Sejumlah daerah di Kalimantan telah menerima program Makan Bergizi Gratis (MBG). Namun belakangan, terdapat isu yang cukup ramai diperbincangkan di kalangan orang tua penerima manfaat.
Isu pertama datang dari Kalimantan Barat (Kalbar). Orang tua siswa khususnya di Kubu Raya mengeluhkan menu MBG yang sudah tidak segar ketika diterima oleh anaknya. Sementara di Kalimantan Utara (Kaltara), tepatnya di Nunukan, orang tua dihebohkan oleh dapur MBG yang ternyata didirikan di eks tempat hiburan malam (THP).
Berikut dua isu MBG di Kalimantan selama sepekan, 1-7 September 2025, dihimpun detikKalimantan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
MBG di Kalbar Dikeluhkan Orang Tua
Sejumlah orang tua di Kubu Raya dan Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), mengeluhkan kelayakan makanan dalam program MBG. Salah satu orang tua siswa, Uray, mengatakan makanan sudah berbau tidak sedap ketika diterima anaknya.
"Saya kecewa dengan MBG yang diberikan, tidak sesuai harapan para orang tua. Makanan yang seharusnya bergizi untuk anak-anak justru malah jadi momok buat para orang tua. Karena lebih sering basi dan berbau tak sedap," kata Uray kepada detikKalimantan, Kamis (4/9/2025).
Wali murid lainnya, Ijul , mengeluhkan menu MBG berupa burger. Menurutnya, menu tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan gizi anak-anak.
"Saya heran saja, ini kok makan bergizi tapi pakai burger? Bukankah seharusnya menu mengandung nasi, sayur, lauk berprotein yang jelas kandungan gizinya. Kalau seperti ini, apa betul sesuai standar gizi anak-anak?" ujar Ijul.
Sementara itu, ibu berinisial L mengaku anaknya mengalami diare setelah mengonsumsi menu MBG pada Selasa (2/9). Dia pun membawa anaknya berobat.
"Terus pada Rabu pagi anak saya mulai diare sampai menceret di celana. Pihak sekolah tetap suruh anak saya sekolah biar tahu kondisinya. Pukul 08.15 gurunya telepon suruh jemput anak saya di sekolah, sakit katanya," jelas L, Sabtu (6/9/2025).
L mengungkap hasil pemeriksaan dokter di RSIA Anugerah. Anaknya diare diduga karena keracunan makanan. L meyakini makanan terakhir yang dimakan anaknya sebelum diare berasal dari program MBG.
"Karena setelah makan MBG anak saya tidak ada makan lain, merasa masih kenyang. Lalu besoknya dia malah diare. Pihak rumah sakit juga bilang banyak anak-anak masuk rumah sakit karena makan MBG," jelasnya.
Dua pengelola dapur MBG pun angkat bicara. Yang pertama Hidayat, pengelola dapur di Desa Kapur. Menjawab keluhan Uray, Hidayat menegaskan bahwa pihak dapur sudah memastikan kelayakan makanan sebelum didistribusikan ke penerima manfaat. Namun, dia mengungkap kemungkinan penyebab makanan akhirnya tidak fresh ketika sampai ke siswa.
"Makanan yang sudah kami antar, dibagikan beberapa waktu kemudian. Lalu, ada anak yang bawa makanan pulang (tidak langsung dimakan). Itu penyebabnya," ujar Hidayat, Jumat (5/9/2025).
Jika makanan dibiarkan terlalu lama dalam wadah tertutup, kata Hidayat, maka makanannya akan lebih cepat basi. Karena itu, dia menyarankan agar makanan dibagikan kepada siswa tepat waktu dan langsung dikonsumsi.
"Jadi sebenarnya bihun itu tidak basi, jadi kan kalau bihun itu lama-lama didiamkan di tempat pengap dan lama didistribusikan hawa tidak keluar, itu yang menyebabkan masam. Sebenarnya sebelum barang itu keluar sudah kita teliti bersama dengan ahli gizi bahwa menyatakan ini tidak basi," katanya.
Sementara itu, pengelola dapur MBG di Rasau Jaya bernama Lilik Rachmad membantah keluhan Ibu L bahwa menunya menyebabkan si anak diare. Dia mengaku sudah mendengar kabar tentang siswa yang sakit, tetapi yakin bahwa diarenya karena penyebab lain. Misalnya alergi makanan.
"Kami meyakini itu bukan dari MBG. Karena, setelah kami cek ke sekolah, pihak guru mengatakan, hanya murid tersebut yang ada problem. Mungkin ada alergi makanan," kata Lilik dihubungi detikKalimantan, Sabtu (6/9/2025).
Lilik juga menyayangkan keluhan tidak disampaikan ke pengelola secara langsung oleh orang tua. Di Kecamatan Rasau Jaya sendiri ada 4 dapur pengelola MBG.
"Kenapa tidak bilang ke kami pihak MBG atau puskesmas, kan kita juga sudah kerja sama dengan puskesmas," katanya.
Heboh Dapur MBG di Bekas Tempat Hiburan Malam
Tim detikKalimantan mendapat kabar mengenai calon dapur MBG di Jalan Balangan, Desa Apas, kecamatan Sebuku. Dapur tersebut disorot karena lokasinya merupakan bekas THM.
Pengelolanya bernama Joko Suhardi. Joko yang juga pemilik THM Blue Diamond mengaku memang sengaja mengalihfungsikan THM-nya menjadi dapur MBG agar lebih bermanfaat.
"Saya siap mengalihfungsikan bar saya menjadi dapur MBG. Lokasi sudah ada, dan saya mendapat pemberitahuan dari Yayasan Solusi Bangun Bangsa serta Badan Gizi Nasional (BGN) untuk mendirikan dapur ini," ujar Joko kepada detikKalimantan, Jumat (5/9/2025).
Joko mengklaim bahwa dapur tersebut sudah disurvei pada Juli 2025. Dapur ini sendiri dikelola di bawah CV Putra Borneo Membangun yang mengantongi Nomor Induk Berusaha (NIK).
Dapur ini, kata Joko, masih proses pembangunan dan belum berjalan. Namun, masyarakat sudah heboh karena dulunya tempat itu merupakan THM. Dia tidak keberatan dengan kritik tersebut, tetapi juga menyayangkan sikap masyarakat yang mempertanyakan niat baiknya.
"Saya punya prinsip, kalau memang bisa dialihfungsikan untuk program pemerintah, saya siap. Bar saya hanya untuk MBG. Saya ingin meluruskan, ini bukan tempat prostitusi. Saya prioritaskan program pemerintah untuk mendukung gizi masyarakat," tegas Joko.
Ketika dikroscek ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kaltara, CV tersebut dikatakan belum terdaftar sebagai dapur resmi MBG. Kepala Regional SPPG Kaltara Aji Sanjaya mengatakan, semua mitra harus terdaftar di laman resmi.
"Semua mitra harus mendaftar melalui website resmi. Saat ini, yayasan tersebut belum terdaftar, dan kami belum menerima laporan pendaftaran titik lokasi di Desa Apas. BGN tidak melakukan survei jika belum ada perintah resmi melalui sistem," tegas Aji pada Jumat (5/9/2025).
Yayasan Solusi Bangun Bangsa (YSBB), yang disebut Joko telah melakukan survei, memastikan THM yang tadinya ada di sana sudah tidak beroperasi. Sehingga lokasi tersebut aman digunakan sebagai dapur.
"Saat survei dua bulan lalu, kami sudah meminta Pak Joko untuk menutup hiburan malam selama proses pembangunan dapur. Bulan ini, setelah penandatanganan Surat Perjanjian Kerja (SPK) di Jakarta, hiburan malam itu sudah ditutup total," ujar Ketua YSBB Dian Helda Wati kepada detikKalimantan, Sabtu (6/9/2025).
Dian juga menegaskan bahwa lokasi dapur telah memenuhi kriteria, meskipun sebelumnya digunakan untuk fungsi lain.
"Sekitar 70% dapur MBG di berbagai daerah memang memanfaatkan bangunan eks-kafe atau restoran, tapi aktivitas hiburan malam harus dihentikan. Kami pastikan dapur MBG fokus pada penyediaan makanan bergizi dan tidak boleh bercampur dengan aktivitas lain," katanya.