Khutbah Jumat merupakan momen seorang khatib menyampaikan pesan ataupun nasihat agama kepada jemaah. Ulama sepakat bahwa khutbah Jumat termasuk dalam salah satu syarat sah salat Jumat.
Penyampaian khutbah Jumat biasanya diisi dengan berbagai tema. Sebagaimana saat ini sudah di penghujung Ramadan, beberapa khatib menyiapkan khutbah tentang malam Lailatul Qadar. Melalui khutbah tersebut pesan-pesan serta nasihat dapat disampaikan kepada jemaah untuk penguatan iman dan ketakwaan.
Berikut beberapa contoh khutbah Jumat tentang Lailatul Qadar dan malam terakhir Ramadan yang dihimpun situs Masjid Istiqlal, NU Jatim, dan NU Lampung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Contoh 1 Khutbah tentang Lailatul Qadar
Khutbah I
إِنَّ الحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Ma'asyirah Muslimin, rahimakumullah,
Puja dan puji serta syukur, marilah kita panjatkan kepada Allah subhanahu wata'ala yang telah memberikan kita kenikmatan berupa iman, hidayah Islam, dan fisik yang sehat wal afiat sehingga kita dapat melaksanakan shalat Jumat yang penuh berkah ini.
Shalawat dan salam, mari kita haturkan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam yang telah membawa risalah pencerahan dan kasih sayang bagi segenap alam, juga kita haturkan kepada keluarganya, dan sahabatnya. Melalui itu, kita semua selaku umatnya berharap kelak mendapatkan syafaatnya.
Khatib juga mengajak kita semua untuk dapat terus meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata'ala. Kita harus menjadi orang yang beruntung, yaitu orang yang mampu menjadi lebih baik setiap harinya dengan mempertebal dan memperkuat keimanan dan ketakwaannya.
Sebagai bentuk perwujudan ketakwaan marilah kita memaksimalkan ibadah di bulan Ramadhan, terlebih lagi menggapai satu malam yang sangat istimewa yakni Malam Lailatul Qadar yang memiliki keutamaan yang lebih baik dari 1.000 bulan. Malam ini dimana Allah subhanahu wata'ala memberi ampunan seluas-luasnya bagi hamba-Nya dan memberikan pintu rahmat kepada Hamba-Nya yang bermunajat kepada-Nya dalam menanti malam yang sangat istimewa ini.
Ma'asyiral Muslimin, rahimakumullah,
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang mulia yang disediakan hanya satu kali dalam setahun oleh Allah SWT. Bulan ini dimana Al-Qur'an diturunkan kepada seluruh manusia untuk menjadi panduan dan pedoman hidup. Salah satu pembeda bulan Ramadhan ini dengan bulan yang lain yaitu umat muslim senantiasa membaca, merenungkan dan mengamalkan isi dari Al-Qur'an yang mulia ini.
Bulan ini dimana Allah subhanahu wata'ala memberikan fasilitas istimewa bahwasanya dengan membaca satu huruf Al-Qur'an di bulan mulia ini akan dilipatgandakan amalnya hingga sepuluh amalan. Allah subhanahu wata'ala juga berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 185:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗوَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗيُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖوَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Artinya: "Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah.
Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur."
Ma'asyirah Muslimin, rahimakumullah,
Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa Ramadhan adalah Syahrul Quran, bulan diturunkannya Al-Quran. Penjelasan mengenai turunnya Quran itu disebutkan dalam surah Al-Qadar. Allah subhanahu wata'ala mengawali surat Al-Qadar ini dengan Inna Anzalnahu Fi Lailatul Qadar, "Sesungguhnya Kami turunkan Al-Qur'an itu pada malam kemuliaan," lantas ditutup dan diakhiri dengan salamun hiya hatta mathla'il fajr "Pada malam itu diliputi kesejahteraan hingga fajar menyingsing,"
Apabila kita perhatikan awal dan akhir surat Al-Qadar ini, kita dapat menemukan satu isyarat mengenai adanya korelasi dan interkoneksi antara awal surah dengan akhirnya. Seolah-olah Allah subhanahu wata'ala sedang memberi pesan kepada kita sebagaimana Ia membuka dengan menurunkan Al-Qur'an, maka Ia akan menutupinya dengan kesejahteraan dan kesentausaan. Seolah-olah Allah subhanahu wata'ala ingin memberi pesan kepada kita, siapapun yang ingin mendapatkan kesejahteraan maka hendaknya memulainya dengan Al-Qur'an.
Seolah-olah Allah subhanahu wata'ala ingin memberi pesan kepada kita bahwa barangsiapa yang memulakan segala sesuatunya dengan Al-Qur'an, maka dia pasti akan menutup lembaran kehidupannya dengan salamun, kesejahteraan, kesentosaan dan kebahagiaan. Siapapun yang memuliakan apapun dengan Al-Qur'an, maka pasti dia akan selamat dan sentosa. Di malam turunnya Al-Qur'an ini, terdapat satu peristiwa yang sangat istimewa.
Bagaimana mungkin malam itu tidak disebut sebagai malam yang penuh dengan keistimewaan, sampai keistimewaannya melebihi 1000 bulan, sementara pada malam itu semua makhluk-makhluk mulia turun dari langit. Bahkan bukan sekedar itu, Allah subhanahu wata'ala yang Maha Muliapun hadir.
Jika di sepertiga malam saja, Allah subhanahu wata'ala turun memberi ampunan, mengabulkan permintaan dan mengiyakan permohonan, maka pada malam Lailatul Qadar ini lebih spesial karena Allah subhanahu wata'ala dan juga malaikat-malaikat berbondong-bondong turun ke muka bumi.
Ma'asyirah Muslimin, rahimakumullah. Mungkin sebagian dari kita bertanya, kapan kah malam istimewa itu akan hadir? Dari nash-nash keterangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam maupun pendapat para ulama, dapatlah kita menyimpulkan yang paling kuat di 10 hari terakhir. Seperti yang tertuang pada hadits berikut:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Artinya : "Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan," (HR. Bukhari).
Jika 10 malam terakhir itu diperas lagi, maka itu terjadi pada malam-malam ganjil yang meliputi malam ke 21, 23, 25, 27 dan 29. Seperti yang tertuang pada hadits:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Artinya : "Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan," (HR. Bukhari).
Lalu jika kita berada pada malam Lailatul Qadar, apa yang paling utama untuk dilakukan? Tentu saja jawabannya adalah sujud dan mendekatkan diri pada Allah subhanahu wata'ala, sebagaimana yang disebutkan pada Quran Surat Al-Alaq ayat terakhir. Sangat menarik bagi kita untuk membahas hubungan antara Quran Surat Al-Alaq dengan Quran Surat Al-Qadar.
Kalau kita perhatikan di dalam mushaf kita, maka surat Al-Qadar terletak setelah surah al-Alaq dan terletak sebelum surah al-Bayyinah. Mari kita lihat dan perhatikan susunan kedua surah ini dengan seksama sebagaimana panduan Ilmu Munasabah dalam Ulumul Qur'an.
Jika di awal surah Al-Alaq Allah SWT memulakan surah ini dengan Iqra dan diawal surat Al-Qadar memulaikan dengan innā anzalnāhu fī lailatil-qadr seolah Allah SWT sedang ingin memberi pesan kepada kita bahwa yang harus kita baca adalah apa yang Allah SWT turunkan pada malam lailatul qadar yaitu Al-Quran. Jika di awal surat Al-Alaq Allah SWT memulai dengan iqra dan mengakhirinya dengan wasjud waqtarib seolah-olah Allah SWT ingin menekankan kepada kita bahwa orientasi dari proses pembelajaran (qiroah) itu adalah ketundukan melalui sujud dan taqarrub, sehingga Goal Ending dari sebuah ilmu pengetahuan adalah ketaatan.
Selanjutnya, jika kita melihat Quran Surat Al-Alaq diakhiri dengan:
كَلَّاۗ لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ ۩ ࣖ
Artinya : "Sekali-kali tidak! Janganlah patuh kepadanya, (tetapi) sujud dan mendekatlah (kepada Allah)," (QS. al-'Alaq/96: 19).
Dan kemudian Allah SWT menurunkan firman dalam Quran Surat Al-Qadar:
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Artinya : "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan," (QS. al-Qadar/97: 1).
Ayat terakhir Quran Surat Al-Alaq bertemu dengan ayat pertama Quran Surat Al-Qadar, memberi arti seakan ketika Allah SWT memerintahkan untuk bersujud dan mendekat kepada Allah SWT, lalu Dia mengatakan sesungguhnya ini adalah malam kemuliaan lailatul qadar. Maka, yang paling utama untuk dilakukan dalam malam lailatul qadar adalah sujud dan taqarrub kepada Allah SWT
Ma'asyiral Muslimin, rahimakumullah,
Lailatul Qadar itu adalah Lailatus Sujud wal Iqtirab, malam Lailatul Qadar adalah malamnya hamba untuk sujud bertaqarrub. Maka barangsiapa yang mengharapkan untuk menggapai malam Lailatul Qadar hendaknya ia mengisinya dengan sujud dan taqarrub kepada Allah subhanahu wata'ala. Bahkan seolah-olah Allah subhanahu wata'ala ingin memberi pesan kepada kita bahwa amalan yang paling mulia ketika terjadi Lailatul Qadar adalah sujud dan taqarrub.
Landasan sujud dan taqarrub pada malam lailatul qadar adalah imanan wa ihtisaban, iman yang kuat dan introspeksi diri dengan penuh rahmat, magfirah, dan ridha Allah subhanahu wata'ala. Perlu kita pastikan di saat kita i'tikaf di malam Lailatul Qadar itu, orientasi kita adalah keimanan dan pengharapan.
Sujud dan taqarrub kita karena iman dan pengharapan. Kita juga melaksanakan birrul walidain, sedekah, ith'aum tha'am, membantu fakir miskin. Semua kebaikan itu masuk dalam kategori iqtirab min Allah; taqarrub kepada Allah subhanahu wata'ala. Mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata'ala. Seluruh amalan kebaikan dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan harus berada pada bingkai keimanan dan pengharapan.
Ma'asyiral Muslimin, rahimakumullah,
Dalam menggapai malam yang mulia ini, setiap kita tentu mengisi malam ini dengan beribadah dan bermunajat kepada Allah subhanahu wata'ala dengan khusyuk untuk mencapai keberhasilan yang kita usahakan. Beberapa amalan yang dapat kita optimalkan dalam meraih malam mulia ini yaitu: memaksimalkan dalam membaca Al-Qur'an, maksimal dalam shalat malam, maksimal dalam berbuat kebaikan, dan maksimal dalam mengeluarkan zakat, infak, dan shadaqah kita untuk menolong saudara-saudara kita untuk keluar dari garis kemiskinan.
Selain itu, amalan lain yang penting kita maksimalkan bersama adalah membangunkan keluarga kita untuk beribadah secara bersama-sama untuk menghidupkan malam yang mulia ini untuk mencapai keberkahan dari Allah subhanahu wata'ala.
Khutbah II
إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ،
أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
(Noor Achmad Ketua Baznas RI dan Ketua Umum Yayasan Wahid Hasyim-Semarang)
Contoh 2 Khutbah Jumat tentang Malam Terakhir Ramadhan
Khutbah Pertama
بسم الله الرحمن الرحيم اَلْحَمْدُ للهْ، اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، الَّذِيْ أَكْمَلَ لَنَا الدِّيْنَ، وَأَتَمَّ لَنَا النِّعْمَةَ وَرَضِيَ لَنَا الْإِسْلَامَ دِيْنًا. تَفَضَّلَ عَلَيْنَا بِمَنِّهِ وَكَرَمِهِ وَلُطْفِهِ، أُسَبِّحُ لَهُ سُبْحَانَهُ، رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ وَكِيْلٌ، يُعِزُّ بَعْضَنَا وَيُذِلُّ بَعْضَنَا، إِلَهٌ كَرِيْمٌ وَاحِدٌ، جَلِيْلٌ مُنَزَّهٌ عَنِ الشَّبِيْهِ وَالشَّرِيْكِ وَالْمُمَاثِلِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةً تُنْجِيْ قَائِلَهَا يَوْمَ لَا يَنْفَعُ لَهُ مَالٌ وَلاَ بَنُوْنٌ إِلَّا مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا وَشَفِيْعَنَا وَقُدْوَتَنَا مُحَمَّدًا ﷺ عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِيْنُ. صَلِّ اللَّهُمَّ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَاعْفُ عَنَّا مَعَهُمْ بِعَفْوِكَ وَكَرَمِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. أما بعد فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَاِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِىْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Jamaah yang Dirahmati Allah,
Berkat tempaan tiga pekan selama Ramadhan, kita memiliki semangat untuk terus beribadah dan meningkatkan takwallah. Yakni kian mempunyai tekad untuk terus melaksanakan perintah dan menjauhi yang dilarang. Semoga dengan sisa sepekan ini, takwalah tersebut akan terus mengalami peningkatan, amin ya rabbal alamin.
Hadirin yang Berbahagia,
Kita sekarang sudah memasuki bagian-bagian akhir pada bulan Ramadhan. Kita perlu mengoreksi diri sendiri sebagai bahan evaluasi. Mulai awal Ramadhan kemarin sampai hari ini: apakah kualitas dan kuantitas ibadah sudah sesuai yang diharapkan? Apabila sudah, mari jaga sekuat tenaga hingga akhir Ramadhan. Jika belum sesuai dengan harapan, mari tingkatkan dengan sebaik-baiknya. Karena setiap amal tergantung dengan endingnya.
Seperti orang yang sedang membangun rumah, fisiknya sudah 70 persen. Bagaimana yang 30 persen sisanya? Ini sangat menentukan. Kalau finishingnya bagus, akan jadi rumah yang indah, tapi jika sentuhan akhirnya dikerjakan secara asal-asalan, tentu rumah yang dibangun dengan permulaan susah payah, hanya akan mendapatkan nilai buruk hanya masalah 30 persen yang akhir adalah buruk.
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan pada pekan terakhir bulan Ramadhan ini. Di antaranya bahwa Allah menciptakan umat Muhammad penuh dengan keistimewaan. Sebagian keistimewaannya adalah Allah menciptakan umat Muhammad sebagai umat yang lahir di muka bumi ini pada bagian paling akhir.
Mengapa? Karena apabila ada umat Muhammad yang menjadi seorang pendosa, seumpama ia mati, di kuburan disiksa tidak terlalu lama lagi kiamat akan datang, ia akan dientaskan dari siksaan kubur. Jika dalam keadaan membawa iman, ia akan berpeluang besar mendapatkan syafaat Rasulullah SAW.
Nabi bersabda:
شَفَاعَتِيْ لِاَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ اُمَّتِىْ
Artinya: Syafaatku untuk para pendosa besar dari umatku. (HR Abu Dawud dan At- Tirmidzi)
Ada keutamaan lain, umat Muhammad tidak diciptakan oleh Allah dengan umur yang panjang, 500 tahun, 700 tahun dan lain sebagai. Umur umat Muhammad rata-rata antara 60 sampai 70 tahun. Hal ini sebutkan dalam hadits Nabi:
أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ، وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ.
Artinya: "Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun. Sedikit di antara mereka yang melewati usia tersebut," (HR At-Tirmidzi)
Umur yang pendek ini di antara hikmahnya adalah supaya umat Muhammad tidak capek-capek beribadah yang panjang. Umat Muhammad diberi oleh Allah umur yang pendek, namun dalam pendeknya umur, Allah memberikan peluang lailatul qadar sehingga apabila bisa digunakan dengan baik, hal tersebut lebih baik daripada seribu bulan atau 83 tahun lebih.
Maka, seumpama ada umat Muhammad mulai baligh sekitar umur 13 tahun, setiap tahun bisa menggunakan laitalul qadar dengan sebaik mungkin, sedangkan umurnya sampai 63 tahun, berarti telah menjalankan ibadah lebih baik dari 4.500 tahun yang tidak ada lailatul qadarnya. Betapa Allah sungguh memuliakan umat Muhammad dibandingkan umat yang lain.
Lailatul Qadar tidak bisa dipastikan jatuhnya kapan. Bisa pada awal Ramadhan, tengah ataupun di bagian akhir Ramadhan. Hal ini tidak dijelaskan secara pasti supaya kita mau menjaring terus menerus. Dengan begitu, selama Ramadhan kita berusaha memenuhinya dengan aneka ibadah. Hanya saja, secara umum memang lailatul qadar banyak yang jatuh pada kisaran 10 hari terakhir bulan Ramadhan.
Rasulullah begitu tampak sikapnya bagaimana memenuhi sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Di antaranya Rasulullah telah memberikan contoh kepada kita melalui hadits yang diriwayatkan oleh istrinya Aisyah radhiyallahu anha sebagai berikut:
كانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَ
Artinya: "Nabi SAW ketika memasuki sepuluh hari terakhir mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya," (HR Bukhari Muslim)
Pengertian 'mengencangkan sarungnya', sebagaimana disebutkan Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam tafsirnya Fathul Bari adalah Rasulullah SAW memisahkan diri dari istrinya, tidak menggauli istri beliau selama 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah lebih fokus ibadah kepada Allah SWT.
Hadits tersebut terkandung maksud bahwa cara Rasulullah menghidupkan lailatul qadar adalah dengan tidak menjadikan sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan tersebut sebagai momen bermalas-malasan dan sarat tidur. Orang tidur sama dengan mati, maka lawan katanya adalah menghidupkan. Rasulullah menghidupkan malam dengan terjaga, beribadah, tidak mengisinya dengan tidur.
Selain itu, Nabi Muhammad juga memperhatikan masalah ibadah keluarganya. Yakni tidak ibadah sendirian, sedangkan keluarga yang lain santai-santai, tidak. Rasulullah membangunkan keluarganya untuk beribadah malam, bersujud kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Hadirin Rahimakumullah,
Amalan lain yang selalu dilakukan oleh Rasulullah pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan adalah i'tikaf. Kisah ini diceritakan oleh Sayyidatina Aisyah Radhiyallahu Anha:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
Artinya: "Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW i'tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan sampai beliau dipanggil oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala kemudian istri-istri beliau i'tikaf setelah beliau kembali ke rahmatullah," (HR Bukhari)
Hadirin yang dirahmati Allah,
Hadits di atas menunjukkan bahwa i'tikaf merupakan ibadah penting, sehingga Rasulullah melaksanakan tidak hanya beberapa hari saja di sepuluh akhir bulan Ramadhan. Tidak juga hanya melaksanakan pada salah satu Ramadhan, namun setiap sepuluh akhir Ramadhan sampai Nabi wafat. Kita patut mencontoh sunah Nabi yang seperti ini. Dalam kitab Al-Majmu' syarah Al-Muhadzab disebutkan:
قَالَ الشَّافِعِيُّ وَالْأَصْحَابُ وَمَنْ أَرَادَ الِاقْتِدَاءَ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي اعتكاف الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Artinya: "Imam As-Syafi'i dan murid-muridnya berkata, barang siapa yang ingin mengikuti Nabi SAW dalam menjalankan i'tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.Maka hendaknya ia masuk masjid pada tanggal 20 Ramadhan sore hari sebelum memasuki malamnya tanggal 21. Hal ini penting dilakukan supaya apa? Yakni supaya tidak terlewatkan sedikitpun waktu untuk itikaf,"
Kemudian kapan itikafnya selesai? Kalau ingin secara total mengikuti Rasul seratus persen dalam hal ini, Imam Nawawi melanjutkan: Keluarnya setelah melewati maghrib malam hari raya Idul Fitri Baik hitungan bulannya penuh 30 hari atau pun hanya 29. Namun yang paling utama adalah tetap berdiam di masjid sampai melaksanakan shalat id sekalian.
Sebagaimana kita ketahui bahwa itikaf hukumnya adalah sunah, namun pada sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan hukumnya lebih sunah atau sunah muakkad atau sunah yang sangat kuat. (An-Nawawi, Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzab, juz 6, halaman: 375)
Jamaah yang dirahmati Allah,
Pada bulan Ramadhan juga disebutkan sebagai bulan Al-Quran:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
Artinya: Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan menjadi penjelas dari petunjuk dan dari petunjuk-petunjuk itu dan menjadi pembeda (dari perkara yang haq dan bathil). (QS Al-Baqarah: 185)
Pada bulan Ramadhan Rasulullah juga memperlakukan dengan istimewa. Tidak sebagaimana bulan-bulan yang lain, pada bulan ini Nabi bertadarus dengan malaikat Jibril. Rasulullah membaca satu ayat, malaikat Jibril membaca satu ayat secara bergantian sampai khatam dalam sebulan. Kemudian kita melestarikan tradisi bertadarus bersama dengan keluarga dan saudara kita berawal dari kisah ini.
Imam Syafi'i apabila di luar Ramadhan selalu mengkhatamkan Al-Qur'an sehari sekali dalam shalatnya. Namun apabila pada bulan Ramadhan, dalam sehari semalam mengkhatamkan Al-Qur'an dalam shalat sebanyak dua kali khataman. Oleh karena itu, mari pada bulan Al-Qur'an ini, kita perbanyak bacaan Al-Qur'an.
Bagi yang belum bisa, jadilah Ramadhan ini sebagai tonggak awal dalam mempelajari Al-Qur'an sesuai tajwid kepada guru yang mumpuni dan di kemudian hari bisa sebagai bahan dasar untuk membaca Al-Qur'an.
Pada akhirnya, dalam khutbah ini, saya mengajak kepada para hadirin dan diri sendiri untuk bersungguh-sungguh memenuhi puasa Ramadhan dan beribadah malamnya dengan sebaik mungkin.
Semoga kita dan keluarga senantiasa mendapatkan pertolongan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk menjalankan ketaatan-ketaatan yang pada akhirnya kelak kita meninggalkan dunia ini dalam keadaan husnul khatimah, amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَجَعَلَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاِت وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ البَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ. أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيْم، بسم الله الرحمن الرحيم، وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣) ـ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرّاحِمِيْنَ ـ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللهُمَّ أَعِزِّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Contoh 3 Khutbah Jumat 10 Malam Terakhir Ramadhan
Khutbah I
اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِللَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِنْ سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ (آل عمران: ٣٠)
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah swt dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Tidak terasa, sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan telah tiba. Hari-hari terakhir Ramadhan ini akan menjadi saksi mengenai apa yang kita lakukan, apakah kita mampu mengisinya dengan berbagai kebaikan, ataukah kita termasuk mereka yang lalai, lengah dan teledor. Inilah saatnya kita berburu pahala. Inilah saatnya kita berburu ridha Allah. Inilah saatnya kita menuju kemenangan. Inilah saatnya kita menuju hari yang fitri.
Betapa banyak orang yang ingin menyambut kedatangannya, tapi jatah hidupnya telah habis. Betapa banyak orang yang berharap untuk bertemu dengannya dan memperoleh barakahnya, tapi ajal memutus harapannya. Kita bersyukur, Allah masih memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu dengan hari-hari terakhir Ramadhan kali ini. Semoga kita diberi kekuatan untuk memanfaatkannya sebaik mungkin dan mengisinya dengan berbagai ketaatan.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Jika telah memasuki sepuluh malam terakhir Ramadhan, apa yang dilakukan Rasulullah saw? Sayyidah 'Aisyah ra menceritakan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ ، أَحْيَا اللَّيْلَ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ، وَجَدَّ، وَشَدَّ الْمِئْزَرَ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ)
Artinya: "Adalah Rasulullah apabila sepuluh malam terakhir Ramadhan telah tiba, beliau menghidupkan malam dengan shalat dan berbagai ibadah, membangunkan keluarganya untuk shalat malam dan ibadah-ibadah yang lain, bersungguh-sungguh dalam beribadah melebihi apa yang biasanya dilakukan dan tidak menggauli istri-istrinya," (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah di antara waktu yang paling baik untuk berdoa. Di dalamnya terkumpul banyak sekali waktu-waktu yang mulia dan mustajab, yaitu sepuluh malam terakhir Ramadhan, sepertiga malam terakhir, sesaat setelah adzan dikumandangkan, waktu setelah selesai shalat lima waktu, dalam keadaan sujud, pada saat berkumpulnya umat Islam dalam majelis-majelis kebaikan, majelis-majelis dzikir dan ilmu.
Semua itu terkumpul dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan. Waktu-waktu tersebut kita manfaatkan untuk terus-menerus berdoa, doa kebahagiaan dunia-akhirat, memohon ampunan dosa, keberkahan rezeki, panjang umur dalam ketaatan, terhindar dari segala macam musibah dan wabah, dan lain sebagainya. Rasulullah saw bersabda:
وَيُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ، يَقُوْلُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي (أَخْرَججَهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)
Artinya: "Doa salah seorang dari kalian akan dikabulkan selagi ia tidak tergesa-gesa untuk dikabulkan dengan mengatakan: aku telah berdoa tapi belum juga dikabulkan," (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Lebih-lebih lagi apabila doa itu dipanjatkan sembari melakukan itikaf di masjid. Pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, Rasulullah selalu merutinkan itikaf di masjid sampai beliau meninggal dunia.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Pada sepuluh malam terakhir ini, kita juga dianjurkan berburu Lailatul Qadar, malam yang perbuatan baik di dalamnya lebih utama daripada perbuatan baik selama seribu bulan atau 83 tahun 4 bulan. Allah memang merahasiakan kapan Lailatul Qadar itu terjadi.
Akan tetapi Rasulullah memerintahkan kepada kita untuk memburunya pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan. Dan kalau kita ingin memperoleh barakah Lailatul Qadar secara pasti, maka kita hidupkan seluruh malam pada bulan Ramadhan dengan berbagai ibadah dan ketaatan. Rasulullah saw bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (مُتَّفَقٌ عَلَيْه)
Artinya: "Barangsiapa yang menghidupkan malam Lailatul Qadar (dengan shalat dan berbagai ibadah) dengan dilandasi keimanan dan niat semata mengharap ridla Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang yang telah lalu," (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Hadirin yang dirahmati Allah,
Demikian khutbah yang singkat ini. Marilah menuju hari raya, hari kemenangan, hari kembali kepada fitrah, dengan memanfaatkan sepuluh hari terakhir ini untuk melakukan berbagai ibadah dan ketaatan.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَييُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْممٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْممِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّددٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَااءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Contoh 4 Khutbah Jumat Tentang Malam Terakhir Ramadhan
Khutbah I
اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّققُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللّٰهَ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ (الحشر: ١٨)
Hadirin rahimakumullah,
Pada hari Jumat di akhir bulan suci Ramadhan ini, khatib senantiasa selalu mengingatkan kepada jamaah Jumat sekalian, khususnya kepada diri khatib pribadi, untuk selalu meningkatkan takwa kita kepada Allah SWT, yakni dengan sekuat tenaga menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena dengan bertakwa kita akan menjadi hamba yang mulia di sisi Allah SWT.
Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 183 yang menegaskan tentang tujuan disyariatkannya ibadah puasa itu sendiri, yakni agar menjadi hamba yang bertakwa:
{ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ }
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS Al-Baqarah: 183).
Hadirin rahimakumullah
Alhamdulillah, segala puji milik Allah SWT, Dzat yang Maha Kuasa dan Maha Pemberi Hidayah, kepada-Nya lah kita meminta petunjuk dan pertolongan, meminta kekuatan iman dan Islam, sehingga kita masih diberikan kesempatan untuk bertemu Ramadhan hingga akhir ini. Dan mudah-mudahan kita termasuk golongan yang beruntung, karena bisa menjalankan puasa sebulan penuh dan diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT.
Shalawat serta salam, tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad saw, Nabi yang telah membawa syariat Islam kepada seluruh umat manusia, Nabi yang mengubah manusia dari zaman kebodohan hingga menjadi cahaya Islam. Dari tangan Nabi saw juga, umat manusia menjadi umat yang bermartabat dengan iman, ilmu dan budi pekerti yang luhur.
Hadirin rahimakumullah,
Ramadhan merupakan bulan yang diberkahi, bulan yang suci, bulan yang istimewa dan bulan yang spesial bagi umat Islam. Bukan hanya sekedar omongan, akan tetapi di dalam bulan suci Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan para setan dibelenggu. Selain itu juga pada bulan suci Ramadhan, seluruh pahala dilipatgandakan.
Keistimewaan di bulan suci Ramadhan juga adalah pada permulaannya dipenuhi dengan rahmah (kasih sayang). Pada pertengahannya sarat dengan maghfirah (ampunan). Dan di akhirnya adalah dibebaskan dari api neraka. Maka ketika kita semua berpuasa sebulan penuh tanpa ada celah yang bolong, maka di situlah kita telah merasakan kasih sayangnya Allah SWT, ampunan dari-Nya dan akan dihadiahi surga ketika di hari akhirat.
Dari dimensi sosial, berpuasa pada bulan suci Ramadhan akan menjadikan umat Muslim menjadi insan kamil (manusia sempurna) dengan segala proses dan perjalanan yang rumit dan menantang. Kita diajarkan untuk bersabar menahan lapar, dahaga dan syahwat sejak munculnya fajar sidik hingga terbenamnya matahari. Serta menyuruh kita untuk menghindari dari perbuatan yang sia-sia dan merugikan kita.
Ramadhan sebagai madrasah yang baik bagi umat Islam, telah menimpa mereka menjadi insan yang memiliki empati yang tinggi, dapat merasakan lapar dan dahaganya orang-orang fakir dan miskin. Juga merasakan susahnya bagi mereka yang tidak mendapatkan makanan dan minuman yang layak seharian.
Ramadhan juga mengajarkan sabar dan syukur. Karena orang yang berpuasa dituntut untuk sabar dalam meninggalkan seluruh perkara yang dapat membatalkan puasa. Ia juga semestinya bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk bertemu kembali dengan bulan Ramadhan dan melakukan ibadah-ibadah di dalamnya.
Hadirin rahimakumullah,
Sungguh bergembiralah bagi umat Islam yang mendapati Ramadhan, lalu dosa-dosa mereka diampuni oleh Allah SWT. Dan sungguh merugilah bagi mereka yang mendapati bulan Ramadhan, namun dosanya tidak diampuni.
Pada kasus demikian, Rasulullah saw telah bersabda dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabrani dan yang lainnya:
بُعْدًا لِمَنْ أَدْرَكَ رَمَضَانَ لَمْ يُغْفَرْ لَهُ فِيهِ (رواه الطبراني وغيره)
Artinya: "Sungguh merugi orang yang mendapati Ramadan, tapi tidak diampuni dosanya," (HR Ath-Thabarani dan lainnya).
Orang yang bergembira bertemu bulan suci Ramadan adalah orang-orang yang senantiasa mentaati perintah Allah SWT, yakni selalu berpuasa di siang hari, meninggalkan maksiat besar maupun kecil, memperbanyak ibadah di malam hari dengan shalat tarawih, hajat, tahajjud dan witir. Serta memperbanyak membaca Al-Qur'an dan shalawat kepada Nabi Muhammad saw.
Sedangkan orang yang merugi adalah orang-orang yang menyia-nyiakan bulan suci Ramadhan, menumpuk dosa dengan meninggalkan puasa di siang hari, melakukan maksiat, mengerjakan perbuatan yang sia-sia dan menjalankan aktivitas Ramadhan sama dengan bulan-bulan yang lainnya.
Maka dari itu, marilah kita manfaatkan waktu di bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya, terutama di waktu-waktu akhir seperti ini. Mari kita isi dengan berbagai ibadah dan amal saleh. Karena sesungguhnya bisa jadi ini merupakan Ramadhan yang terakhir bagi kita semua.
Kita tidak ada yang tahu, kapan manusia akan hidup dan bertemu Ramadhan. Memiliki fisik yang sehat dan usia yang muda tidaklah dapat menunda kematian. Begitu juga dengan fisik yang sakit-sakitan dan tua juga tidak dapat mempercepat kematian. Karena sesungguhnya hidup adalah rahasia Allah SWT.
Oleh sebab itu, marilah kita utamakan segala sesuatu yang bermanfaat untuk kehidupan akhirat. Karena sesungguhnya dunia juga penting bagi kita, karena di dunia lah kita menanam amal kebajikan, sedang di akhirat kita hanya tinggal memanen saja. Jika di dunia hanya menjadi tempat untuk keburukan, maka kita juga akan memanen kesia-siaan ketika di akhirat kelak.
Hadirin rahimakumullah,
Hidup di dunia memang enak dan indah, tapi itu hanya sementara, dan memiliki jangka waktu usia. Sedangkan hidup di akhirat merupakan kekal dan abadi. Maka sebanyak apa pun urusan kita di dunia, jangan sampai melalaikan dari urusan akhirat. Sesibuk apa pun kita beraktivitas, jangan sampai meninggalkan ibadah yang wajib, seperti mendirikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menunaikan zakat serta berhaji dan umroh jika mampu.
Semaksiat apapun kita setiap hari, jangan sampai kita meninggalkan shalat lima waktu, meski orang-orang menyebutnya taubat sambal, biarkan saja dan hiraukan, karena jika tidak seperti itu, dengan cara apa lagi kita akan mendekatkan diri kita kepada Allah SWT.
Hadirin rahimakumullah,
Demikianlah khutbah ini, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua, baik yang membaca maupun yang mendengarkannya. Dan mudah-mudahan amal kebaikan yang kita kerjakan selama Ramadhan ini diterima oleh Allah SWT, seluruh dosa kita diampuni dan semoga kita dipertemukan dengan Ramadhan pada tahun berikutnya. Amin ya Rabbal 'Alamin.
بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّههَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْممِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِننَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
(Ustadz Yudi Prayoga M Ag, Sekretaris MWCNU Kedaton Bandar Lampung)
Contoh 5 Khutbah Jumat tentang Lailatul Qadar
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي فَتَحَ أَبْوَابَ الْجَنَّةِ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ الَّذِيْ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلٰهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِي قَائِلَهَا مِنَ النِّيْرَانِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أمَّا بَعْدُ. فَيَا أيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ . وَقَالَ تَعاَلَى: إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ . وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ . لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ .تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ. سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْر
Hadirin rahimakumullah,
Hari demi hari telah kita lalui dan tak terasa sekarang kita telah berada separuh lebih bulan Ramadhan. Artinya, sebentar lagi kita akan memasuki sepertiga terakhir dari bulan mulia ini yang menurut pandangan mayoritas ulama di dalamnya terdapat satu malam istimewa, yaitu lailatul qadar.
Karenanya, dirasa sangat penting untuk membahas malam tersebut sebab ibadah pada malam itu khairun min alfi syahr (lebih baik dibanding ibadah selama seribu bulan) yang di dalamnya tidak ada lailatul qadar. Hal ini selaras dengan penuturan Mujahid bin Jabir:
أَنَّ النَّبِيَ صلى الله عليه وسلم ذَكَرَ رَجُلًا مِنْ بَنِيْ اِسْرَائِيْلَ لَبِسَ السِّلَاحَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ تَعَالَى اَلْفَ شَهْرٍ فَعَجِبَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ ذَلِكَ فَأَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: اِنَّا اَنْزَلْنَاهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ اِلَى قَوْلِهِ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ شَهْرٍ
Artinya: "Sesungguhnya Nabi mengisahkan seorang laki-laki dari kalangan Bani Israil yang senantiasa mengangkat senjatanya untuk berjuang di jalan Allah selama seribu bulan. Perkara tersebut membuat kaum muslimin merasa takjub sehingga Allah menurunkan tiga ayat pertama surat Al-Qadar," (Fadhailu-l Awqat li-l Baihaqi, juz 1 hal. 207).
Selain hal tersebut, keutamaan lain dari Lailatul Qadar adalah
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْر
Artinya: "Yaitu para malaikat dari tiap lapis langit bahkan dari sidratul muntaha turun ke bumi untuk meng-amin-kan doa manusia hingga waktu munculnya fajar sebagaimana penuturan Imam Al-Qurthubi. Mereka, termasuk malaikat Jibril, turun dengan membawa rahmat Allah dan segala ketentuan yang telah Allah tentukan pada malam tersebut hingga setahun ke depan,"
Keutamaan terakhir yang tersurat dalam surat Al-Qadar adalah
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْر
Artinya: "Yaitu bahwa setiap detik dari lailatul qadar sepenuhnya hanya berisi keselamatan serta tidak ada keburukan di dalamnya hingga muncul fajar, bahkan dikatakan bahwa setan tidak dapat berbuat buruk pada malam tersebut. Sedangkan pada malam lainnya, selain keselamatan, Allah juga menetapkan bala," (Tafsir Al-Qurthubi, juz 20, hal. 133-134).
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Sangat layak untuk kita syukuri tentang keberadaan lailatul qadar sebab malam mulia ini merupakan malam spesial yang hanya Allah ciptakan kepada segenap umat Nabi Muhammad SAW berdasarkan hadits yang telah disebutkan. Seandainya tidak ada Lailatul Qadar, maka nyaris tidak mungkin bagi kita untuk mendapatkan pahala ibadah seribu bulan mengingat terbatasnya umur umat Rasulullah SAW. Beliau bersabda:
أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إلَى السَّبْعِينَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوْزُ ذَلِكَ
Artinya: "Usia umatku antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun. Sangat sedikit yang bisa melampaui umur tersebut," (Sunan Ibnu Majah, juz 2 hal. 1415).
Mengenai waktu munculnya Lailatul Qadar, begitu banyak riwayat yang secara dhahir saling bertentangan: mulai dari pendapat yang mengatakan bahwa malam itu berputar dalam sebulan Ramadhan hingga yang terkhusus pada malam tertentu. Karenanya, para ulama menganjurkan untuk mencarinya dalam sebulan penuh dan lebih dianjurkan lagi pada sepuluh malam terakhir. Pengukuhan anjuran paling kuat adalah pada malam ganjil sebagaimana pendapat jumhur fuqaha' sesuai sabda Nabi Muhammad SAW tentang Lailatul Qadar.
هِيَ فَي شَهْرَ رَمَضَانَ فَالْتَمِسُوْهَا فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ فَإِنَّهَا وِتْرٌ فِي إِحْدَى وَعِشْرِيْنَ، أَوْ ثَلَاثٍ وَعِشْرِيْنَ، أَوْ خَمْسٍ وَعِشْرِيْنَ، أوْ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ، أوْ تِسْعٍ وَعِشْرِيْنَ، أو آخر ليلةٍ مِنْ رَمَضَانَ، مَنْ قَامَهَا احْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: "Malam itu berada pada Bulan Ramadhan, maka carilah pada sepuluh malam terakhir. Sesungguhnya lailatul qadar berada pada malam ganjil: malam ke-21, malam ke-23, malam ke-25, malam ke-27, malam ke-29, atau malam terakhir Ramadhan. Barang siapa menghidupkannya karena ikhlas mengharap ridha Allah, maka diampuni dosanya yang telah lalu," (Musnad Ahmad, juz 37 hal. 423).
Hadirin rahimakumullah,
Lailatul Qadar memiliki tanda-tanda yang tampak di langit maupun di permukaan bumi sebagaimana yang telah masyhur di masyarakat. Bahkan juga terdapat tanda batin yang dapat dirasakan oleh sebagian kaum muslimin yaitu kenikmatan beribadah pada malam tersebut.
Namun para ulama saling silang pendapat apakah harus mengetahui secara pasti keberadaan malam tersebut untuk meraih fadilahnya atau tidak. Pendapat yang paling unggul menurut fuqaha' mazhab adalah bahwa tidak disyaratkan mengetahui lailatul qadar secara pasti. Tetapi jika kita mengetahui malam tersebut sekaligus menghidupkannya, maka fadilah yang kita raih akan lebih sempurna (Mughni-l Muhtaj, juz 1 hal. 450).
Karenanya, para hadirin, mari bersama-sama kita tapaki kemuliaan lailatul qadar pada malam-malam yang telah disebutkan dengan berbagai macam ibadah baik shalat berjamaah, shalat tarawih, shalat witir, tadarus al-quran, i'tikaf, maupun yang lain-lainnya. Juga bagi keluarga perempuan kita yang sedang menjalani haid atau nifas, maka ibadah-ibadah tersebut bisa diganti dengan dzikir, tholabul 'ilmi, dan doa. Apakah kita bisa memperoleh keutamaan lailatul qadar dengan doa? Jawabannya adalah iya, sebab sabda Rasulullah SAW:
اَلدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
Artinya: "Doa itu adalah ibadah," (Sunan Abi Dawud, juz 2 hal. 76).
Semoga kita senantiasa diberi anugrah islam dan iman agar selalu semangat menjalankan ibadah selama Ramadhan terutama pada tanggal-tanggal akhir sebab,
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِمِ
Artinya: "Amal ibadah itu tergantung pada penutupnya," (Al-Mu'jam Al Kabir li-th Thabrani, juz 6 hal. 147).
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّه
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إلىَ رِضْوَانِهِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيّ يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
(Moch. Adnan Al Ghafiqi, tenaga pendidik MTs NU Islamiyah Situbondo)
(des/des)