Bayi berusia dua bulan di Kabupaten Kepahiang, Bengkulu, bernama Rihana Amiranda diduga meninggal dunia usai diimunisasi sebanyak dua kali oleh petugas puskesmas setempat. Orang tua korban meminta pihak puskesmas untuk bertanggung jawab.
Sebelum kejadian, bayi tersebut, sempat mengalami demam tinggi, usai disuntik vaksin sebanyak dua kali oleh petugas pada Senin, 1 Juli 2024 lalu.
Anak pertama pasangan Randa Gunawan dan Efriani ini juga sempat dibawa berobat dan berkonsultasi ke bidan maupun ke dokter spesialis anak. Namun panasnya tak kunjung turun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut ayah korban, Randa mengatakan pada Selasa siang, sebelumnya memang anaknya dalam kondisi sakit, dan itu juga telah mereka jelaskan ke petugas puskesmas, namun anaknya tetap diimunisasi.
"Saya sudah jelaskan kalau anak kami demam tinggi tapi tetap diimunisasi, hingga akhirnya mengalami demam tinggi dan meninggal dunia pada 11 juli, setelah tiga hari dirawat di rumah sakit umum daerah setempat," katanya, Selasa (16/7/2024).
Randa meminta tanggung jawab dari pihak puskesmas karena anaknya telah meninggal dunia akibat mengalami panas tinggi usai diimunisasi petugas puskesmas.
"Kami menuntut keadilan dan meminta pertanggungjawaban dari pihak puskesmas," tegasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepahiang, Tajri Fauzan mengaku pihaknya telah menerima laporan atas kejadian tersebut dan telah meminta keterangan dari pihak puskesmas.
"Kita telah meminta klarifikasi dari petugas dan menurut pihak puskesmas petugas melakukan imunisasi telah sesuai SOP," katanya.
Tajri menjelaskan, bayi datang ke puskesmas tidak dalam keadaan demam panas makanya dilakukan imunisasi oleh petugas.
"Kalau bayi lagi demam tidak boleh diimunisasi, makanya petugas melakukan imunisasi ke bayi," jelasnya.
Usai kejadian itu, Tajri mengaku telah berkonsultasi pada dokter rumah sakit yang sempat merawat bayi. Hasilnya, bayi tersebut menderita batuk rejan atau pertusis, bukan karena imunisasi.
"Dokter spesialis anak yang merawat anak di rumah sakit mengatakan bayi tersebut meninggal karena pertusis bukan imunisasi," ungkapnya.
Diketahui, batuk rejan atau pertusis adalah infeksi bakteri pada saluran pernapasan dan paru-paru. Penyakit ini sangat mudah menular dan bisa mengancam nyawa, terutama bila menyerang bayi dan anak-anak.
Batuk rejan (whooping cough), biasanya ditandai dengan rentetan batuk keras yang terjadi secara terus-menerus. Umumnya, batuk rejan sering diawali dengan bunyi tarikan napas panjang melengking khas yang terdengar mirip "whoop". Kondisi ini bisa menyebabkan penderitanya sulit bernapas.
Kasus kematian sang bayi usai diimunisasi tersebut hingga saat ini belum dilaporkan oleh orang tua sang bayi, ke polisi maupun dinas terkait. Sebab, pihak keluarga masih menunggu itikad baik dari pihak puskesmas, untuk datang langsung ke rumah duka.
Sementara itu, Kepala Desa Lubuk Penyamun, Rasmandani berharap, persoalan tersebut dapat diselesaikan secara kekeluargaan, agar tidak memicu keresahan di tengah masyarakat.
"Kita berharap ada jalan keluarnya atas persoalan ini, selain itu pihaknya juga tengah berupaya untuk menjadwalkan mediasi antara kedua belah pihak," harapnya.
(csb/csb)