Pemkab Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) mencatat angka putus sekolah di Bone mencapai 12.771 anak. Pemkab Bone akan memasifkan program Gerakan Lisu Massikola (Gerlimas) untuk menekan angka anak putus sekolah yang masih tinggi.
"Sekitar 12.771 angka putus sekolah di Bone," ujar Sekretaris Dinas Pendidikan Bone Nursalam kepada detikSulsel, Kamis (2/5/2024).
Nursalam mengatakan, Disdik mendata di tahun 2021 sebanyak 17.771 anak putus sekolah. Namun selama 3 tahun terakhir, angkanya perlahan turun dan menjadi 12.771 tahun ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi sudah berkurang perkiraannya sampai 5.000-an dari tahun 2021. Kita banyak program intervensi seperti Gerakan Lisu Massikola (Gerlimas), ada juga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)," katanya.
Dia menyebut, program ini akan terus berlanjut. Menurutnya anak yang putus sekolah rata-rata masih ingin bersekolah.
"Anak-anak yang tidak sekolah itu jarang mau masuk sekolah normal. Umumnya mereka sambil kerja, jadi maunya sekolah non formal, jadi kita masifkan PKBM," jelasnya.
"Saat ini jumlah sekolah untuk TK ada 529, SD 675, dan SMP 126. Kemudian program PKBM juga harus terpadu dengan cabang dinas pendidikan provinsi apalagi kita banyak yang tamat SMP tidak lanjut, berhenti saat SMA, sementara SMA bukan kewenangan kami," sambung Nursalam.
Sementara itu, Pj Bupati Bone Andi Islamuddin mengaku prihatin dengan angka putus sekolah di Bone yang masih tinggi ini. Pihaknya akan memaksimalkan berbagai program untuk menekan angka tersebut.
"Kita prihatin dengan kondisi ini, namun kita akan mengupayakan soal program yang sudah berjalan. Meski kita tidak bisa menjadikannya 0 angka putus sekolah, tapi harus diminimalkan," ucapnya.
Andi Islamuddin menuturkan, pihaknya juga prihatin dengan adanya anak-anak sekolah yang terjerat kasus narkoba. Dia akan memberikan perhatian khusus kepada sekolah-sekolah di Bone.
"Kita akan memberikan perhatian khusus dan memasuki sekolah-sekolah untuk memberikan edukasi pentingnya pendidikan moral agar anak-anak terhindar dari narkoba. Ini bukan hanya peran guru di sekolah, namun juga peran dari orang tua. Semua harus punya peran dalam membangun masa depan anak-anak," jelasnya.
(ata/sar)