraliri air. Padahal Mukomuko merupakan salah satu lumbung padi Provinsi Bengkulu.

Salah satu petani di Kecamatan Lubuk Pinang, Idar mengatakan dirinya telah bertani sawah selama 29 tahun. Namun, tidak semua lahan bisa digarap karena keterbatasan air. Dari total 2 hektare lahan miliknya, hanya 1 hektare yang ditanami padi. Sisanya ditelantarkan atau ditanami sawit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya bertani sejak 29 tahun lalu, hanya sebagian sawah yang terairi oleh Bendungan Manjuto, sedangkan sisanya ditelantarkan atau ditanami sawit karena irigasi tidak sampai," kata Idar kepada detikSumbagsel, Senin (4/9/2023).

Hal senada juga disampaikan Kepala Desa Rawa Mulya Kecamatan XIV Kuto, Nodo. Nodo menjelaskan, banyak lahan milik warga desanya yang telah beralih fungsi. Namun, jika lahan mulai teraliri air, warga juga akan mengganti kembali sawit ke tanaman padi.

ADVERTISEMENT

"Di Desa Rawa Mulya sekitar 10 hektare lahan sawit dikembalikan fungsinya menjadi sawah karena saat ini saluran tersier telah dibangun. Saya optimistis kalau saluran bendung baik sekunder dan tersier sampai ke lahan petani lebih memilih sawah ketimbang sawit," kata Nodo saat dikonfirmasi, Senin (4/9/2023).

Tercatat apabila Bendungan Manjunto dapat berfungsi optimal dan mengairi seluruh lahan padi, maka produksi gabah juga dapat dimaksimalkan hingga 336.000 ton per tahun. Namun untuk saat ini, lahan sekitar bendung hanya mampu menghasilkan 68.176,30 ton gabah saja per tahun.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, M Rizon mengatakan, perlu ada solusi pendukung Bendungan Manjunto sehingga air dapat dialirkan ke sawah yang belum produktif.

"Kendala memaksimalkan hasil panen diantaranya sumber air yang jauh dari lahan sehingga banyak lahan sawah tidak produktif. Diperlukan sarana dan prasarana pendukung termasuk saluran tersier air dari Bendungan Air Manjunto ke sawah yang belum produkltif. Bila ini dilakukan, produksi gabah bisa naik dua kali lipat," ujar Rizon.

Sementara itu, Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera Wilayah (BWSS) VII, Adi Umar Dani menjelaskan, petani pemilik lahan banyak yang telah menunggu lahannya untuk diairi sejak Bendungan Air Manjuto dibangun tahun 1986. Namun, sampai sekarang lahan tersebut belum mendapatkan air dikarenakan saluran tersier belum fungsional. Padahal di tingkat sekunder sudah terbangun dengan baik.

Adi mengungkapkan, BWSS VII mempunyai program untuk pembangunan jaringan tersier untuk 2.000 Ha dengan usulan anggaran sebesar Rp 45 miliar. Namun secara keseluruhan, dibutuhkan anggaran sebesar Rp 112 miliar untuk menuntaskan jaringan tersier pada Bendungan Air Manjunto 4.995 Ha.

"Tingginya desakan petani akan kebutuhan air untuk lahan sawah sehingga kami melakukan kajian dan perhitungan kita memerlukan support Rp 112 miliar agar kebutuhan petani bisa terpenuhi," ujar Adi.




(des/des)


Hide Ads