Pementasan sajak berbahasa Makassar digelar mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar (UNM) bertepatan dengan peringatan hari ibu internasional. Pementasan sajak-sajak berbahasa daerah menjadi salah satu cara untuk menjaga bahasa daerah tetap lestari.
"Kegiatan ini menjadi angin segar untuk melestarikan dan mempertahankan bahasa daerah. Apalagi diprakarsai sekelompok anak muda yang sangat mencintai bahasa daerah," ungkap guru besar bidang bahasa Makassar UNM, Prof Kembong Daeng dalam keterangannya yang dikutip detikSulsel, Jumat (25/2/2022).
Menurutnya, bahasa daerah rentah punah sehingga pelestarian bahasa daerah mesti menjadi tanggung jawab bersama. Bahasa daerah merupakan warisan nenek moyang sehingga tidak boleh diabaikan. Apalagi bahasa daerah seperti makin terpinggirkan seiring kemajuan zaman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Momentum Hari Bahasa Ibu Internasional dapat lebih menambah semangat dan kecintaan kepada bahasa daerah atau bahasa ibu kita," jelasnya.
Doktor Ilmu Bahasa UNM, Azis Nojeng menambahkan pentas sajak daerah ini juga menampilkan berbagai kesenian dan dan sastra Makassar. Seperti Kelong, Aru, Paruntuk Kana, Pakkiok Bunting, Tari Paddupa, dan juga beberapa lagu daerah dilantunkan sepanjang acara.
"Meskipun sederhana, namun ini penuh nilai dan makna. Pembacaan sajak berbahasa daerah ini kita harap bisa membuat bahasa daerah tidak dilupakan generasi muda," bebernya.
Seperti diketahui, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mencatat di Indonesia ada 718 bahasa daerah yang tersebar di 34 provinsi. Namun, ada 25 di antaranya yang terancam punah, 6 berstatus kritis, sedang 11 bahkan sudah dinyatakan punah.
Sebagai bentuk respons, Kemendikbudristek meluncurkan program Revitalisasi Bahasa Daerah yang merupakan program Merdeka Belajar episode 17. Sasaran kebijakan ini adalah komunitas tutur, siswa, guru, kepala sekolah, dan pengawas.
Secara spesifik ada sekitar 1,5 juta siswa di lebih dari 15 ribu sekolah yang menjadi target. Di tahun 2022, ada 38 bahasa daerah di 12 provinsi yang menjadi objek revitalisasi oleh Kemendikbudristek.
"Kita ingin mengubah paradigma anak muda mengenal bahasa daerah menjadi satu hal yang biasa," ungkap Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim dalam siaran langsung daring Merdeka Belajar Episode 17: Revitalisasi Bahasa Daerah, Selasa (22/02/2022).
(tau/nvl)