Pemprov Sulawesi Selatan (Sulsel) mengklaim inflasi mengalami penurunan menjadi 2,33 persen pada bulan September 2023. Pemprov bakal terus menekan inflasi tersebut, salah satunya melalui operasi pasar.
"Oktober inflasinya belum keluar. Tapi data terakhir kemarin kita di September, alhamdulillah, dari kondisi Agustus 3,53 turun menjadi 2,33," ucap Pj Sekda Sulsel Muhammad Arsjad kepada wartawan di Rumah Jabatan Gubernur Sulsel, Minggu (15/10/2023) malam.
Arsjad mengatakan capaian ini tidak membuat Pemprov Sulsel berpuas diri. Menurutnya, angka tersebut masih harus ditekan ke angka yang lebih rendah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini tentu menjadi pencapaian yang cukup baik dan kita berharap angka ini bisa lebih ditekan lagi," imbuhnya.
Dia pun meminta masyarakat untuk tidak panik. Arsjad mengatakan harga komoditas pangan juga masih stabil, termasuk beras.
"Tentu yang paling kita ketahui itu beras. Upaya itu kita sudah berkoordinasi dengan Bulog untuk menjaga ketersediaan kita," tutur Arsjad.
Menurutnya, stok beras di Bulog masih dalam kondisi aman. Pihaknya juga mempersiapkan operasi pasar jika harga pasaran tinggi.
"Dari sisi stok, untuk Sulawesi Selatan, kita cukup terpenuhi. Dari sisi neraca pangan kita, kita sampai bulan Desember itu cukup aman," katanya.
Saat ini harga beras disebut bervariasi meski dalam kondisi stabil. Kalau pun ada kenaikan harga, penambahannya di kisaran Rp 1.000-Rp 2.000 dari harga eceran tertinggi (HET).
"(Harga beras) Cukup bervariasi, ya. Intinya sekitar Rp 1.000 sampai Rp 2.000 dari harga eceran yang ada. Kita berharap itu bisa ditekan, sampai pada kondisi harga yang kita harapkan," tambah Arsjad.
Pemprov Sulsel lanjut dia, juga sementara melaksanakan gerakan pangan murah serentak di 24 kabupaten/kota di Sulsel mulai hari ini. Kegiatan ini untuk menjaga ketersediaan dan keterjangkauan harga pangan.
"Kita melakukan gerakan pangan murah secara serentak di 24 kabupaten/kota. Kita berharap langkah ini bisa menjadi bagian upaya kita untuk pengendalian inflasi," jelasnya.
(sar/asm)