Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 2,25 Megawatt peak (MWp) yang diinstalasi di Kilang Pertamina Plaju dinilai telah berhasil menekan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) hingga 1.307 Ton CO2e sepanjang 2024. Rata-rata, PLTS ini berhasil menekan emisi GRK 108 Ton CO2e setiap bulannya.
Pengoperasian PLTS ini juga berhasil menurunkan konsumsi bahan bakar fosil sebanyak 2.961 barel selama satu tahun terakhir, atau rata-rata 246 barrel per bulannya, dan mendorong efisiensi cost (biaya) utilisasi listrik sebesar 151 ribu dolar AS atau setara Rp 2,4 miliar sepanjang 2024.
Area Manager Communication, Relations & CSR RU III PT Kilang Pertamina Internasional Siti Rachmi Indahsari mengatakan, operasi PLTS ini sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB) poin tujuh berkaitan dengan akses energi yang andal dan berkelanjutan, serta poin sembilan mengenai industri yang inklusif dan berkelanjutan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Proyek ini menjadi bagian dari roadmap transisi energi nasional, sejalan dengan target penurunan emisi sebesar 30% pada tahun 2030," katanya.
Pertamina menargetkan penurunan emisi sebesar 30 persen pada tahun 2030, dengan meningkatkan portfolio hijau di internal Pertamina Group sebesar 17%. Salah satunya adalah melalui pemanfaatan PLTS yang menjadi unggulan untuk mewujudkan transisi energi di internal Pertamina.
Implementasi energi terbarukan dalam lingkungan Refining & Petrochemical merupakan sebuah angin positif untuk meningkatkan daya saing dan sustainability dari kilang-kilang milik Pertamina.
"Selain PLTS, beberapa inisiatif terus dijalankan oleh Kilang Pertamina Plaju untuk mendorong terwujudnya transisi energi bersih. Salah satunya produksi Biosolar B40 sebagai bahan bakar nabati yang mulai dilakukan lifting pada tahun 2025. Produk ini menjadi salah satu roadmap bisnis Pertamina dalam mengurangi jejak karbon dan mendukung Net Zero Emission," jelasnya.
Diketahui, B40 sebagai bahan bakar nabati lebih ramah lingkungan jika dibandingkan bahan bakar diesel yang tidak mengandung FAME, mengingat produk ini mengandung oksigen yang membantu mengurangi emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida. Biodiesel B40 juga lebih ramah lingkungan karena tidak mengeluarkan sulfur atau zat pencemar lainnya saat dibakar.
"Selain B40, Kilang Pertamina Plaju juga memiliki produk unggulan Marine Fuel Oil (MFO) low sulphur atau bahan bakar kapal dengan kandungan sulfur yang rendah, yang digunakan dalam industri perkapalan, khususnya setelah diberlakukannya peraturan internasional yang ketat terkait emisi sulfur (belerang) dari kapal laut, yang dikeluarkan International Maritime Organization (IMO) pada 2020," pungkasnya.
(dai/dai)