Kisah Perjuangan Sahat, Penyadap Karet di Muara Enim Jadi Anggota TNI

Sumatera Selatan

Kisah Perjuangan Sahat, Penyadap Karet di Muara Enim Jadi Anggota TNI

Irawan - detikSumbagsel
Senin, 18 Mar 2024 18:30 WIB
Sahat Maruli Tua Sihite dan kedua orang tuanya
Foto: Sahat Maruli Tua Sihite dan kedua orang tuanya (Dok. Kodam II Sriwijaya)
Muara Enim -

Keterbatasan ekonomi keluarga tak selalu menjadi penghalang seseorang dalam mewujudkan impian. Keyakinan itu dibuktikan oleh seorang penyadap karet di Desa Lembak, Muara Enim Sahat Maruli Tua Sihite yang berhasil mewujudkan mimpinya dan keluarga untuk menjadi seorang prajurit TNI AD.

Berdasarkan informasi yang dihimpun detikSumbagsel, Sahat Maruli resmi menjadi prajurit TNI AD pada Rabu (13/3/2023) lalu. Sahat berasal dari Desa Lembak dan selama ini bekerja sebagai penyadap karet di kebun orang lain. Ia melakukan itu karena membantu ayah dan ibunya yang juga merupakan penyadap karet.

"Saya sejak kecil bercita-cita menjadi tentara," kata Sahat, Senin (18/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan, sebelum lolos dalam seleksi TNI kali ini, dirinya sudah mencoba ikut tes sebanyak 2 kali dan berakhir kegagalan. Namun ia tak patah semangat karena niatnya menjadi seorang anggota TNI sangat besar.

Apalagi melihat ibu dan ayahnya yang selama ini sudah mendukungnya, menjadikan tekadnya bulat. Sahat mencoba lagi dengan keyakinan bisa berhasil. Tak terhitung berapa banyak keringat dan air mata yang terkuras selama perjuangannya.

ADVERTISEMENT

"Saya sudah pernah 2 kali gagal. Saat ke 3 kalinya ikut tes, akhirnya lolos," jelas Sahat.

Sahat bercerita ia sempat mengikuti tes Tamtama dan tes Bintara selama beberapa tahun belakang. Dia melakukan latihan fisik setiap harinya. Sepulang sekolah, ia berganti baju sekolah dan mengambil pisau untuk menyadap karet. Kemudian sore hingga malam hari, ia berlatih fisik.

"Niat saya satu, bisa lolos jadi anggota TNI dan mengubah takdir keluarga saya. Hanya itu. Karenanya saya berjuang untuk jadi anggota TNI. Bisa mengabdi untuk negara dan juga membahagiakan ayah dan ibu," kata dia.

Ayah Sahat, Jasmer Sihite mengatakan keinginan anaknya untuk bisa menjadi TNI sangat kuat. Walau harus membantunya menjadi penyadap karet di kebun orang dan mendapatkan upah yang tak seberapa, namun ia tetap punya tekad yang besar untuk membahagiakan ia dan istrinya.

"Setiap hari betul, dia bantu saya di kebun sepulang sekolah. Kami tahu dia capek dan lelah, tapi dia tidak mau kami susah sendiri. Dari dulu, dari kecil, dia sudah mengerti tentang ini (kesusahan hidup). Karenanya dia giat membantu kami," jelasnya.

Sore hari usai menyadap karet, lanjut Jasmer, anaknya itu pun ikut latihan fisik di kawasan Yonkav 5/DPC.

Jasmer mengaku, anaknya tidak pernah patah hati saat tahu tidak lolos di seleksi pertama dan kedua. Dia tetap tekun latihan dan yakin suatu saat akan berhasil.

"Dia lakukan sendiri dari mulai ambil formulir maupun ikut tes. Sekarang dia lolos, kami sangat bangga dan bahagia dengan dia (Sahat). Dia bisa mewujudkan mimpinya dan mimpi kami. Setiap hari kami selalu berdoa untuknya, dan setiap hari juga dia minta doa restu," jelasnya.

Diakui Jasmer, keberhasilan anaknya masuk TNI adalah mutlak jerih payah sang anak.

"Untuk masuk TNI ini, satu persen pun tidak dengan duit (uang). Nggak ada pake uang-uang, murni kelulusannya 100% dari jerih dia sendiri," ungkapnya.

Bukan hanya karena jerih payah Sahat saja, keberhasilannya itu juga berkat doa dari orang tuanya. Hampir setiap hari, Sahat meminta doa dan berlutut di bawah kaki orang tuanya agar perjuangannya bisa membuahkan hasil.

Doa dan restu orang tuanya itu terkabul, tepat pada Rabu lalu (13/3/2024), ia dilantik menjadi anggota TNI AD. Tangis haru orang tuanya pun mewarnai pelantikan tersebut.

"Ayahnya bekerja petani sedangkan ibunya ibu rumah tangga, dan untuk bantu keluarga, dia bekerja sebagai penyadap karet di kebun orang lain," kata Kapendam II/Swj Kolonel Arh Saptarendra, terpisah.




(dai/dai)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads