Tragedi mengerikan menyelimuti perayaan Kumbh Mela di India. Keluarga korban yang kehilangan orang terkasih masih merasakan duka mendalam akibat insiden desak-desakan yang menewaskan puluhan peziarah. Mereka mengenang bagaimana anggota keluarga mereka tewas dalam ritual suci yang diadakan setiap 12 tahun sekali itu.
Mengutip dari detikTravel, Kaikeyi Devi, yang berasal dari negara bagian Bihar, melakukan perjalanan bersama suaminya untuk mengikuti Kumbh Mela. Festival yang berlangsung hingga 26 Februari ini menarik jutaan umat Hindu dari seluruh penjuru India. Sayangnya, kerumunan besar tak terhindarkan, menyebabkan desak-desakan yang merenggut nyawa.
Setidaknya 30 orang tewas dalam insiden ini, menjadikannya salah satu tragedi yang kembali terjadi dalam sejarah Kumbh Mela. Laporan menyebutkan bahwa kepanikan terjadi setelah gelombang besar peziarah yang menuju Sangam menginjak-injak mereka yang sedang tidur di dekat tepi sungai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia terseret dalam kekacauan dan kami mulai menangis... 'Bebaskan dia! Biarkan dia! Kami di sini!'... tetapi dia tidak pernah [kembali]," kata Devi kepada kantor berita Reuters saat menunggu di luar kamar mayat di kota Prayagraj untuk mengambil jenazah suaminya.
Nasib serupa dialami oleh Taposh Roy, yang datang dari negara bagian Assam bersama saudara laki-lakinya. Saat insiden terjadi, saudaranya terinjak dalam kerumunan dan tak mendapatkan bantuan medis yang memadai.
"Dia hanya terbaring di sana untuk waktu yang lama karena tidak ada ambulans yang membawanya ke rumah sakit. Kami memohon kepada polisi dengan mengatakan bahwa kami akan menggendongnya sendiri, tetapi mereka menyuruh kami untuk menunggu. Ketika dia dibawa oleh polisi, kami tidak dapat pergi bersamanya," ujar Roy kepada surat kabar Indian Express.
Kisah duka juga datang dari Tarun Bose, warga negara bagian Benggala Barat yang kehilangan saudara perempuannya.
"Pihak berwenang gagal menyelamatkannya dan polisi baru berhasil mengevakuasi jenazahnya setelah satu setengah jam. Tidak ada petugas polisi di sekitar saat kecelakaan itu," katanya kepada kantor berita AFP.
Kehilangan yang Tak Tergantikan
Deepak Hattarwat dari negara bagian Karnataka juga merasakan kehilangan yang mendalam. Ia tak ikut serta dalam ritual suci tersebut, namun kehilangan istri dan putrinya dalam insiden tragis ini. Kematian mereka baru diketahui sehari kemudian dari seorang teman seperjalanan dalam kelompok mereka.
"Kami sedang merencanakan pernikahannya [putrinya]. Apa yang harus saya lakukan dan untuk siapa saya harus tinggal sekarang?" ungkap Hattarwat kepada Indian Express dengan penuh kesedihan.
Sementara itu, masih banyak orang yang terus mencari keluarga mereka lebih dari 48 jam setelah kejadian. Manoj Kumar Sahni dari Bihar mengaku mati-matian mencari ayahnya yang hilang.
"Saya telah mencarinya sejak tiga hari terakhir. Saya juga pergi ke rumah sakit tetapi tidak menemukannya. Kami juga mencari di stasiun kereta api dan halte bus tetapi tidak menemukannya," katanya kepada Reuters.
Baca juga: Heboh 'Godzilla' di Dunia Nyata |
Menanggapi tragedi ini, pihak berwenang meningkatkan langkah-langkah keamanan di area festival. Kendaraan dilarang memasuki kawasan Mela hingga 4 Februari guna menghindari kejadian serupa. Hari mandi suci berikutnya jatuh pada Senin, di mana jutaan orang diperkirakan kembali memadati lokasi.
Insiden ini menjadi pengingat akan pentingnya sistem pengamanan yang lebih baik di acara keagamaan berskala besar. Dengan meningkatnya jumlah peziarah setiap tahunnya, diharapkan tragedi seperti ini tak lagi terulang di masa depan.
Artikel ini telah tayang di detikTravel.
(bnl/sud)