Melihat Kawasan Perikanan Terintegrasi di Sungai Gerong Sumsel

Sumatera Selatan

Melihat Kawasan Perikanan Terintegrasi di Sungai Gerong Sumsel

Welly Jasrial Tanjung - detikSumbagsel
Sabtu, 05 Okt 2024 13:00 WIB
Kawasan perikanan yang terintegrasi di Sungai Gerong Sumsel
Kawasan perikanan yang terintegrasi di Sungai Gerong Sumsel (Foto: Istimewa/dok Humas Pertamina RU III)
Banyuasin -

Desa Sungai Gerong, Kabupaten Banyuasin, menjadi salah satu daerah pembudidaya ikan lokal di Sumatera Selatan (Sumsel). Suksesnya budidaya ikan lokal itu berkat dukungan dari PT Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit III Plaju melalui program Tanggung Jawab Sosial & Lingkungan (TJSL) Belida Musi Lestari.

Keberhasilan dalam budidaya ikan patin dan capaian produksi di atas 100 ribu ton dalam tiga tahun terakhir membuat daerah ini menjadi perhatian pemerintah pusat. Berdasarkan data produksi ikan patin di Banyuasin pada 2021 mencapai 101 ribu ton, pada 2022 meningkat menjadi 103 ribu ton, dan pada 2023 menjadi 104 ribu ton.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ini, Kabupaten Banyuasin menduduki peringkat kedua sebagai penghasil ikan patin terbesar di Sumsel. Sementara, Kementerian Kelautan & Perikanan telah menetapkan Sumsel sebagai provinsi dengan kontribusi tertinggi dalam produksi ikan patin di tingkat nasional.

Untuk itu, dibutuhkan kebijakan, langkah dan upaya serius dari berbagai pihak untuk menjaga potensi besar Banyuasin dalam sektor perikanan.

ADVERTISEMENT

Area Manager Communication, Relations & CSR RU III, Siti Rachmi Indahsari mengungkapkan, Kilang Pertamina Plaju terpanggil untuk hadir sebagai solusi perikanan di Kabupaten Banyuasin.

"Kilang Pertamina Plaju, secara jangka panjang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan para pembudidaya ikan lokal, sekaligus mendukung budidaya yang lebih berkelanjutan," kata Rachmi.

Melalui program TJSL Belida Musi Lestari, Kilang Pertamina Plaju fokus pada isu biodiversitas (keanekaragaman hayati) perikanan khas Sumsel.

Hadirnya Kilang Pertamina Plaju dalam upaya mendukung sektor perikanan di Kabupaten Banyuasin ini, menjadi wujud dukungan pada tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) ke-14, untuk melestarikan dan memanfaatkan sumber daya kelautan secara berkelanjutan. Selain itu, program ini juga sejalan dengan prinsip ESG (Environmental, Social & Governance).

Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Banyuasin, Septi Fitri mengatakan, 80 persen bentang alam Banyuasin merupakan daerah perairan. Ia baru-baru ini meninjau Kawasan Perikanan Terintegrasi di Kecamatan Banyuasin I, tepatnya di Desa Sungai Gerong.

Menurutnya, kawasan perikanan ini adalah sesuatu yang baru dan pertama di Banyuasin, bahkan Sumsel. Apalagi, proses budidaya di kawasan ini terintegrasi secara end-to-end dari hulu ke hilir, dari pembenihan, pemrosesan, hingga penjualan.

Tak hanya ikan patin, Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) di Sungai Gerong juga membudidayakan berbagai jenis ikan, baik ikan konsumsi seperti gurame, nila, lele, dan gabus, maupun ikan lokal khas wilayah Sumsel seperti sepat, betok, tembakang dan jelawat.

"Ini baru yang pertama saya lihat, juga di Sumatera Selatan inilah yang kawasan terintegrasi, mulai dari pemijahan, pembenihan, pembesaran sampai dengan pengolahan, merupakan suatu terobosan," kata Septi.

Menurut Septi, salah satu kendala yang dihadapi pembudidaya, adalah tercukupinya kebutuhan pakan ikan. Tingginya harga pakan berdampak pada margin usaha pembudidaya.

Menjawab isu tersebut, Pokdakan Barokah dan Tunas Makmur yang menggerakkan kawasan perikanan itu, telah mengantisipasi dengan memproduksi berbagai jenis pakan yang dapat dibudidayakan secara mandiri, seperti pelet maggot menggunakan media limbah tempe Plaju Ulu, tumbuhan azolla, cacing sutera dan kutu air.

Maggot dikenal sebagai sumber protein tinggi yang dapat menekan penggunaan pelet pabrikan hingga 30%, sehingga membantu para pembudidaya mengurangi biaya pakan secara signifikan.




(csb/csb)


Hide Ads