Negosiasi penertiban pedagang cakar di Pasar Sumpang Parepare, Sulawesi Selatan (Sulsel), masih buntu. DPRD Parepare sudah menggelar rapat dengar pendapat (RDP) dan menyarankan pedagang untuk direlokasi ke Pasar Senggol, namun ditolak dengan alasan banyak pungutan biaya.
"Kemarin (saat RDP) ada kami tawarkan begitu, bagaimana kalau relokasi saja ke Pasar Senggol. Mereka sampaikan agak susah karena terkait di sana (Pasar Senggol) banyak pungutan tidak jelas," kata Ketua Komisi III DPRD Parepare Ibrahim Suanda kepada detikSulsel, Selasa (28/5/2024).
RDP dengan pedagang Pasar Sumpang itu berlangsung di DPRD Parepare, Senin (27/5). Ibrahim mengatakan pungutan yang dimaksud pedagang adalah sewa lapak atau sewa tempat. Sementara yang dipahami pedagang seharusnya hanya ada retribusi bagi pedagang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini kata pedagang ya saat RDP, katanya ada sewa lapak, sewa tempat. Sementara yang pedagang tahu hanya retribusi dari pemerintah, tetapi di sana (Pasar Senggol) ada kayak menarik sewa tempat begitu," terangnya.
Ibrahim mengaku pihaknya masih akan memikirkan solusi untuk persoalan ini dan meminta pedagang bersabar. DPRD berjanji akan meminta Pemkot Parepare untuk segera memberikan solusi yang terbaik.
"Di satu sisi kita memang mau agar tetap berpenghasilan, di sisi lain kita harus tetap memperhatikan Perwali yang ada. Kami dari Komisi III meminta agar tetap tenang, kami akan berkomunikasi dengan Pemda," bebernya.
Dia juga mengaku meminta pedagang agar tidak ngotot berjualan sebab berpotensi adanya konflik atau gesekan dengan pihak Satpol PP. Ibrahim menyarankan pedagang menahan diri terlebih dahulu.
"Saya sampaikan jangan (bersikeras tetap berdagang) karena untuk menghindari konflik dengan petugas, khususnya teman teman yang berfungsi sebagai penegak perda dengan penjual di sana. Untuk sementara tetap bersabar sambil kami komunikasikan dengan Pemda," paparnya.
Terpisah, salah satu pedagang Pasar Sumpang bernama Ida berharap pemerintah tetap mengakomodir mereka untuk berjualan di Pasar Sumpang. Dia mengaku telah menyampaikan harapan tersebut ke Komisi III DPRD Parepare saat RDP.
"Kami tetap berharap kebijakan pemerintah agar bisa tetap berdagang di Pasar Sumpang seperti biasa 2 kali seminggu," kata Ida.
Ida menyampaikan pihak Pemkot Parepare memang sudah menawarkan untuk pindah ke Pasar Senggol. Namun kata dia, pedagang menolak karena lokasi di Pasar Senggol tidak bisa lagi memuat sampai 60 orang pedagang.
"Yang dicatat itu cuman ada 7 pedagang (dari Pasar Sumpang) yang akan dipindahkan ke Senggol. Padahal kami ada 60-an orang dan pasti tidak muat di Pasar Senggol," jelasnya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
Selain itu, Ida menyebut semua lapak di Pasar Senggol sudah ada yang punya. Sehingga pedagang yang pindah dinilai akan menyewa dari pemilik lapak.
"Kan lapak di situ (Pasar Senggol) sudah ada yang punya. Ada kosong tetapi tidak mereka tempati. Kalau kita ke sana kami sewa, sementara di Pasar Sumpang itu kami gratis pakai tempat," imbuhnya.
Dia juga menyinggung bahwa pedagang yang berdagang di Pasar Sumpang juga kebanyakan pedagang kecil dengan modal seadanya. Berbeda dengan pedagang di Pasar Senggol yang sudah masuk kategori pedagang besar dan sudah lama berjualan.
"Kami pedagang receh, kami pelaku UMKM cuman modal sedikit. Di Pasar Sumpang kan tidak terlalu banyak biaya, barang di simpang di gudang dan itu tidak disewa. Kalau di Senggol kita titip barang disewa lagi," keluhnya.
Ia juga mengaku pedagang di Pasar Senggol sudah mulai mengeluhkan kondisi yang sepi. Sementara mereka harus mengeluarkan banyak biaya, tidak seperti di Pasar Sumpang.
"Pedagang di Senggol bilang sudah sepi di sana. Bayangkan misalnya satu minggu menjual di Pasar Senggol, penghasilan sama dengan 1 hari menjual di Pasar Sumpang, karena Pasar Senggol kan sepi," imbuhnya.