Pulau Bangka adalah pulau penghasil timah terbesar di Indonesia. Bukti dari sejarah timah di Bangka adalah Museum Timah Indonesia yang ada di kota Pangkal Pinang.
Dilansir dari data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), total timah di Indonesia berada di posisi kedua setelah China. Timah telah ada di Pulau Bangka jauh sebelum Kesultanan Palembang memiliki hak atas Pulau Bangka. Namun, sejarah penambangan timah baru mulai dicatat sejak masa Kesultanan Palembang.
Lantas seperti apa sejarah timah di Bangka? Simak penjelasannya dalam artikel yang telah dirangkum oleh detikSumbagsel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Timah di Bangka
Dikutip dari Buku Lintas Sejarah Perdagangan Timah di Bangka Belitung Abad 19-20, penemuan timah pertama kali memiliki beberapa versi:
1. Versi tahun 1707
Pada tahun ini, Horsfield dalam Heidhues mengatakan bahwa timah pertama kali ditemui oleh penduduk setempat saat melakukan pembakaran ladang-ladang. Di mana pada saat itu, logam timah tampak meleleh ketika penduduk melakukan pembakaran.
2. Versi tahun 1707
Orang yang dianggap menemukan timah dan memulai penambangan timah di Pulau Bangka adalah orang-orang Johor yang memiliki garis keturunan Cina yang beragama Islam. Mereka juga disebut sebagai kerabat Kesultanan Palembang.
3. Versi tahun 1710-1711
Versi ini adalah versi yang paling banyak diketahui oleh masyarakat. Pada tahun ini dikatakan bahwa adanya kedatangan orang cina bernama Oen Asing (Boen Asiong) yang pertama kali melakukan penambangan timah di Kampung Belo Mentok.
Orang ini juga melakukan berbagai gerakan pembaruan dalam penambangan timah. Ia juga diketahui menetapkan standardisasi bentuk dan berat timah.
Dari ketiga versi tersebut, diketahui bahwa orang-orang Johor dan Siantan disebut sebagai orang yang pertama kali melakukan penambangan timah. Buktinya adalah keberadaan makam bangsawan Melayu di Mentok.
Sejarah Pertambangan Timah di Pulau Bangka
Pertambangan timah dimulai sejak abad ke-17 di bawah kepemimpinan Kesultanan Palembang yang terus berlanjut hingga saat ini.
1. Abad ke-17
Dikutip dari sumber yang sama, dalam Prasasti Kota Kapur disebutkan bahwa sejarah penambangan timah di Bangka telah ada sejak abad ke-7 Masehi. Dalam prasasti tersebut, dituliskan kata "Vanca" yang berarti timah.
Sebelum menjadi Bangka, penamaan pulau Bangka adalah "Wanka" yang ditulis bersama dengan nama "Swarnabhumi" yang diidentifikasikan sebagai Pulau Sumatera. Hal itu dibuktikan dari peralatan dan kepingan logam emas di Museum Timah yang usianya lebih tua dari Kesultanan Palembang.
Timah telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari sebagai perhiasan dan alat tukar. Pemanfaatan timah berskala besar mulai terjadi di abad ke-17 masehi, setelah dikomersilkan oleh Kesultanan Palembang pada tahun 1710.
Dikutip dari catatan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Kesultanan Palembang membuat kontrak dengan VOC. Perjanjian tersebut berisi hak monopoli perdagangan timah dan tidak menjalin kerja sama dengan kongsi dagang lain.
Pada tahun 1724, untuk meningkatkan produksi timah Kesultanan Palembang mendatangkan orang-orang Cina atau Tionghoa ke Pulau Bangka. Sejak masa ini, eksplorasi penambangan timah dilakukan secara besar-besaran.
Pada masa ini, Bangka menjadi pemasok timah terbesar di Asia. Penjualan kepada VOC pada saat itu mencapai 20.000 pikul/tahun dengan 1 pikul berjumlah 62,5 kg.
2. Abad ke-18
Kemudian pada tahun 1812, kepemilikan Pulau Bangka dan Belitung sempat jatuh ke tangan Inggris hingga tahun 1816. Pada saat inggris berkuasa, dibentuk pola pertambangan timah. Dibentuk juga standardisasi bentuk dan berat timah.
Setelahnya, pada tahun 1819 timah diambil alih oleh Belanda dari kekuasaan Inggris. Pada tahun itu diketahui bahwa berdiri perusahaan pengolahan timah, yaitu Singkep Tin Exploitatie Maatschappij, Banka Tinwinning Bedriff, dan Gemeeenschappelijke Mijnbouw Maatschappij Billiton di wilayah Bangka dan Belitung.
Tahun 1826, timah Bangka dikenal luas di Eropa dan 83% timah dijual di pasar Amsterdam pada tahun 1847. Meningkatnya permintaan timah membuat penambangan tradisional ala tiongkok tidak mampu memenuhi tuntutan pasar pada tahun 1850. Hingga akhirnya membuat perkembangan teknologi dalam penambangan timah.
3. Abad ke-19 dan Indonesia Merdeka
Pada abad ke-19 teknologi pertambangan timah semakin meningkat. Berbagai teknik penambangan timah mulai muncul dan digunakan. Pada abad ini tercatat lebih dari 300 tambang timah berskala kecil dan besar.
Selama abad ini juga mulai muncul berbagai Kapal Keruk (KK) yang beroperasi di berbagai daerah di Pulau Bangka. Namun, tingkat produksi timah Indonesia pada tahun 19-an mengalami kemerosotan. Hal tersebut disebabkan kadar kekayaan timah yang menurun dan kapal keruk yang kekurangan tenaga ahli.
Pasca kemerdekaan, akhirnya timah berada penuh di bawah kekuasaan Indonesia. Selanjutnya, didirikan Perusahaan Negara (PN) Tambang Timah pada tahun 1968. PN Tambang Timah kemudian menjadi PT Timah Tbk pada tahun 1976 dan menjadi perusahaan tambang timah terbesar di Indonesia hingga saat ini.
Inilah sejarah timah dan pertambangannya di Pulau Bangka. Semoga informasi ini membantu ya detikers!
Artikel ini ditulis oleh Putri Fadyla, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
Baca juga: Pulau Maut dan Pulau Cinta di Sungai Musi |
(dai/dai)