Akademisi UIN Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) Ibnu Hajar Yusuf merefleksikan capaian Wali Kota Mohammad Ramdhan 'Danny' Pomanto selama 2 periode menjabat. Transformasi Makassar dalam kebijakan publik selama 2 periode itu dinilai inovatif.
Diketahui, masa jabatan Danny Pomanto akan berakhir pada 20 Februari mendatang usai memimpin Makassar pada periode 2014-2018 dan 2020-2025. Ibnu menyebut keberhasilan pemimpin daerah tak hanya diukur dari implementasi kebijakan, melainkan juga sejauh mana kebijakan tersebut berorientasi pada kepentingan publik serta berdampak jangka panjang bagi masyarakat.
"Kepemimpinan Danny Pomanto ditandai oleh kerja keras, kecerdasan, serta penerapan kebijakan yang adaptif dan inovatif," kata Ibnu dalam keterangannya dikutip detikSulsel, Senin (17/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Model kepemimpinan Danny, lanjutnya, dapat dikaitkan dengan konsep "zig-zag leadership". Artinya, strategi yang fleksibel dan mampu beradaptasi dengan tantangan sosial-politik.
"Hal ini dapat dianalogikan dengan filosofi rumput ilalang, yang terus tumbuh bahkan di tengah kondisi ekstrem," katanya.
Prinsip ini tercermin dalam berbagai kebijakan dan program pembangunan yang tetap berlangsung meski menghadapi hambatan internal maupun eksternal. Salah satu aspek penting dalam kepemimpinan Danny Pomanto adalah penerapan demokrasi partisipatif.
"Melalui model kebijakan transaksional dan transformasional, ia tidak hanya mengakomodasi kepentingan beragam pemangku kepentingan, tetapi juga mendorong keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan kota," jelasnya.
Pendekatan pemerintahan kolaboratif disebut menjadi ciri Danny yakni dengan melibatkan sektor swasta, dan masyarakat sipil dalam pengambilan keputusan melahirkan kebijakan strategis. Prestasi selama kepemimpinan Danny, kata Ibnu, bukan semata indikator administratif.
"Melainkan cerminan transformasi di berbagai sektor di Kota Makassar. Hingga akhir masa jabatannya, Danny Pomanto berhasil mempersembahkan 420 penghargaan berskala nasional dan internasional," tukas Ibnu.
Pencapaian ini, lanjutnya, menegaskan bahwa kebijakan publik yang diterapkan Danny memberikan dampak signifikan bagi peningkatan daya saing kota. Seperti inovasi dalam tata kelola pemerintahan, pembangunan infrastruktur, serta peningkatan layanan publik menjadi landasan utama dari pencapaian tersebut.
"Dalam perspektif akademis, kesuksesan kepemimpinan dapat dianalisis melalui pendekatan good and clean governance, yang mencakup prinsip transparansi, akuntabilitas, partisipasi, efektivitas, dan efisiensi," katanya.
Sepanjang dua periode kepemimpinannya, Danny Pomanto juga dinilai konsisten menunjukkan komitmen terhadap prinsip-prinsip ini melalui kebijakan strategis yang melibatkan publik dalam perumusan dan implementasinya. Hal itu sesuai ungkapan Bung Hatta bahwa sesuatu yang tidak diperjuangkan tidak bisa dinikmati.
"Ungkapan ini menegaskan bahwa setiap keberhasilan merupakan hasil perjuangan panjang disertai pengorbanan dan ketekunan. Dalam konteks kepemimpinan daerah, hal ini terlihat dari keberanian Danny Pomanto dalam mengambil keputusan strategis, melakukan inovasi kebijakan, serta menghadapi dinamika sosial-politik yang kompleks," ujarnya.
Menurut Ibnu, keberhasilan Danny dalam memimpin Makassar bisa menjadi contoh kepemimpinan yang patut dikaji, terutama di ranah kebijakan publik dan pemerintahan daerah. Danny dinilai telah menunjukkan pendekatan inovatif, adaptif, dan partisipatif yang menjadi kunci dalam membangun kota berdaya saing.
"Melalui berbagai pencapaian tersebut, ia juga memberikan inspirasi bagi generasi muda untuk memahami bahwa perubahan dan kemajuan menuntut daya adaptasi, kerja keras, serta komitmen terhadap prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih," pungkasnya.
(asm/sar)