Menteri PPPA: Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Tembus 13.845 Kasus

Menteri PPPA: Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Tembus 13.845 Kasus

Dian Utoro Aji - detikJateng
Minggu, 29 Jun 2025 16:04 WIB
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifatul Choiri Fauzi saat ke Pati, Minggu (29/6/2025).
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifatul Choiri Fauzi saat ke Pati, Minggu (29/6/2025). (Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng)
Pati -

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifatul Choiri Fauzi atau Arifah Fauzi menyebutkan angka kekerasan terhadap anak dan perempuan di Indonesia sejak Januari sampai Juni 2025 mencapai 13.845 kasus. Kasus yang paling banyak terjadi adalah kekerasan seksual.

Hal ini diungkapkan oleh Arifah yang sekaligus Ketua Pimpinan Pusat Muslimat NU saat menghadiri Istighosah Kubro dalam rangka Harlah ke-79 Muslimat NU dan peringatan Tahun Baru 1447 H di Pati, Minggu (29/6/2025). Selain Menteri PPPA juga turut hadir Gubernur Jawa Timur yang juga Ketua Umum Dewan Pembina PP Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa.

"Saya izin cerita sedikit terkait dengan terjadi tupoksi kami dari perlindungan perempuan dan anak," kata Arifah saat memberikan sambutan di hadapan ribuan muslimat di Pati, Minggu (29/6/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya berdasarkan hasil survei pengalaman perempuan secara nasional tahun 2024 satu dari empat perempuan pernah mengalami kekerasan. "Kemudian survei nasional pengalaman anak dan remaja tahun 2024 lebih memperhatikan lagi 1 dari 2 anak di Indonesia pernah mengalami kekerasan," lanjut dia.

Arifah melanjutkan data dari Simponi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak dari Januari sampai 12 Juni 2025 ada laporan 11.850 kasus. Dari 12 Juni sampai 28 Juni 2025 bertambah 1.505 kasus perempuan dan anak.

ADVERTISEMENT

"28 Juni 2025 hanya 16 hari nambah 1.505 kasus. Jadi dari Januari sampai 28 Juni 2025 ini sudah tercatat sebanyak 13.845 kasus," ungkap dia.

Paling banyak kasus adalah kekerasan seksual dialami oleh perempuan dan anak. Parahnya kata dia pelaku merupakan orang tua sendiri atau keluarga dekat.

"Kasus yang paling terbanyak adalah kasus kekerasan seksual. Di mana paling banyak terjadi di rumah tangga," jelasnya.

Lebih lanjut dia kemudian bercerita di suatu kota seorang anak usia 2 tahun 6 bulan mengalami kekerasan seksual. Pelakunya adalah ayahnya sendiri.

"Jadi waktu datang ke sana. Saya bawa psikolog saya agak curiga karena si ayahnya ini nunduk terus nggak berani pandang orang lain. Saya bilang sama psikolognya ada sesuatu dengan si ayahnya karena selalu nunduk dan tidak mau mandang kita. Setelah 4 bulan proses ternyata memang pelaku adalah ayah kandungnya," terang dia.

Kemudian lanjutnya ada kasus anak usia 13 tahun. Usia SD dalam kondisi hamil 7 bulan itu pelaku adalah ayahnya.

"Terakhir informasi yang saya dapat anak umur 12 tahun ujian SD itu dalam kondisi hamil enam bulan. Masyarakat sudah marah dan akan mengambil si ayah untuk diproses secara hukum," jelasnya.

Arifah melanjutkan berdasarkan data dari BPS menyampaikan bahwa 33,44 persen anak usia 0 sampai 6 tahun sudah menggunakan HP. Dan 52,76 persen anak usia 5 sampai 6 tahun ini sudah menggunakan akses internet.

"Setelah kami analisa salah satu penyebabnya adalah pola asuh dalam keluarga," terang dia.

Oleh karena itu pihaknya menyelesaikan permasalahan ini berkoordinasi ormas dan dinas terkait. "Bagaimana yang diamanatkan Bapak Presiden Prabowo Subianto tidak ada satupun kementerian kerja sendiri. Semua harus berkolaborasi," jelasnya.

"Kami merasa bahwa harus bersinergi untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi dari masyarakat kita. Salah satunya dengan Muslimat NU dalam melakukan pendampingan. Ini juga kan kita lakukan dengan ormas lainnya. Dengan bergandengan tangan untuk menyelesaikan persoalan mudah-mudahan kita bisa menjawab dan memberikan solusi terbaik," ungkap dia.

Ajak Anak Yatim Beli Kebutuhan Sekolah

Selepas acara, Khofifah tampak mengajak anak-anak yatim piatu untuk pergi ke sebuah toko buku dan alat tulis di sekitar Alun-alun Pati. Terlihat senyum semringah anak-anak saat diajak membeli buku dan kebutuhan sekolah.

Khofifah mengatakan tanggal 29 Juni merupakan Hari Keluarga Nasional. Oleh karena itu pihaknya mengajak anak-anak yatim piatu di Pati untuk pergi membeli kebutuhan sekolah.

"Maka berbagai program bantuan sosial ini adalah keluarga supaya ada ketahanan keluarga. Nah dari ketahanan keluarga itu basis harus mendapatkan yang ada elemen elemen yang memiliki kerentanan," jelasnya kepada wartawan di toko buku sekitar Alun-alun Pati, Minggu (29/6/2025).

Kesempatan yang sama, Menteri PPPA, Arifah Fauzi mengatakan sengaja memberikan nuansa yang berbeda kepada anak-anak di Pati. Yakni dengan membeli buku dan kebutuhan sekolah langsung ke toko.

"Bulan Muharram ini adalah hari anak yatim jadi kita mencoba memberikan nuansa yang berbeda jadi santunan berupa mengajak anak anak ke sebuah toko buku untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya karena ini masa libur kemudian untuk persiapan masuk ke masa sekolah," tutur dia ditemui di lokasi.




(aku/apl)


Hide Ads