Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Sumatera Selatan masih cukup tinggi. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Sumsel mencatat angka kekerasan pada perempuan dan anak tersebut mencapai 460 kasus.
"Tugas kita itu memberdayakan perempuan di bidang pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya agar terbebas dari kekerasan," kata Kepala Dinas PPPA Sumsel, Fitriani dalam kegiatan Peringatan Hari Ibu di Griya Agung Palembang pada Kamis (5/12/2024).
Menurutnya, perempuan harus meningkatkan kualitas diri dengan banyak belajar dan mencari ilmu. Ilmu adalah fondasi utama bagi seorang perempuan karena tanpa ilmu perempuan tidak akan bisa menjadi berkualitas.
"Rata-rata kasus kekerasan itu terjadi karena perempuan itu lemah di berbagai bidang, terutama pendidikan dan ekonomi yang membuat perempuan merasa bergantung," ujarnya.
Ia melanjutkan bahwa perempuan cenderung memiliki ketergantungan terhadap pelaku kekerasan, sehingga membuat kekerasan terjadi secara berulang. Oleh karena itu, perempuan harus mandiri terutama dalam ekonomi agar perempuan 'tidak takut' untuk melawan dan melaporkan kekerasan.
Fitriani menyebut ada 460 kasus kekerasan yang dilaporkan. Dari 460 kasus tersebut, terdapat total 488 korban yang hampir seluruhnya adalah perempuan baik anak ataupun dewasa.
"Pengaduan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Hal ini karena pengaruh media sosial juga yang mendorong perempuan untuk berani bicara dan melapor," jelasnya.
Ia mengingatkan bahwa perempuan haruslah berdaya dan berilmu. Menurutnya, sesama perempuan harus saling menyapa, berdiskusi, berdialog, bekerja sama, dan bersinergi bersama.
"Sebagai sesama perempuan, jangan ada pembiaran. Kalau ada kejadian kekerasan terhadap perempuan, jangan hanya menonton, tapi juga harus melaporkan," tutupnya.
Artikel ini ditulis oleh Putri Fadyla, peserta program magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(dai/dai)