.webp)
Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan Goddard Institute for Space Studies merilis data pada Senin (16/8/2023). Disebutkan, Juli 2023 merupakan bulan terpanas sejak 1880 atau 243 tahun.
Apa pemicunya? NASA menyebut, dikutip dari detikInet, Kamis (17/8), karena perubahan atau krisis iklim.
Suhu di bulan Juli 2023 lebih panas 1,18 derajat celcius dibanding reta suhu di bulan Juli pada tahun 1950 dan 1980. Data ini terbaca berdasarkan sampel temperatur puluhan ribu pusat meteorologi, kapal penelitian, dan sensor sonar yang membaca suhu air laut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perubahan suhu ini dikhawatirkan memicu penyakit dan kematian. "Kita harus beraksi untuk melindungi manusia dan planet kita, karena ini yang kita punya," kata Administrator NASA, Bill Nelson.
Peningkatan temparatur disinyalir disebabkan gas rumah kaca yang dihasilkan manusia dalam empat dekade terakhir. Karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan uap air (H2O), berada di atmosfer sehingga membentuk serupa rumah kaca.
Menumpuknya gas rumah kaca dipicu penggunaan bahan bakar fosil, deforestasi, penggunaan freon, dan klorofluorokarbon (CFC) pada pendingin ruangan serta pengelolaan limbah yang buruk.
Menurut NASA, gas rumah kaca membuat cahaya matahari dengan mudah masuk ke bumi. Pada saat bersamaan, membatasi panas keluar atmosfer.
Artikel ini telah tayang di detikInet dengan judul NASA Pastikan Juli 2023 Bulan Terpanas Sejak 1880!
(trw/trw)
