Universitas Islam Negeri (UIN) Jambi baru saja menggelar wisuda sarjana ke-67 dan wisuda magister ke-40, serta wisuda doktor ke-16, dengan meluluskan sebanyak 1.392 mahasiswa. Dari ribuan mahasiswa itu, terdapat seorang wisudawan difabel bernama Dimas Dwi Putra yang sukses meraih IPK Cumlaude.
Dimas merupakan mahasiswa dari Fakultas Adab dan Humaniora, Program Studi Sejarah Peradaban Islam di UIN Jambi. Ia juga termasuk sebagai salah satu lulusan terbaik dan tercepat dari program studinya itu. Dimas mampu membuktikan bahwa dirinya bisa menyelesaikan pendidikannya meski dalam kondisi difabel.
"Alhamdulillah rasanya senang sekali ini adalah hal yang tak bisa dapat diungkapkan dengan kata-kata berhasil menyelesaikan wisuda di UIN Jambi adalah suatu kebahagiaan yang sangat berarti," kata Dimas kepada detikSumbagsel, Sabtu (20/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dimas mengalami kondisi difabel cerebral palsy atau gangguan perkembangan pada fisiknya. Meski dalam kondisi itu, Dimas tak pernah sedikitpun merasa minder untuk belajar dengan teman-teman kuliahnya di UIN Jambi.
Dia bercerita, selama menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri (UIN) Jambi, ia diterima dengan sangat ramah. Bahkan kampus ini selalu membuka ruang bagi kelompok disabilitas untuk meraih mimpi.
"Selama saya menimba ilmu di sana, saya merasakan penuh bagaimana teman-teman di sana, dosen bahkan seluruh pejabat UIN Jambi sangatlah baik menerima saya. Apalagi Bapak Rektor yang selalu terus men-support mahasiswanya tanpa perbedaan dan saya juga selalu diberikan motivasi bahkan oleh Bapak Rektor," ujar Dimas.
Dimas juga mengaku sangat senang bisa berkuliah di UIN Sultan Thaha Jambi. Dia bahkan juga tengah bercita-cita jika kelak akan menjadi dosen di kampus tersebut.
"Saya ingin sekali menjadi dosen. Dan saya ingin sekali mengajar di UIN Jambi bagi saya UIN Jambi sudah memberikan yang terbaik buat saya hingga bisa menjalani dunia pendidikan yang sama pada umumnya, serta memberikan yang terbaik untuk saya meski dalam kondisi tubuh saya seperti ini," ucap Dimas.
Meski kini telah menyandang gelar sarjana, kini Dimas juga sudah melanjutkan lagi pendidikan magister atau S2 di kampus yang sama. Dia mengaku telah memasuki semester II dalam menjalani pendidikan S2 itu.
Langkah Dimas tak akan pernah terhenti dalam menimba ilmu hingga kemudian hari ilmu yang dia miliki nanti bisa diberikan pula bagi orang banyak supaya bermanfaat. Meski Dimas menyadari kondisi fisik tubuhnya yang tidak sempurna pada manusia pada umumnya, namun bagi dia tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.
"Saya hanya punya keyakinan bahwa apapun yang kita inginkan itu bisa kita raih asalkan kita ada kemauannya dan tentunya selalu berusaha. Apalagi kita ini sama semua di hadapan Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, dan tentu semua hanya tergantung dari kita," sebut Dimas.
Keadaan Dimas yang seperti ini juga diharapkan menjadikan inspirasi bagi anak muda lainnya. Dimas yang merupakan anak bungsu dari dua bersaudara itu juga sudah membuktikan apa yang dia impikan itu bisa digapai asalkan ada kemauan.
Meski Dimas sempat mengaku sedikit kurang percaya diri awalnya lantaran kuliah di kampus yang ternama di Jambi. Namun itu bisa dilalui oleh Dimas tentunya karena kampus UIN Jambi dibawah naungan Profesor Dr. Asad Isma, M.Pd sangat ramah terhadap penyandang disabilitas.
Dimas juga ingin membuktikan, bahwa nanti dia akan berusaha pula agar kelak dapat menyandang gelar Doktor. Dia ingin berusaha semampunya bahwa penyandang disabilitas dengan kondisi gangguan motorik sepertinya itu bisa mencapai mimpi tersebut.
"Saya akan berusaha semampu mungkin, saya ingin buktikan bahwa anak dari lulusan SLB dulunya seperti saya, anak yang kurang sempurna seperti saya bisa menyandang gelar doktor pertama di Jambi," ucap Dimas dengan memotivasi dirinya itu.
Terakhir, Dimas juga menyampaikan rasa terimakasihnya kepada kampus UIN STS Jambi yang telah memberikan kesempatan bagi penyandang disabilitas buat bisa belajar pada umumnya.
"Terimakasih UIN Jambi terimakasih pak Rektor dan terima kasih teman lalu pada keluarga serta orang tua tentunya yang selalu memberi suport buat saya. Insyallah Dimas akan buktikan bahwa saya akan menggapai cita-cita saya menjadi dosen meski kondisi seperti ini," ucap Dimas penuh impian.
Sementara itu, Koordinator Pusat Gender, Anak, dan Disabilitas, Nisaul Fadilah mengungkapkan data dari UNESCO setidaknya ada sekitar 15 miliar penyandang disabilitas di seluruh dunia dengan tingkat literasi sekitar 3%. Perempuan secara spesifik memiliki tingkat literasi 1% di Indonesia.
"Dan menurut data dari Komisi Nasional Disabilitas tahun 2023 menunjukkan hanya 2,8% penyandang disabilitas yang mampu melanjutkan ke pendidikan tinggi. Banyak dari mereka menghadapi berbagai tantangan, mulai dari stigma sosial hingga akses fisik ke kampus," kata Nisaul.
Menurut Nisaul, butuh pendekatan ekstra bagi Pusat Gender, Anak, dan Disabilitas UIN Jambi untuk meyakinkan penyandang disabilitas bahwa kampus UIN Jambi siap menerima mereka.
Saat ini, UIN Jambi juga memiliki 17 mahasiswa difabel yang sedang menempuh pendidikan dan lima calon mahasiswa difabel yang sudah terdaftar untuk tahun 2024. Hal ini menunjukkan UIN Jambi terus berupaya memberikan kesempatan yang lebih luas bagi mahasiswa difabel.
"UIN Jambi telah menyediakan berbagai fasilitas kampus untuk mendukung mahasiswa difabel, termasuk lift, toilet, area parkir khusus, dan alat bantu lainnya. Meskipun fasilitas ini belum sempurna, UIN Jambi terus berbenah untuk memenuhi kebutuhan semua mahasiswa, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus," terang Nisaul.
Keberhasilan mahasiswa difabel dalam menyelesaikan pendidikan tinggi di UIN Jambi merupakan inspirasi bagi banyak pihak. Ini menunjukkan bahwa dengan dukungan yang tepat, setiap individu memiliki potensi untuk meraih prestasi tinggi.
Apalagi, pendidikan adalah hak setiap individu, dan UIN Jambi telah membuktikan bahwa inklusi dalam pendidikan tidak hanya mungkin tetapi juga memberikan pencapaian luar biasa. Pada akhirnya, pencapaian ini tidak hanya membawa kebanggaan bagi UIN STS Jambi tetapi juga harapan baru bagi para mahasiswa difabel lainnya.
(dai/dai)