Mengenal Zikir Berdah Tradisi Tolak Bala Sambut Tahun Baru 2025 di Jambi

Jambi

Mengenal Zikir Berdah Tradisi Tolak Bala Sambut Tahun Baru 2025 di Jambi

Dimas Sanjaya - detikSumbagsel
Rabu, 01 Jan 2025 21:00 WIB
Pemain Zikir Berdah Desa Jambi Tulo, Muaro Jambi, bermain saat menyambut tahun baru 2025
Pemain Zikir Berdah Desa Jambi Tulo, Muaro Jambi, bermain saat menyambut tahun baru 2025 (Foto: Dimas Sanjaya)
Jambi -

Di Jambi, ada satu tradisi tolak balak saat menyambut pergantian tahun baru 2025, namanya Zikir Berdah. Tradisi ini sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB).

Tradisi ini dipercaya sebagai penolak bala setiap pergantian tahun. Kesenian itu dimainkan tujuh seniman jelang larut malam pergantian tahun 2025. Mereka duduk bersila melantunkan Zikir Berdah dengan sukacita.

Kesenian ini dimainkan dengan enam orang menabuh rebana siam, dan satu orang memukul gong. Harmoni musik memecah keheningan malam yang jauh dari pesta kembang api.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Zikir Berdah ialah seni pertunjukan yang bernuansa Islami. Syairnya berisi pujian-pujian terhadap Nabi Muhammad SAW dan mengingat Allah SWT. Di ujung pertunjukan Zikir Berdah, ditutup dengan pembacaan doa tolak bala menyambut tahun baru 2025.

Ketua Zikir Berdah Desa Jambi Tulo, Datuk Sulaiman mengatakan tradisi dimainkan setiap tahun baru, baik tahun baru masehi maupun tahun baru Islam. Syair magisnya diyakini sebagai penolak bala untuk mengarungi kehidupan di tahun yang baru.

ADVERTISEMENT

"Zikir Berdah ini kalau keyakinan kami dulu sampai sekarang semacam tolak bala. Setiap tahun rutin kami lakukan, kalau pun tidak di sini, di rumah kami masing-masing," kata Datuk Sulaiman, Rabu (1/1/2025).

Pada tahun 2019, tradisi Zikir Berdah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia. Kesenian ini berkembang di Muaro Jambi, khususnya di Desa Jambi Tulo, dan Muarojambi.

Dalam sehari-hari, Zikir Berdah menjadi seni pertunjukan yang dimainkan saat pesta pernikahan dan acara hari besar Islam. Tradisi ini terus dirawat oleh seniman di Desa Jambi Tulo, dan Muarojambi.

Syair dan doa yang dimainkan dalam Zikir Berdah dibaca dari Kitab Barzanji. Syair yang dibaca menyesuaikan momen dan situasi Zikir Berdah itu dipertunjukkan.

"Doanya itu bertingkat, ada 20an syair. Kalau yang kami mainkan ini, Amin Taza dan Malin judulnya," ucap Sulaiman.

Musik Zikir Berdah, hanya rebana siam buatan sendiri berdiameter 50 centimeter dan gong. Ketukan musik ini pun tidak sembarangan. Biasanya dipangkali tempo lambat hingga cepat menuju akhir syair Zikir Berdah ini.

"Memang ada ketukannya, kalau tidak pas, tidak enak didengar," Nuhalidin, anggota Zikir Berdah Desa Jambi Tulo.

Ketua Komunitas Gerakan Muarojambi Bersakat (GMB), Adi Ismanto, mengatakan Zikir Berdah biasanya dimainkan masyarakat saat akan memulai kehidupan baru.

"Menurut pemahaman orang sini itu semacam ritual tolak bala. Jadi sering dilakukan saat memasuki kehidupan yang baru," kata Adi.

Memasuki kehidupan baru yang dimaksud Adi, seperti saat mendirikan rumah baru, membuka ladang, pernikahan, termasuk pergantian tahun baru. Zikir berdah dipecaya sebagai penolak bala, terhindar dari segala macam penyakit.

"Penolak bala seperti, ketiko kito bina rumah, rumahyo tidak nyaman, terjadi pertengkaran masalah. Ketiko kito beladang apo yang kito tanam tidak menghasilkan. Itukan bala. Termasuk jugo penyakit," ucapnya.

Zikir Berdah Perlu Pelestarian

Pemain Zikir Berdah, usianya tidak muda lagi. Rerata umur mereka di atas 40 tahun. Mereka yang tersisa dari generasi penerus Zikir Berdah. Regenerasi perlu dilakukan untuk melestarikan kebudayaan ini.

"Itu agak susah kami, kalau dibilang kami termasuk generasi mudanya, dulunya lebih tua lagi ada," ujar Datuk Sulaiman.

Perkembangan zaman dan kehadiran musik modern menjadi tantangan pelestarian Zikir Berdah. Pelestarian harusnya bertumpu pada generasi muda. Namun, kini tak banyak anak muda yang berminat.

"Kami-kami inilah penerus. Agak susah mencari yang muda-muda. Mungkin karena tingkat kesulitannya, yang baca ini harus yang pintar mengaji juga, karena yang dibaca itu ayat Al Quran. Jadi, kalau nggak bisa ngaji mungkin di gendang saja," tambah Nuhalidin.

Tradisi Zikir Berdah kerap mengisi acara pesta pernikahan di Jambi. Seiring waktu sudah tak banyak lagi yang mengundang mereka meramaikan pesta pernikahan.

"Berapa kali orang penganten di dusun ini, itu tidak ada yang memakai mereka," risau Adi.




(csb/csb)


Hide Ads