Kisah Gaib di Balik Sumur Letea, Sumber Air Suci Tradisi A'dinging-dinging

Gorontalo

Kisah Gaib di Balik Sumur Letea, Sumber Air Suci Tradisi A'dinging-dinging

Nur Ainun - detikSulsel
Sabtu, 12 Agu 2023 20:30 WIB
Tradisi Adinging-dinging
Ilustrasi (Foto: dok. istimewa)
Selayar -

Sumur Letea merupakan lokasi untuk pengambilan air dalam tradisi A'dinging-dinging yang dilakukan masyarakat Dusun Tenro, Desa Bontolempangan, Kecamatan Buki, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Sumur tersebut berada di Dusun Tanah Bau yang letaknya 2 kilometer dari pusat pelaksanaan tradisi.

Dalam ritual A'dinging-dinging sumur Letea dijadikan lokasi pengambilan air karena dipercaya memiliki keterkaitan dengan salah satu sumur tua di Dusun Tenro yang telah ditimbun. Konon sumber air sumur Letea berasal dari sumur tua yang telah ditimbun tersebut.

Menurut cerita yang dipercaya masyarakat setempat, pada zaman dulu ada seorang warga mengalami hal gaib di sumur tua itu. Ketika itu, dia sedang membawa ikan Tenro yang telah dalam keadaan mati, namun tiba-tiba ikan Tenro yang telah mati tersebut tiba-tiba loncat ke dalam sumur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada katanya yang pergi pasar kemudian singgah di sumur itu bawa ikan tenro sudah mati. Dia mau minum di sumur itu dari pasar tiba-tiba ikan tenro itu loncat ke sumur," ujar Kepala Desa Bontolempangan Jamaluddin.T kepada detikSulsel, Sabtu (5/8/2023).

ADVERTISEMENT

Karena kejadian itu dianggap tidak lazim maka ditutuplah sumur tua tersebut dengan cara ditimbun. Masyarakat kampung Tenro melakukan hal tersebut karena khawatir kejadian itu merupakan pertanda buruk.

"Adanya keanehan sehingga artinya itu ditutup. Para orang tua dulu kita takut mendatangkan bencana lagi di kampung itu seperti itu keyakinannya orang kampung," ungkap Jamaluddin.

Setelah sumur tua itu ditutup, dibuatlah sumur baru yang saat ini digunakan dalam tradisi A'dinging-dinging. Penentuan lokasi penggalian sumur baru tersebut berdasarkan petunjuk dari seseorang yang dianggap orang ahli oleh penduduk setempat.

"Setelah itu mungkin orang ahlinya itu disitu di dusun itu artinya kalau disini 'masuruh liat' na suruh cini itu air pindah ke Latea. Jadi digalilah sumur Letea itu," ucapnya.

Mitos Air Sumur Letea Bisa Jadi Obat

Selain cerita menarik di balik pembuatannya, masyarakat setempat meyakini sumur Letea ini memiliki keistimewaan hingga menjadi mitos. Masyarakat yang berada di wilayah tersebut meyakini bahwa air dari sumur Letea dapat dimanfaatkan sebagai media pengobatan.

Selain itu, masyarakat dahulu menjadikan air dari sumur ini sebagai ramuan kekebalan. Orang yang menggunakan air ini tubuhnya akan menjadi kebal terhadap senjata tajam.

"Menurut cerita orang tua dulu, kalau dimanfaatkan itu artinya kayak seperti berbentuk pengobatan, bisa jadi obat katanya kita bisa jadi kebal dari senjata tajam seperti itu ceritanya," ungkap Jamaluddin.

Air Sumur Letea Jadi Sumber Air Suci Dalam Tradisi A'dinging-dinging

Tradisi A'dinging-dingingTradisi A'dinging-dinging Foto: (dok. istimewa)

Meskipun ada mitos soal manfaat air sumur Letea sebagai obat, saat ini masyarakat hanya memanfaatkan sumur tersebut sebagai sumber air bersih saja. Airnya digunakan untuk keperluan mandi dan juga memasak serta sebagai tempat pengambilan air suci dalam tradisi A'dinging-dinging.

Ritual pengambilan dan pembuatan air suci ini dilakukan pada Minggu sore. Pada prosesi ini, masyarakat yang bertugas akan mengambil air sebanyak 7 kendi lalu membawanya ke tempat pembuatan air suci.

Kendi-kendi tersebut diletakkan di atas daun pisang lalu ditutup menggunakan anyaman daun tala. Ketika malam hari masuklah pada ritual pembuatan air suci.

Setiap orang yang terlibat akan duduk dalam bentuk lingkaran kemudian satti (sebutan bagi pemuka adat di Dusun Tenro) berada di tengah untuk melakukan prosesi awal. Setelah prosesi tersebut selesai maka para perempuan pada ritual ini akan berputar mengelilingi 7 kendi tersebut sembari memegang kain dan memberikan puji-pujian.

Tidak hanya itu, dalam pembuatan air suci juga dibacakan doa-doa yang dipimpin oleh imam kampung. Masyarakat yang hadir dalam ritual ini juga turut berdoa.

"Itu ibu-ibu yang pegang kain, adalah bagian dari ritual pembuatan air suci, jadi ini ibu-ibu mengelilingi air yang 7 kendi dengan ada puji pujian yg dinyanyikan oleh ibu ibu tersebut. Setelah itu baru pembacaan doa pembuatan air suci," jelas Jamaluddin.

Doa yang dilantunkan merupakan doa tolak bala. Doa ini bertujuan sebagai harapan masyarakat kampung Tenro agar terhindar dari bahaya atau musibah.

"Pembacaan doanya dzikir-dzikir, hasbunallah wanikmal wakil, dibaca. Kayak baca doa tolak bala kalau saya amati," ucap Jamaluddin.

Setelah pembacaan doa dilakukan, maka itu menjadi pertanda ritual ketiga dalam tradisi A'dinging-dinging telah selesai. Air suci tersebut siap digunakan dalam prosesi anrio-rio atau mandi-mandi pada hari inti perayaan tradisi yaitu pada hari Senin.

Pantangan Dalam Pembuatan Air Suci

Tradisi A'dinging-dingingTradisi A'dinging-dinging Foto: (dok. istimewa)

Dalam pembuatan air suci terdapat pantangan yang tidak boleh dilakukan pada ritual pengambilan airnya. Masyarakat yang diberi amanah untuk melakukan prosesi pengambilan air di sumur Letea dilarang untuk berbicara selama berlangsungnya ritual tersebut. Hanya suara tabuhan gendang saja yang boleh terdengar dalam ritual sakral itu.

Jamaluddin mengatakan bahwa perempuan yang bertugas membawa kendi merupakan orang-orang pilihan. Mereka adalah penduduk asli Dusun Tenro, jadi segala peraturan dalam tradisi ini sudah diketahui.

"Saya lihat itu sudah dipilih-pilih orang bawa kendi, yang sudah tahu persis pantangannya kala kita ambil air seperti itu," ujarnya.

Sejauh pelaksanaan tradisi A'dinging-dinging belum pernah terjadi para pembawa kendi melanggar hal tersebut. Sebab mereka sudah terbiasa dengan tugas pada ritual tersebut.




(urw/urw)

Hide Ads