Sumatera Selatan

Energi Stabil di Balik Dapur MBG, Asa Cerdaskan Anak Bangsa

Dwi Apriani - detikSumbagsel
Kamis, 30 Okt 2025 16:30 WIB
Foto: Pemorsian di dapur MBG Prabumulih Timur dengan penopang cahaya lampu dari listrik dan AC untuk menjaga suhu ruangan tetap dingin. (Dwi Apriani)
Palembang -

Cahaya terang benderang terlihat jelas di salah satu bangunan yang berada di Jalan Flores, Prabumulih Barat, Kota Prabumulih, pada pukul 20.00 WIB, malam itu. Di depan bangunan bertuliskan SPPG Prabumulih Timur itu penuh dengan relawan yang sibuk mengangkut sayur dan aneka bahan masakan.

Melangkah masuk ke area dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) tersebut, terlihat juga sejumlah relawan yang didominasi wanita paruh baya, tengah sibuk mengiris wortel dan kubis. Di sisi lain, nampak juga relawan yang sedang memotong ayam dengan ukuran kecil.

"Kalau jam segini, kita mulai persiapan memasak. Bahan baku segar seperti sayur dan ayam mulai dipotong dan dibersihkan," kata Bude Yuli Rosita, relawan sekaligus koordinator persiapan di dapur SPPG Prabumulih Timur, Minggu malam (12/10/2025).

Dia menjelaskan, persiapan memang dijadwalkan malam hari agar bahan-bahan tersebut tetap fresh sebelum dimasak. Setelah dipotong, semua bahan baku tersebut dicuci bersih dan ditiriskan. Berbeda dengan pengolahan daging ayam, setelah dipotong-potong kecil dan dicuci, langsung dimarinasi dan disimpan sebentar di mesin pendingin (freezer).

"Hari ini kita masak menu nasi, ayam popcorn, rolade tempe, dan salad sayur. Dari persiapan hingga proses memasak dan pengolahan, yang paling dibutuhkan adalah penerangan (lampu). Asal penerangan aman, maka proses memasak kita berjalan lancar pastinya," kata dia.

Daniel, relawan bagian pengolahan mengatakan, selain bahan baku segar dan kehigienisan dalam memasak, kunci utama yang lain saat memasak atau mengolah makanan MBG adalah kestabilan listrik. Karena, jadwal memasak biasanya dimulai dari jam 1 dini hari.

"Rata-rata kita memulai masak di atas jam 1 malam. Kalau di jam segitu orang tidur, kita di sini memasak. Jadi memang penerangan lampu dan kestabilan listrik untuk di sejumlah alat masak atau alat pendukung di dapur sangat penting. Bersyukur selama ini, listrik stabil, jadi tidak menjadi kendala besar di dapur MBG," kata dia.

Selain kebutuhan listrik dalam hal penerangan, kata Daniel, listrik juga sangat penting karena kulkas atau freezer membutuhkan daya yang stabil.

"Jadi memang daya yang stabil juga berpengaruh. Biasanya kita menyimpan sementara daging atau ayam yang sudah dimarinasi ke dalam freezer selama satu atau dua jam sebelum dimasak. Karena itu daya listriknya harus stabil," kata dia.

Energi listrik penyokong utama aktivitas di dapur MBG Prabumulih Timur. Foto: Dwi Apriani

Mitra dapur MBG Prabumulih Timur, Budi Sikumbang mengatakan, sejauh ini tidak ada kendala besar dalam operasional dapur MBG tersebut. Dapur yang merupakan salah satu percontohan nasional itu sudah berdiri sejak awal Februari 2025. Dapur ini adalah dapur MBG pertama di Kota Prabumulih.

Dapur ini semula adalah garasi yang berada di samping rumahnya. Namun sejak Januari, garasi tersebut disulap menjadi area dapur yang lebih luas dan dilengkapi dengan semua sarana dan prasarana pendukung. Di antaranya, air yang bersumber dari dua sumur besar, pemasangan instalasi gas, pemasangan instalasi kelistrikan hingga IPAL.

"Jadi pada Januari itu kita mengajukan pemasangan meteran listrik baru untuk dapur MBG. Kita pasang listrik dengan daya 7.700 VA," kata dia.

Pemasangan listrik dengan daya tersebut lantaran besarnya potensi penggunaan listrik di dapur tersebut. Tak hanya sekadar lampu penerangan, listrik dipakai untuk menghidupkan mesin air, mesin pemanas air cuci piring, exhaust fan untuk menyedot udara panas, kulkas, AC untuk mengatur suhu ruang pemorsian, hingga operasional CCTV.

"Kita pakai listrik untuk banyak keperluan, karenanya ini sangat penting sekali. Selama 8 bulan kita (dapur MBG) ada, sejauh ini kita belum menemukan kendala berarti," ucapnya.

Jurus Jitu Kontrol Penggunaan Listrik

Budi menyebut, listrik yang terpasang menggunakan sistem prabayar. Hal ini demi mengontrol penggunaan listrik secara mandiri dan fleksibel melalui sistem isi ulang token.

"Jadi per dua minggunya, kita mengisi token Rp 700 ribu hingga Rp 1 juta. Memang kita memilih token juga agar lebih gampang dalam membuat laporan keuangan. Sebab di sini, kita membuat laporan keuangan ke SPPI atau BGN per dua pekannya," ucapnya.

Meski sudah disokong dengan kestabilan listrik dari PLN, Budi menegaskan tetap menyiapkan mesin genset dengan daya 10.000 watt. "Sebagai antisipasi kalau terjadi hal yang tak diinginkan," kata dia.



Simak Video "Video:Kapolres Jaksel Pastikan Pengawasan di Setiap SPPG Polri"


(csb/csb)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork