10 Contoh Puisi Hari Kartini untuk Tugas Sekolah hingga Caption di Medsos

10 Contoh Puisi Hari Kartini untuk Tugas Sekolah hingga Caption di Medsos

Melati Putri Arsika - detikSumbagsel
Selasa, 16 Apr 2024 23:00 WIB
Gambar dan caption untuk Hari Kartini 2022
Foto: Ilustrasi Hari Kartini (Dok. iStock, Canva, Detikcom)
Palembang -

Hari Kartini dijadikan sebagai simbol emansipasi wanita yang diperingati setiap tanggal 21 April. Peringatan Hari Kartini dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya membacakan puisi Kartini yang penuh makna.

Penetapan Hari Kartini pada tanggal 21 April dilakukan pemerintah Indonesia sebagai bentuk mengenang jasa Kartini dalam memperjuangkan pendidikan dan hak-hak perempuan pada akhir abad 19 dan 20. Tanggal 21 April merupakan hari kelahiran Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat pada tahun 1897 di Jepara.

Berikut ini beberapa contoh puisi tema Hari Kartini untuk tugas sekolah hingga caption di media sosial yang dirangkum dari berbagai sumber.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Contoh Puisi Hari Kartini

1. Kartiniku Kini

Saat pena kau tempelkan secarik kertas
Tersusunlah kata-kata sukma meretas
Membawa perubahan awal sepintas
Hingga kaummu menyambut penuh antusias

Kini wahai Kartiniku
Kaummu seakan melupakanmu
Tersibuk dengan lautan ambigu
Terlupa akan sebuah perilaku

ADVERTISEMENT

Wahai Kartiniku kini
Tidaklah mentari lupa menanti pagi
Saatnya dirimu membekali literasi
Saatnya dirimu penuh berinovasi

Wahai Kartiniku kini
Sudahkah dirimu menyelami diri
Mencari dimana peradaban nanti
Mengikuti aliran tsunami teknologi

Sepatah tulisan membawa pesan
Sebarisan kalimat membuyarkan angan
Sebait paragraf merubah peradaban
Majulah Kartiniku kini untuk kemajuan zaman

(Antologi Puisi Kartini Perpusnas-Mochamad Riduwan)

2. Tanduk Perempuan

Badwara rupa kami, buntara jiwa kami
Ibu Kartini titip pesan kepada kami
Jaga elok-elok seberkas harga diri
Angkat tinggi-tinggi kehormatan ini

Di saat ini tak lagi perempuan dikekang
Tak ada lagi kami dianggap membangkang
Hak-hak untuk kami kembali secara utuh
Tidak dipentingkan hanya saat butuh

Derajat, kini telah setara adanya pendidikan diemban secara merata
Mampu berdiri sejajar dengan putra
Ini masanya kami bebas beroleh

Siapa yang segan suruh kami untuk menunduk?
Jangan pikir kami tidak punya tanduk
Kami dapat saja buas liar menyeruduk
Pengetahuan membuat kami tak lagi terpuruk

(Antologi Puisi Kartini Perpusnas-Naurah Risadamayanti)

3. Kartini Dalam Pena Abadi

Di perahu literasi persajakan
Sejenak kau tikam ombak kemalasan
Membuaya juang dalam darah kebangsaan

Bertutur sabda di atas bumi pertiwi
Negeriku yang dihuni naluri Kartini

Kau dera nyawa kebisuan bangsamu
Dengan sebilah pena runcing berkilau
Dan jubah zirah kebangkitan
Pena runcing kau angkat menyamai cakrawala
Engkau tusuk, tusuk, tusuk dan tusuk kebodohan itu
Tak kau hiraukan benteng horizon membatasi petas filsafat kebenaran
Engkau berteriak menyabdakan emansipasi
Membangunkan jasad dalam teks literasi
Hingga mereka tersadar
Perahu nusantara akan berlabuh jika pena runcing berdayung

Hanya dengan sebilah pena runcing nan abadi
Serta kertas bergaris sel besi
Bangsa hawa menduduki tahta kehormatan
Tak lagi diinjak, tak lagi ditindas oleh kedudukan

Tersadar dari nahkoda Kartini
Moha bangsa hawa segenap menyadari
Negara yang dewasa, kokoh dan mandiri
Apabila darah mereka dicoret literasi

Literasi, literasi, literasi ya literasi
Yang mendobrak kedudukan bumi ini
Menjadi gerbang kebebasan
Yang telah lama terkunci dalam tirai perbedaan

4. R.A Kartini

Engkau adalah puteri yang berjiwa pahlawan
Rela mengorbankan jiwa, serta ragamu
Tak gentar melawan takdirmu
Untuk memajukan negara ini

Engkau adalah sosok srikandi
Yang rela mengorbankan harta, dan bendamu
Tidak pernah merasa letih dalam
Memperjuangkan negara ini

Engkau adalah pahlawan dari kaummu
Cita-citamu amatlah mulia
Demi mewujudkan tunas bangsa
Kebanggaan agama serta negara

(Ahmad Maulana)

5. Asa Sang Dara

Arunika menampakkan dirinya
Tersenyum indah
Melihat kartini yang sani
Berjuang mati-matian
Memberi asa pada sang dara
Yang tiada

Kini
Sang dara pun bangkit
Melebarkan sayapnya
Selebar-lebarnya
Terbamg
Sejauh-jauhnya

(Antologi Puisi Kemendikbud-Alifia N)

6. Raden Ayu Kartini

Hati emas yang bersinar
Sebuah mimpi menjadi kenyataan
Seperti serigala yang mencari mangsa
Itulah dia, Raden Ayu Kartini
Meski kau kini telah tiada,
Perjuanganmu,
Pengorbananmu
Jasamu
Akan selalu teringat

((Antologi Puisi Kemendikbud-Darell)

7. Kartini Masa Depan

Aku perempuan Indonesia
Menelan gelap menjadi pagi
Menantang kebodohan diri sebagai jati diri seorang aku

Mungkin lelah menggoda berkat sudah
Tapi sadar, diri kecil menyandang cita-cita tinggi
Bial satu buku saja sudah menjadi penerang jalan
Membias ke segala penjuru
Menerobos celah tirai jendela dunia
Mengapa tak kucoba satu buku lagi saja?

Aku perempuan Indonesia
Tak akan buta menjadi identitasku
Bila payahnya literasi menjadikanku bungkam, aku tak mau seperti itu
Biarlah hitam mataku, kapal tanganku, rontok rambutku
Jauh lebih baik bagiku daripada gelap duniaku

Aku mampu berdaya
Kelak, bila mana aku dapat melihat dunia
Akan ku seberangi pelita kepada perempuan Indonesiaku

Aku perempuan Indonesia
Aku potensi Indonesiaku

(Antologi Puisi Kartini Perpusnas-Fiddinillah)

8. Kartini dan Literasi

Kebudayaan dibangun dengan pemikiran
Rasa, cipta dan karsa diolah sedemikian rupa
Perubahan berbanding lurus dengan masa yang senantiasa berganti
Masa kini perlu disiapkan untuk masa depan
Masa depan disiapkan dengan literasi

Kartiniku menulis habis gelap terbitlah terang
Terang yang aku harap terus bersinar menyinari bumi
Seperti lagu yang terus mengalun
Mengiringi emansipasi, kebebasan, dan toleran
Tiga nilai yang kudapat dari wahai Kartiniku

Kini, sara yang paripurna tidaklah berarti tanpa daya dan upaya dengan literasi
Terus menerus bukan berarti tanpa jeda
Demi transendensi dan masa tanpa ego
Karena kehidupan akan menjadi seperti apa yang bergantung pada saya

(Antologi Puisi Kartini Perpusnas-Winnie TM)

9. Kartini, Lasana Pertiwi

Wahai Kartini..
Sayap perjuangan telah dibentangkan
Mengoyak-oyak gelap, merobek cahaya
Tirai momentum membuka menganga

Setiap dari kapurnya mencoret menulis aksara
Tulisan surat itu tanda ksatria
Seorang Raden Ayu
Dari Jepara

Kartini...
Berjalan setindak demi setindak
Menundukkan kepala patuh
Hanya boleh bicara pelan itu pun dengan berbisik

Dalam sukam tak pernah terganti
Dalam raga pancarkan cakrawala
Irama eloknya beralun-alun bagai gurindam
Di sana kematian menjadi awal kehidupan
Tapi mati tanpa kematian adalah maya
Menarikan pena tak bertinta di atas lembar kertas
Juga hidup tanpa kehidupan adalah maya
Segala terhapus, pupus, tak berbekas

(Antologi Puisi Kartini Perpusnas-Nandita Velisa)

10. Ibu Kartini

Engkau memang sangat berani
Berjuang untuk kaum putri
Agar sederajat dengan kaum lelaki

Ibu Kartini
Namamu selalu harus mewangi
Tak bisa pudar sama sekali
Walau engkau kini telah pergi

(Anisa Ayu)

Itulah kumpulan puisi tema Hari Kartini yang bisa dijadikan contoh tugas sekolah ataupun caption di media sosial. Semoga bermanfaat ya.




(dai/dai)


Hide Ads