Kilang Pertamina Plaju Aktif Dukung Pelestarian Keanekaragaman Hayati di Sumsel

Kilang Pertamina Plaju Aktif Dukung Pelestarian Keanekaragaman Hayati di Sumsel

Welly Jasrial Tanjung - detikSumbagsel
Selasa, 05 Nov 2024 21:00 WIB
Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit III Plaju dukung pelestarian ikan
Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit III Plaju dukung pelestarian ikan (dok humas Kilang Pertamina)
Banyuasin -

Populasi ikan lokal di Sumatera Selatan terus menghadapi ancaman kepunahan yang serius akibat degradasi habitat, penangkapan berlebihan, serta perubahan iklim. Hal inilah yang menarik perhatian PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit III Plaju untuk turut peduli agar ikan ini tak punah dan bisa kembali berenang bebas di habitatnya.

Area Manager Communication, Relations & CSR RU III PT Kilang Pertamina Internasional, Siti Rachmi Indahsari mengatakan, pihaknya aktif mendukung upaya pelestarian keanekaragaman hayati (biodiversitas) di Sumatera Selatan.

Perusahaan pengolahan migas & petrokimia ini beroperasi di tepian Sungai Musi, yang juga merupakan habitat alami ikan lokal Sumsel seperti Putak dan Belida (Chitala Hypselonotus) yang merupakan ikon Kota Palembang menjadi maskot Sumatera Selatan, melalui program "Belida Musi Lestari."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Program ini bertujuan untuk memastikan kelestarian ikan belida serta ikan-ikan lain di Sumsel, yang memiliki nilai ekologis dan budaya tinggi bagi masyarakat Sumatera Selatan.

"Kami sangat mendukung upaya pelestarian ikan belida melalui berbagai program konservasi yang kami jalankan, serta turut mendukung riset BRIN terkait ikan Belida & Putak, serta mendorong masyarakat agar turut membudidayakan ikan-ikan lokal yang lain. Pelestarian sumber daya perikanan ini penting untuk ekosistem dan ekonomi lokal," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Ikan-ikan lokal Sumsel yang dimaksud adalah gabus, jelawat, tembakang dan sepat yang mulai langka, termasuk ikan betok guna mencegah kelangkaannya. Selain itu, masyarakat juga diajak membudidayakan ikan konsumsi seperti gurame, patin, nila dan lele.

"Hal ini menjadi langkah preventif dengan cara perikanan budidaya di darat, harapannya ikan ikan disini tidak jadi langka seperti Belida," ungkapnya.

Dengan sinergi antara riset ilmiah, dukungan sektor swasta, dan apresiasi dari pemerintah, langkah-langkah yang diambil diharapkan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi kelestarian sumber daya perikanan di Indonesia.

Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Banyuasin Septi Fitriturut mengapresiasi partisipasi Kilang Pertamina Plaju dalam upaya mendukung berkembangnya sektor perikanan di Banyuasin.

Kata dia, guna mendukung upaya pelestarian dari masyarakat perikanan di Banyuasin, Kilang Pertamina Plaju mengadvokasi Dinas Perikanan Banyuasin agar mengeluarkan Keputusan tentang pelarangan penangkapan ikan secara ilegal menggunakan alat tangkap ikan tidak ramah lingkungan serta pelestarian ikan Belida, yang kemudian berhasil terbit dan tertuang dalam SK Nomor 72/KPTS/DISKAN/2024.

Dalam SK itu, Pemkab Banyuasin menetapkan bahwa penggunaan alat penangkap ikan yang tidak ramah lingkungan meliputi jaring tarik yang terdiri atas dogol, pair seine, cantrang dan lampara dasar.

Kemudian juga dilarang menggunakan jaring hela yang terdiri dari pukat hela dasar berpalang, pukat hela dasar udang, pukat hela kembar berpapan, pukat hela dasar dua kapal, pukat hela pertengahan dua kapal, pukat ikan dan pukat harimau.

Selain itu, nelayan juga dilarang menggunakan jaring insan yang terdiri atas perangkap ikan peloncat; dan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, racun, listrik, alat dan/atau cara yang dapat membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan lingkungan, atau bangunan yang dapat merugikan dan membahayakan kelestarian lingkungan.

"Iya, kalau ikan belida sekarang kan sudah kita larang, dan sudah ada aturannya tidak boleh diperjualbelikan. Nah, mudah-mudahan nanti ke depan kalau program yang diinisiasi oleh Pertamina ini nantinya berhasil, mungkin nanti bisa diturunkan status kelangkaannya dan bisa kita kembali manfaatkan kalau sudah tidak dilarang," ujarnya.




(csb/csb)


Hide Ads