Jatuh Bangun Aminah Bangun Usaha Pempek Seribuan, Kini Jadi Agen Besar

Sumatera Selatan

Jatuh Bangun Aminah Bangun Usaha Pempek Seribuan, Kini Jadi Agen Besar

Zindi Marcella, Dian Fadilla - detikSumbagsel
Selasa, 07 Mei 2024 09:00 WIB
Karyawan Pempek Minah di Lorong Tanggo Rajo 7 Ulu Palembang
Foto: Karyawan Pempek Minah di Lorong Tanggo Rajo 7 Ulu Palembang (Dian Fadilla)
Palembang -

Suasana sibuk tergambar jelas di Lorong Tangga Raja Kelurahan 7 Ulu, Palembang. Sama seperti lorong kampung pada umumnya, namun rumah-rumah di sana penuh dengan aktivitas masak-memasak di bagian teras rumah.

Lorong itu dikenal sebagai sentra produksi pempek, karena hampir sebagian besar rumah di sana memproduksi makanan khas Palembang tersebut. Saking terkenalnya, lorong itu pun tak pernah sepi. Banyak masyarakat yang datang silih berganti untuk mengambil dan membeli pempek di sana. Pemerintah setempat menamainya Kampung Pempek Tanggo Rajo Cindo.

Salah satu tempat yang paling ramai adalah rumah produksi Pempek Minah. Untuk menuju ke rumah produksi itu, hanya perlu berjalan sebentar menyusuri lorong dari Jalan KH Azhari 7 Ulu Palembang. Terlihat ada beberapa pengemudi ojek online dan gerobak dorong yang keluar dari rumah produksi tersebut sambil membawa pempek.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu pesanan orang, ada yang pesan dalam partai besar dan partai kecil. Tapi kami juga layani jika ada yang konsumsi sendiri," kata Aminah, pemilik rumah produksi tersebut ditemui detikSumbagsel, Senin (6/5/2024).

Aminah sendiri sudah membuka usaha tersebut sejak 2003 lalu. Ia menyulap rumahnya di mana lantai bawah atau teras rumah menjadi tempat produksi pempek dan lantai atas untuk tempat tinggal ia dan keluarganya.

ADVERTISEMENT

Dia tak mengerjakan pempek sendiri, melainkan ada sekitar 15 karyawan yang merupakan tetangganya. Bagiannya, kata dia, ada yang mengadon pempek, membentuk aneka varian pempek, menggoreng, mengemas, membuat cuko, hingga melayani konsumen.

Pempek yang diproduksinya ada beragam jenis, mulai dari pempek telur, adaan, keriting, lenjer, hingga pempek kulit yang berbahan dasar ikan kakap, sarden, tenggiri hingga ikan gabus. Pempek di sini semuanya dijual dengan harga Rp 1.000 per bijinya, kecuali pempek berbahan dasar ikan gabus Rp 2.500 per biji.

"Kami jual pempek hanya seribuan saja untuk semua jenisnya, tapi kalau pempek ikan gabus itu memang agak relatif mahal dan hanya dibuat sesuai pesanan saja," kata dia.

Pempek dari rumah produksi Pempek Minah di Lorong Tanggo Rajo 7 Ulu Palembang seharga Rp 1.000/biji.Pempek dari rumah produksi Pempek Minah di Lorong Tanggo Rajo 7 Ulu Palembang seharga Rp 1.000/biji. Foto: Dian Fadilla

Aminah mengaku 20 tahun lalu merintis usaha pempek bersama keluarganya. Sebelumnya, ia berkecimpung dalam bidang pembuatan produk fesyen dengan berjualan di Pasar 16 Ilir Palembang. Namun karena krisis moneter, usahanya gulung tikar. Hingga akhirnya Aminah pun melihat peluang usaha kuliner dan membuat pempek dengan skala rumahan yang dijual di sekitar rumah.

"Dulu cuma punya modal Rp 100 ribu, dan paling hanya bisa buat 1-2 kg pempek saja. Pengerjaannya dulu juga masih sendiri. Perjuangan besar lah kalau mau bilang seperti kondisi sekarang," jelasnya.

Akhirnya ia pun mulai mempromosikan usahanya dengan menyebarkan informasi dari mulut ke mulut, sebab saat itu belum ada media sosial. Seiring berjalannya waktu, Pempek Minah mulai dikenal oleh banyak orang dan permintaan pasar pun semakin banyak.

"Karena dulu itu harga ikan masih murah kisaran Rp 35 ribu/kg jadi untuk modal Rp 100.000 itu sudah dapat berapa biji pempeknya. Dulu juga saya masih jual di harga Rp 250/biji," katanya.

Sekitar tahun 2008 pesanan pempek terus bertambah, ia pun mulai memperbesar skala usahanya. Apalagi saat itu banyak tetangganya yang ekonominya cukup rendah sehingga membuat Aminah ingin membantu mereka.

Ia pun membantu memperbaiki ekonomi warga sekitar dengan cara membuka lapangan pekerjaan bagi tetangga yang membutuhkan. Aminah menjelaskan jika usaha yang ia bangun tidak mendapatkan bantuan dana dari pemerintah atau kemitraan. Bantuan yang diberikan hanya bentuk promosi saja, dan untuk melanjutkan usahanya, Aminah memutar modal dari keuntungan yang didapat sehari-hari.

"Dulu pesanan banyak, permintaan naik drastis. Karenanya saya mengajak tetangga sekitar rumah untuk membantu saya. Ini juga membantu mereka. Keuntungan yang saya dapat setiap harinya, saya putar lagi untuk modal hari berikutnya. Kalau bukan modal dari sini, mau dari mana lagi," kata dia.

Namun diakui Aminah, usahanya pun sempat mengalami banyak ujian. Ia sempat menutup usahanya pada 2016 setelah suaminya meninggal. Kondisinya saat itu terpuruk. Butuh waktu cukup lama hingga akhirnya ia memutuskan kembali bangkit. Salah satunya karena memikirkan karyawannya. Selain itu, juga karena reseller, langganan dan pedagang keliling yang mengambil pempek dari rumah produksinya yang bergantung pada usahanya itu.

"Masa terpuruk saya itu di tahun 2016, suami meninggal dan semangat juga hilang untuk kembali memproduksi pempek, tetapi setelah melihat banyak jiwa yang berharap dengan usaha saya maka semangat itu kembali muncul," jelasnya.

Setelah masa keterpurukan Aminah, ia mulai bangkit dan usaha pempeknya semakin besar. Bahkan kini ia dapat memproduksi bahan pempek hingga 150 Kg per harinya. Ia pun harus menambah karyawan baru untuk membantunya menjalankan bisnis itu.

"Setiap hari, kami bisa memproduksi 150 kg ikan kakap. Bahkan saat mendekati Hari Raya, kami mampu memproduksi hingga 300 kg. Sedangkan untuk cuko pempek diproduksi hingga 70 kg per harinya. Kita produksi pempek sesuai pesanan, tapi rata-rata 150 kg sampai 170 kg," kata Aminah.

Aminah mengaku, bahan baku pembuatan pempeknya memiliki kualitas super, seperti ikan kakap dikirim langsung dari Pulau Jawa. Saat ini, rumah produksinya telah menjadi agen pemasok pempek di beberapa daerah di Sumsel di antaranya Prabumulih, Kayu Agung, hingga PALI dengan pengiriman 500-1.000 pcs pempek per hari.

Tidak hanya itu, Pempek Minah juga memiliki reseller yang menjajakan pempek dagangannya dengan cara berkeliling. Dengan adanya perkembangan teknologi, Aminah mulai mempromosikan pempeknya melalui media sosial sehingga menambah pangsa pasar. Pemesanan online ke luar Sumsel pun semakin banyak, bahkan ada dari Pulau Jawa, Bali hingga Papua.

"Ada beberapa pelanggan yang ingin agar pempek ini dikirim ke luar negeri, tapi saya belum memahaminya. Soalnya kadang ada pesan yang masuk di medsos saya minta kirim ke luar negeri, tapi sementara saya tolak," jelasnya.

Omset dari usaha miliknya pun cukup besar. Ia bersyukur dengan semua hasil usahanya itu, tidak hanya bermanfaat bagi keluarganya namun juga hidup para tetangganya yang menjadi karyawannya.

Artikel ini ditulis oleh Dian Fadilla dan Zindi Marcella, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(dai/dai)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads