Katak besar menjadi santapan yang lezat bagi warga Desa Kadingeh, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel). Katak besar tersebut dalam bahasa lokal disebut todan.
Todan merupakan salah satu spesies katak yang berukuran besar yang hidup di daerah yang memiliki hutan primer. Desa Kadingeh menjadi daerah habitat dari todan di Sulsel. Todan ini biasanya dijumpai di dalam hutan dan pinggir sungai.
Mengonsumsi todan sudah dilakukan secara turun temurun oleh suku Duri di Desa Kadingeh. Ada berbagai olahan todan yang kerap dikonsumsi oleh warga Kadingeh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau warga desa sering buat todan ini menjadi kentucky (digoreng tepung atau crispy), dipanggang, sama di masak berkuah kuning seperti kalau masak ikan (palu mara)" kata salah seorang warga Kadingeh, Ummang kepada detikSusel, Rabu (19/10/2022).
Pengolahannya, pertama todan harus dibersihkan terlebih dahulu karena memiliki lendir. Caranya, kepala todan terlebih dulu digetok hingga tidak sadar kemudian dikuliti.
"Kan masih hidup, jadi tidak langsung dipotong. Dipukul dulu sampai tidak sadar kemudian dikuliti," jelas Ummang.
Ummang mengatakan, daging todan yang telah dikuliti mirip dengan daging ayam. Hanya saja bau amisnya kebih kuat dari daging ayam.
Untuk itu, sebelum dimasak, daging todan yang telah dibersihkan dan dipotong-potong harus direndam dalam larutan air jeruk dan garam. Daging todan direndam hingga kurang lebih 5 menit untuk mengurangi bau amis.
Setelah bau amis todan sudah hilang, selanjutnya daging todan diolah dimasak sesuai keinginan. Menurut Ummang, daging todan memiliki tekstur yang empuk sehingga bisa langsung dimasak.
"Langsung saja, tidak usah direbus. Dagingnya sudah empuk dan lembut" bebernya.
Salah satu olahan yang digemari warga Kadingeh adalah sajian todan kuah kuning. Yakni daging todan dimasak bersama bumbu seperti kunyit, bawang merah, bawang putih, cabai, dan lengkuas.
Caranya, semua bumbu dihaluskan, kemudian ditumis dan ditambahkan daun jeruk. Setelah itu, ditambahkan air secukupnya. Kemudian, masukkan potongan daging todan dan tambahkan garam sesuai selera. Tunggu hingga mendidih.
Setelah bumbu telah meresap ke daging todan, maka menu todan kuah kuning sudah bisa disajikan dan dinikmati.
Menurut Ummang, kepala todan pada sajian kuah kuning biasanya menjadi incaran. Pasalnya Kepala todan yang telah dimasak memiliki lemak dan dipercaya bisa menambah berat badan.
"Suka ini kalau masakan begini. Apalagi ini kepalanya, jadi buruan karena bisa buat tambah berat badan sama obat perkasa bagi laki-laki," tandasnya.
Tradisi Warga Kadingeh Berburu Todan
Berburu todan di dalam hutan menjadi tradisi masyarakat Kadingeh. Tradisi ini disebut Metodan yakni kegiatan menangkap katak berukuran besar yang dilakukan warga Desa secara berkelompok.
Ketika musim panen, warga Kadingeh secara berkelompok memasuki hutan. Mereka akan menyusuri pinggiran sungai untuk melakukan Metodan di malam hari.
Untuk berburu Todan warga hanya berbekal alat penerangan serta tangan kosong. Cara menangkap todan pun butuh keahlian sendiri, tubuhnya yang sangat licin membuat sangat mudah lepas saat ditangkap.
Alasan warga memburu todan di malam hari karena di waktu tersebut todan melakukan aktivitas untuk mencari makan. Todan, biasanya memakan serangga, ikan kecil, dan kepiting yang berada di sungai.
"Biasanya warga Desa sampai menginap di pinggir sungai untuk mencari todan. Makanya, sebelum berangkat itu semuanya harus disiapkan. Setelah dapat todan itu langsung dikonsumsi di tempat, lebih nikmat," ujar jelas Kepala Desa Kadingeh, Umar, Jumat (7/10).
Umar mengungkapkan, berburu todan sudah menjadi salah satu ikon Desanya. Sehingga dirinya menjadikan aktivitas memburu todan ini menjadi salah satu objek wisata yang ada di Desa Kadingeh.
"Jadi kami warga Desa memang sampai sekarang masih menjaga tradisi leluhur kami. Hutan kami jaga, sungai, gua dan peninggalan sejarah masih kami jaga," tuturnya.
"Nah, kalau ke Desa Kadingeh harus mencoba memburu todan, karena selain itu keindahan alam di sini akan membuat wisatawan akan terpuaskan. Di sini lengkap, air terjun, gua, kuburan tua, dan masih banyak lainnya," tutup Umar.
(alk/nvl)